Jiwa Sosialisme untuk Kemakmuran Rakyat

Beberapa hari yang lalu, saya terlibat diskusi virtual yang diadakan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi [LMND] Sulawesi Tengah, temanya menarik : Jiwa Sosialisme dan Konstitusi Kita.

Diskusi tersebut mengarahkan kita untuk melihat eranya kepemimpinan nasional Bung Karno yang getol menyampaikan Pancasila itu sebagai cerminan Sosialisme Indonesia yang berintikan Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan. Indonesia di bawah kepemimpinan Bung Karno itu memang sudah merumuskan ke arah Sosialisme Indonesia. Dewan Perancang Nasional [Depernas] pun di tahun 1958 menekankan Sosialisme Indonesia berdasarkan ajaran Pancasila yang identik dengan dasar revolusi Indonesia yakni amanat penderitaan rakyat akibat dari imperialisme Belanda sebagaimana tercermin dalam Pembukaan UUD 1945.

Bagi penulis, identifikasi Bung Karno di atas tergambar dalam Manifesto Politik yang disampaikan pada tanggal 17 Agustus 1959 yang menyebutkan: UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, Kepribadian sebagai penemuan kembali jalannya revolusi. Ini kemudian diteguhkan kembali pada 17 Agustus 1961 yang populer dengan sebutan Resopim: revolusi, sosialisme dan pimpinan nasional.

Dua pidato di atas jadi kenyataan jika Rakyat Indonesia pada saat itu umumnya berjiwa sosialisme. Nah, dalam tulisan singkat ini tidak mengulas Sosialisme yang merupakan ajaran ekonomi politik atau yang berurusan soal industri di bawah negara dengan hubungan yang melahirkan keadilan, kerakyatan, kesejahteraan tepatnya gotong-royong, akan tetapi secara garis besar tentang jiwa sosialisme dan konstitusi kita sebagaimana tema diskusi yang tersampaikan di atas.

Menurut penulis, kiranya jiwa sosialisme itu tergambarkan sebagai sesuatu yang menjadi sumber utama tenaga [semangat] manusia berbudi pekerti yang merupakan penyatuan karakter, perasaan, kemauan dalam upaya memajukan rakyat, bangsa & negara bersendikan gotong-royong untuk kesejahteraan bersama.

Bicara jiwa sosialisme sebagai sumber utama sama artinya kita bicara sumber daya dalam hal ini rakyat [manusia] sebagai faktor utama dalam berproduksi, terlebih di lapangan ekonomi, politik maupun sosial.

Jadi pertanyaan kita, berproduksi untuk siapakah jiwa sosialisme itu? Tentu sekali untuk rakyat, bangsa dan negara.

Selanjutnya, kunci melahirkan jiwa sosialisme itu ada pada sistem pendidikan nasional yang bersumber atau beralaskan garis hidup bangsa [cultur] karena hal ini untuk kehidupan rakyat, bangsa dan negara sebagai modal bergaul dengan bangsa lain untuk kemanusiaan.

Karena pendidikan nasional itu memiliki arti atau makna pengajaran, yang di dalamnya memberikan ilmu pengetahuan serta kecakapan untuk kehidupan, pendidikan nasional harusnya melahirkan kemerdekaan yang tercermin dalam wujud tiga hal yakni berdiri-sendiri, tidak tergantung pada pihak lain serta dapat mengatur diri-sendiri.

Selain tiga hal di atas, hasil dari sistem pendidikan nasional juga harus melahirkan rakyat yang berbudi pekerti, di mana dalam prosesnya di mulai dari didikan dari setiap keluarga, sekolah-sekolah, kemudian di perguruan tinggi dalam usaha pembentukan watak dan jiwa sosialisme itu sendiri seperti Jepang, China maupun negara-negara Skandinavia yang sekarang sudah jadi negara maju. Terus, hasil sistem pendidikan nasional kita dengan sitem kurikulum merdekanya sudahkah melahirkan peserta didik yang mengutamakan budi pekerti dalam pergaulan sehari-harinya?

Suluh Rifai
Waketum DPP PRIMA

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid