SURABAYA (BO): Kasus tukar guling Waduk Sepat terus menuai perlawanan rakyat. Siang tadi, seratusan warga desa Sepat yang berdiam di sekitar waduk menggelar acara penanaman pohon dan tumpengan sebagai bentuk protes.
Dengan didukung oleh aktivis Solidaritas Darurat Nasional (SDN), rakyat bahu-membahu menanam pohon dan memperbaiki tanggul. “Ini merupakan bagian dari upaya untuk mempertahankan tanah warga Waduk Sepat dari penyerobotan Pemkot Surabaya dan Citraland,” ujar Catur Wibowo, salah seorang jubir aksi dari SDN.
Selain itu, kata Catur, aksi tanam pohon itu juga ditujukan untuk mengembalikan kelestarian dan kehijauan lokasi sekitar waduk. Maklum, pihak Pemkot dan Citraland pernah menebangi pohon-pohon besar di sekitar waduk tersebut.
Waduk Sepat memiliki luas sebesar 6,75 hektar. Sehari-hari waduk ini difungsikan sebagai pengairan oleh sedikitnya 1500 KK. Warga juga menggunakan waduk ini sebagai upaya penanggulangan banjir, bercocok-tanam, memelihara ikan, pelestarian alam, dan sentral komunitas.
Dengan adanya tukar guling waduk ini sejak tahun 2008, warga pun terancam kehilangan tanah dan mata-pencaharian. Tidak hanya itu, warga juga rentan terhadap ancaman banjir.
Pihak Citraland (PT Ciputra Surya) sendiri berusaha mengubah waduk itu menjadi kawasan real-estate. Dengan demikian, warga desa Sepat yang sudah menggunakan waduk itu sejak berabad-abad terancam kehilangan haknya.
Pemkot Surabaya sendiri menganggap waduk itu bekas tanah kas desa (BTKD). Akan tetapi, warga menganggap klaim itu tidak berdasar. Bagi warga, waduk tersebut dari dulu hingga sekarang proses pembuatannya dilakukan dengan cara swadaya murni.
“Sebagian tanah para petani dahulu diambil secara merata dan yang menggali hingga menjadi waduk adalah dari para petani. Mulai dari dulu, hasil pengelohan waduk tidak pernah dipakai untuk membiayai, menggaji perangkat atau pengurus kampung,” ujar Catur Wibowo yang mewakili warga.
ABDUL MUTHALIB
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid
