Ambil Kayu Di Areal PT.PBI, Warga Konawe Utara Ditembak Brimob

Nasib tragis menimpa Nasruddin, seorang warga desa Sarimukti, Kecamatan Langkikima, Konawe Utara, Sulaweasi Tenggara. Tulang pahanya hancur karena tertembus peluru anggota Brimob.

Berdasarkan kronologis yang diterima BO, pada hari Sabtu (7/12) Nasruddin bersama enam orang warga di desanya di suruh oleh Kepala Desa Sari Mukti, Gunawan, untuk mengambil kayu yang telah dibuat menjadi balok dalam areal pertambangan milik PT. Pertambangan Bumi Indonesia (PBI).

Rencananya, kayu yang diambil tersebut akan dipakai untuk pembangunan masjid di desanya. Sebelum masuk ke hutan, Nasruddin sudah minta izin kepada Sekertaris Desa Sarimukti, Agus Loppo, untuk mengeluarkan kayu tersebut.

“Saat itu saya bersama enam warga desa masuk untuk mengeluarkan kayu untuk bahan bangunan Masjid karena mau di pake cepat,” kata Nasruddin saat mengadu ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kendari.

Selain itu, Nasruddin juga sudah minta izin ke perusahaan melalui pak Imajis, staf PT PBI. Oleh staf PT. PBI itu, Nasruddin diberi waktu dua hari untuk mengeluarkan kayu dari hutan.

Pada hari Sabtu, sekitar pukul 10.00 WIB, Nasruddin dan 6 warga desa lainnya pun masuk ke hutan. Sesampainya di tempat penampungan kayu, Ia pun mulai mengangkatinya. Namun, baru mengangkat tiga batang kayu, tiba-tiba Nasruddin ditegur oleh seorang anggota Brimob.

Anggota Brimob tersebut melontarkan kata-kata kasar, “kau ke sini, tai laso”. Mendengar panggilan itu, Nasruddin pun keluar dari hutan dan mematuhi perintah Brimob itu.

Saat berjejer, Nasruddin sempat bertanya, “ada apa pak?” Si anggota Brimob itu malah balik bertanya, “apa maumu sama saya?” Nasruddin pun menjawab singkat: “tidak ada pak, tidak ada mauku.”

Namun, tanpa sebab, si anggota Brimob itu mulai memukul dan menjambak rambut Nasruddin. Tak hanya itu, ia dipukul dengan popor senapan. Akibatnya, Nasruddin jatuh tersungkur.

Akan tetapi, kebrutalan anggota Brimob itu tidak terhenti. Si petugas keamanan ini kemudian menodongkan senjata ke arah Nasruddin dengan picu yang siap dipencet. Karena merasa nyawanya terancam, Nasruddin pun mencabut parang untuk menghindar.

Tetapi si anggota Brimob melepaskan tembakan. Beruntung, Nasruddin berhasil menghindar. Namun tembakan kedua berhasil menembus paha Nasruddin. Ia pun langsung tersungkur di tanah.

Tak puas dengan perbuatannya, si anggota Brimob kembali menodongkan pistol ke jidat Nasruddin. Saat itu Nasruddin berkali-kali meminta maaf kepada si anggota Brimob arogan tersebut. Ironisnya, si anggota Brimob malah semakin kalap. Dia menginjak bagian paha Nasruddin yang baru saja tertembus peluru. Nasruddin pun menjerit kesakitan.

Usai melampiaskan perbuatan bejatnya, si anggota Brimob lantas melontarkan kata-kata ancaman, “kalau ada eksa (exkavator) di sini, saya tembak kepalamu lalu saya suruh eksa gali lubang lalu saya tanam kamu di sini.”

Pasca kejadian itu, Nasruddin dibawa ke Puskesmas Langkikima. Namun, karena fasilitas tidak memadai, ia dilarikan ke RS Bhayangkara Kendari. Di sana ia menjalani operasi.

Menanggapi kejadian ini, Direktur LBH Kendari Anselmus Masiku, SH mengeluarkan kecaman. Menurutnya, terlepas dari latar belakang masalahnya, tindakan penembakan ini dapat dikategorikan sebagai tindakan kekerasan terhadap masyarakat dan tindakan tidak professional aparat Brimob dalam melakukan pengamanan.

Kecaman serupa juga dilontarkan Ketua LMND Sultra, Saddang Nur. Menurut Saddang, tindakan anggota Brimob itu sangat sewenang-wenang dan tidak berperikemanusiaan. “Dia harus dihukum seberat-beratnya. Jangan sampai tidak, supaya tidak ada lagi aparat negara yang sok berkuasa,” tegasnya.

Saddang juga mempertanyakan kehadiran Brimob di areal PT. PBI. Bagi Saddang, kehadiran Brimob di lingkungan perusahaan tersebut memperlihatkan kalau anggota Brimob hanya dijadikan centeng oleh perusahaan. “Polisi seharusnya jadi pelindung rakyat, bukan pembantai rakyat dan pelindung pengusaha,” terangnya.

Reksan

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid