Presiden Duterte Usir Tentara AS dari Filipina Selatan

Presiden Filipina Rodrigo Duterte kembali membuat Amerika Serikat (AS) meradang. Setelah melontarkan makian pada Presiden AS Barack Obama pekan lalu, kali ini Duterte mengusir tentara AS dari wilayah Filipina Selatan.

Menurut dia, keberadaan tentara AS di Mindanao sangat beresiko menjadi target dari kelompok islamis yang terkait dengan militan Abu Sayyaf.

“Mereka harus pergi (dari Filipina Selatan). Saya tak ingin ada keretakan dengan AS, tapi mereka harus pergi,” kata Duterte seperti dikutip Reuter, Selasa (13/9/2016).

Dia menambahkan, orang-orang AS akan menjadi target penculikan dan pembunuhan oleh kelompok Abu Sayyaf untuk mendapat tebusan.

“Orang Amerika, mereka (kelompok Abu Sayyaf) akan membunuh kalian, mereka akan menculik kalian untuk mendapatkan tebusan yang besar,” ungkapnya.

Saat memberi pernyataan, mantan Walikota Davao itu juga menunjukkan sejumlah foto yang memperlihatkan pasukan AS membantai warga muslim selama awal 1900-an.

Menanggapi pernyataan Duterte, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby mengaku belum menerima komunikasi langsung dari Manila soal penarikan pasukan itu. Kata dia, Washington tetap pada komitmen aliansi dengan Filipina.

Washington menempatkan pasukan khusus di Mindanao sejak tahun 2002. Mereka bertugas melatih dan membimbing pasukan Filipina dalam menggempur kelompok islamis militan Abu Sayyaf.

Awalnya, jumlah tentara yang ditempatkan mencapai 1.200 personil. Namun, sejak tahun 2014 lalu tinggal 200-an personil.

Pendekatan politik Duterte yang cenderung kritis terhadap AS memang tidak lazim dalam sejarah Filipina. Maklum, sejak lama Filipina menjadi sekutu AS di Asia Tenggara.

Duterte, yang suka bicara ceplas-ceplos, kerap membuat merah telinga AS. Bulan Mei lalu, Duterte mengirim sinyal akan membangun politik luar negeri yang mandiri dari imperialisme AS.

Kemudian, pada Juli 2016, Duterte mengeritik invasi barat, khususnya AS dan Inggris, ke Irak, Suriah dan Libya. Akibat invasi itu, kelompok teroris membesar dan menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Filipina.

Duterte juga meradang ketika AS dan PBB mengeritik kebijakan perang anti-narkoba di negerinya. Dia balik menyerang AS yang telah membunuh kulit hitam tidak berdosa.

Raymond Samuel

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid