Hari Kartini : Persatuan dan Kesadaran untuk Melawan Sistem Penindasan

Diskriminasi dan ketidakadilan pada perempuan dan rakyat Indonesia sudah dirasakan sejak era kolonialisme. Akses pendidikan tidak diperoleh sehingga pembodohan terus-menerus terjadi dan membuat perempuan dan rakyat tidak menyadari bahwa mereka menghamba pada penjajah di era tersebut.

Di tengah situasi dan kondisi tersebut muncul Kartini dengan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan pengetahuan bagi bangsanya. Dia mengamati pendidikan dan pengetahuan adalah hal yang mendasar bagi emansipasi perempuan dan bangsanya. Kartini mengritisi pendidikan yang tidak serta-merta dapat membuat bangsawan di zamannya akan merasa senasib sepenanggungan dengan rakyat biasa. Dalam pembodohan tersebut, para bangsawan menikmati kekayaan bumi hasil kerja keras rakyat biasa yang  seharusnya kekayaan bumi tersebut dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai kesejahteraan.

Sebagai seorang pemikir perempuan dengan segala konstruksi gender yang membatasinya, Kartini sadar bahwa relasi kuasa yang tidak setara antara Kerajaan Belanda, bangsawan, dan rakyat biasa itu akan berlipat ganda menjerat perempuan rakyat biasa bahkan perempuan bangsawan sepertinya. Oleh sebab itu Kartini bersama saudara-saudara perempuannya berpikir mencari jalan untuk mentransformasi situasi perempuan yang paling dirugikan dalam lingkaran penguasaan kekayaan tanah air dan pembodohan bangsa menjadi subjek penggerak untuk melawan pembodohan.

Perjuangan Kartini menjadikan perempuan hari ini bisa mengakses pendidikan dan pengetahuan dengan bebas. Namun, perjuangan tersebut masih harus terus kita lanjutkan. Hari ini perempuan sudah bisa mengakses pendidikan dengan bebas tetapi itu belum cukup membebaskan perempuan dari belenggu sistem patriarki dan kapitalisme. Tubuh perempuan masih kerap kali dijadikan objek seksualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar agar bisa menguntungkan perusahaan-perusahaan tertentu. Kasus-kasus kekerasan seksual masih marak terjadi di berbagai daerah dan sampai saat ini tidak ada solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Kekerasan dalam rumah tangga masih sering terdengar di lingkungan masyarakat. Pernikahan di bawah umur masih dilanggengkan di beberapa desa-desa terpencil tanpa mempertimbangkan kesehatan reproduksi.

Dari perjuangan Kartini yang membebaskan pembodohan melalui pendidikan dan pengetahuan,  kita bisa menjadikan ini sebagai refleksi gerakan perempuan hari ini. Pendidikan dan pengetahuan jalan menuju pembebasan. Sampai hari ini,  ketidakadilan dan diskriminasi masih terjadi. Maka,  dibutuhkan persatuan dan kesadaran untuk melawan sistem penindasan.

Dalam momentum peringatan Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) mengajak seluruh organisasi masyarakat, organisasi mahasiswa, aktivis perempuan, aktivis lingkungan, menjadikan momen ini sebagai penyatuan gerakan dan membangun kesadaran seluruh rakyat Indonesia untuk melawan sistem penindasan. Kini saatnya kita membangun gagasan dan strategi untuk dikembangkan sekarang dan di masa yang akan datang agar sistem patriarki dan kapitalisme tidak terus melanggengkan pembodohan pada perempuan dan seluruh rakyat Indonesia.

Penulis : Feby Rahmayana

(Wakil Ketua Bidang Perempuan, kesehatan, dan Kesetaraan Gender EN-LMND)

Gambar : Bing Image Creator

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid