Pidato Politik Ketua Umum PRD di HUT PRD ke-24

Berikut ini adalah pidato Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD), Agus Jabo Priyono, pada puncak peringatan HUT PRD ke-24, 22 Juli 2020. Pidato ini disiarkan langsung di halaman facebook: Partai Rakyat Demokratik.

Assalamualaikum WrWb

Salam Rakyat Adil Makmur

Kepada seluruh Kader, Anggota dan Simpatisan PRD, baik di dalam maupun di luar negeri, Komite Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik, mengucapkan selamat HUT PRD, selalu  bersama rakyat, dengarkan dan rasakan apa yang rakyat rasakan, itulah energi perjuangan kita, menuju Indonesia yang adil makmur dan dunia yang damai.

Tidak ada kata henti dalam perjuangan, selama di sekitar kita masih banyak persoalan.

Berjuanglah dengan penuh semangat dan penuh kegembiraan.

Saudara-saudaraku,

Seni, Sastra, Filsafat dan ilmu Pengetahuan telah membimbing bangsa Eropa, menuju zaman baru, zaman modernisasi, keluar dari abad tengah dengan humanisme sebagai pandangan hidup.

Humanisme adalah anak kandung Renaisance, satu paham yg menempatkan manusia sebagai subyek kehidupan, yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yg lebih baik.

Penemuan kompas, mesin cetak dan mesiu, membawa  kehidupan bangsa Eropa melompat jauh ke depan, ilmu pengetahuan berkembang secara massif, dimulailah penjelajahan yang disertai dengan penaklukan umat manusia. 

Mesin telah menggantikan tenaga manusia, modernisasi mengubah peradaban, meletus revolusi industri di Inggris, revolusi filsafat di Jerman dan revolusi politik di Perancis.

Feodalisme dengan monarchi absolutnya runtuh, muncul sistem baru, penguasa baru, Kapitalisme dengan demokrasi liberalnya.

Walaupun terjadi perubahan revolusioner, dari Feodalisme ke Kapitalisme, secara fundamental belum mengubah kehidupan umat manusia, bentuknya saja yang berubah, isinya tidak, hanya kekuasaan saja yang berubah, masyarakatnya tidak, penindasan serta penghisapan manusia terhadap manusia masih terus terjadi, bahkan sampai zaman digital sekarang ini.  

Humanisme yang digaungkan oleh Bangsa Eropa dengan semboyan kebebasan, persamaan dan persaudaraan, pada kenyataanya menjadi pedang bermata dua, hanya kaum kapital yang menikmati kehidupan, di sisi lain justru bersifat ekspansif, eksploitatif dan diskriminatif.

Terjadilah penjajahan bangsa atas bangsa dan penjajahan manusia atas manusia.

Kapitalisme, walau terus menerus melakukan reformasi-reformasi tetap tidak mengubah hakekatnya sebagai sistem yang rakus.

Kita semua menyaksikan serta merasakan begitu rapuhnya Kapitalisme, saat Pandemi Covid 19 melumpuhkan aktivitas ekonomi mereka.

Saudara-saudaraku,

Semua manusia yang hidup di alam dunia ini menginginkan kebahagiaan serta kedamaian, baik lahir maupun batin, baik material maupun spiritual.

Demikian juga dengan bangsa Indonesia, kebahagiaan serta kemerdekaan hidup yang mestinya dinikmati di tengah kekayaan serta kesuburan alamnya, cukup lama diinterupsi oleh penjajahan.

Catatan sejarah perjalanan hidup bangsa Indonesia dirampas, mentalitas bangsa pun dihancurkan. Kebanggaan serta kepercayaan diri bangsa Indonesia dihilangkan agar tetap tunduk dan bisa dikontrol oleh Penjajahan dengan segala macam bentuknya.

Saudara-saudaraku,

Sebagai bangsa Timur,  Indonesia tidak hanya menempatkan rasionalitas objektif sebagai landasan hidup, maka konsep untuk membangun bangsa, baik raga maupun jiwa, harus berangkat dari kenyataan tersebut. 

Jika bangsa Barat dengan modernisasi dan humanismenya melahirkan konsep individualisme, kebebasan dan kapitalisme, sedangkan Timur lebih condong kepada semangat gotong royong, dengan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

Maka lahirlah Pancasila yang bersumber dari kepribadian bangsa Indonesia, yang kemudian disepakati menjadi konsep dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila lahir sebagai bentuk perlawanan atas sistem liberal kapitalistik, termaktub dalam Preambule UUD Proklamasi 1945, sudah semestinya menjiwai isi UUD 1945 beserta Haluan Negara.

Di dalam Pasal 33 UUD 1945 sudah sangat jelas, bahwa prinsip ekonomi Indonesia bukanlah ekonomi liberal kapitalistik, tetapi ekonomi kekeluargaan yang menempatkan sumber daya alam digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Konsep itulah yang mestinya disusun oleh kepemimpinan nasional dalam membangun ekonomi nasional.

Saudara-saudaraku,

Saat ini modernisasi telah masuk ke alam tekhnologi digital, apakah kemudian secara otomatis umat manusia menikmati kebahagiaan dan kedamaian?

Ternyata belum, karena konsep akumulasi dan sentralisasi kapital di tangan segelintir orang masih terus berlanjut.

Kapitalisme, mau berubah wujud seperti apapun selama meletakkan individualisme dengan liberalisme sebagai prinsip kehidupan, maka siapa yang kuat akan menguasai yang lemah, kesenjangan akan tajam, perlawanan dan kekerasan tak kunjung padam.

Kapitalisme selain merusak hubungan kemanusiaan, juga merusak alam.

Saudara-saudaraku,

Situasi dunia sedang tidak baik, selain menghadapi pandemi Covid 19, krisis ekonomi dan keresahan masyarakat terjadi di banyak negara di dunia.

Dunia sedang terseok-seok dalam rotasinya. Banyak Negara termasuk negara besar sebagai pusat Kapitalisme, mengalami dampak yang sangat berat.

Saat ini guncangan resesi sudah mulai terasa dan akan melemparkan kehidupan umat manusia ke dalam kesulitan yang akut.

Untuk itu Indonesia membutuhkan keseriusan dalam memahami persoalan yang terjadi saat ini, dengan merumuskan konsep dan skema yang utuh yang mampu menjawab persoalan, baik di saat darurat, maupun situasi normal.

Tindakan darurat adalah menyelamatkan kehidupan rakyat, dengan ketersediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat, dengan membuka lahan baru, memanfaatkan lahan kosong, serta intensifikasi lahan yang sudah ada, dengan melibatkan tenaga kerja yang ter PHK.

Sebagai negara agraris yang subur dan maritim yang luas mustahil bahwa kita akan kekurangan bahan pangan.

Saudara-saudaraku,

Banyak orang menyatakan bahwa Pancasila sudah final, tetapi sudah sejauh apa pelaksanaanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

Problem pelaksanaan Pancasila itu justru berada di tingkat elit. Elit politik seringkali memanipulasi Pancasila untuk mengamankan perselingkuhan mereka dengan sistem yang bertentangan dengan Pancasila, indikatornya adalah produk UU yg cenderung bertentangan dengan Pancasila.

Ada yang memanfaatkan Pancasila hanya untuk menutupi kepentingan kelompok, golongan dan individu.

Ada juga yang berpandangan Pancasila sebagai alat perekat persatuan saja. 

Saudara-saudaraku,

Di saat gelombang besar menerjang kehidupan…… masyarakat dan juga negara sedang bertarung mempertahankan hidup, perlu satu terobosan untuk menyelamatkan kehidupan serta membangun kembali Indonesia.

Ini momentum untuk meninggalkan alam lama yang menindas, yang rakus, curang, yang menyebabkan kemiskinan, kesenjangan, pembodohan, polarisasi, kebencian, kekerasan.

Modernisasi ala Kapitalisme terbukti telah gagal membangun keadilan, kesejahteraan dan perdamaian dunia. 

Dengan segenap kekuatan yang kita miliki, mari kita bangkit, bangun tatanan baru. Satu tatanan yang menjunjung tinggi nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persaudaraan, Keadilan, Kemakmuran dan Perdamaian.

Tatanan yang menjadikan masyarakat banyak sebagai tulang punggung ekonomi nasional dalam bentuk koperasi dan UKM, selain BUMN dan Swasta Nasional.

Itu yg kami namakan sebagai membangun dunia kembali dengan filosofi, dasar dan bintang arah Pancasila.

Saudara-saudaraku,

Di tengah kesenjangan sosial yang sangat tajam, kekayaan hanya tersentralisasi kepada segelintir orang, jangan ada individu atau kelompok manapun yang merasa dirinya paling Pancasilais.

Dan jangan sekali-kali menjadikan Pancasila sebagai alat politik kekuasaan semata dan mempersempit makna Pancasila sebagai alat persatuan yang kaku dan semu, karena Pancasila sebagai dasar dan bintang arah Bangsa Indonesia, adalah kekuatan untuk menyatukan dan sekaligus mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Karena Pancasila milik seluruh bangsa Indonesia, bahkan ke depan bisa saja menjadi bintang penunjuk arah bagi umat manusia di seluruh dunia untuk membangun kehidupan yang damai.

Untuk itu kami memiliki pandangan sebagai berikut :

Pertama, untuk keluar dari kegentingan saat ini, musyawarah mufakat adalah prinsip yang harus selalu dijunjung tinggi, saat ini ada kemendesakan melaksanakan konsensus nasional, untuk menegaskan kembali Pancasila sebagai filosofi, dasar, bintang arah bangsa Indonesia dalam mencapai tujuannya, yaitu masyarakat yang adil makmur. 

Kedua, Pancasila sebagai dasar negara sudah final, tidak relevan untuk diperdebatkan lagi, tetapi tafsir tunggal terhadap Pancasila akan bertentangan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan demokrasi, karena pada hakekatnya Pancasila juga bersifat dinamis.

Ketiga, setiap warga negara memiliki hak untuk berpolitik dengan menjadikan sila Pertama, sila Kedua, sila Ketiga, sila Keempat maupun sila Kelima dari Pancasila menjadi azas perjuangannya, selama dilakukan dengan cara demokratis, konstitusional dan tidak keluar dari konsensus nasional Pancasila sebagai dasar negara, seperti yang termaktub dalam Preambule UUD 1945.

Keempat, harus ada kesepahaman bahwa sistem liberal kapitalistik secara filosofis, idiologis dan secara ekonomi politik bertentangan dengan Pancasila.

Kelima, merumuskan arah pembangunan nasional, sebagai haluan negara, yang sesuai dengan Pancasila.

Keenam, Penyusunan kembali Konsep Kepemimpinan Nasional yang kuat dan mandiri.

Saudara-saudaraku,

Dunia terus bergerak, zaman terus berubah, kami kaum muda Indonesia, merasa berkewajiban untuk menyumbangkan pemikiran dan tenaga kami demi kemajuan, kebahagiaan serta kedamaian hidup umat manusia. 

Mari dengan Pancasila, kita sampaikan ke dunia bahwa di antara batas negara, batas kepercayaan dan bangsa, demi ketentraman hidup, ada nilai-nilai kehidupan yang harus dijunjung tinggi secara bersama-sama, yaitu Kemanusiaan, Keadilan, Persaudaraan. Agar tercipta perdamaian dunia.

BHINEKA TUNGGAL IKA, TAN HANA DHARMA MANGRWA.

BANGUN PERSATUAN NASIONAL

WUJUDKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

MENANGKAN PANCASILA

SALAM RAKYAT ADIL MAKMUR

Wassalamu’alaikum WR. WB

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid