Revolusi Mental dan Pembangunan Ekonomi

Hal yang paling mengkhawatirkan dari situasi bangsa hari ini adalah menganggap bahwa persoalan bangsa hanyalah semata-mata persoalan ekonomi. Bila ekonomi beres atau bisa diselesaikan, persoalan bangsa yang lain-lain pun akan mengikuti beres. Begitu banyak waktu dihabiskan untuk mendiskusikan sudut pandang berkaca-mata kuda ini. Begitu banyak tuntutan dan teriakan agar ekonomi diselesaikan dan hanya fokus pada prinsip-prinsip ekonomi saja.

Marxisme memahami betul bahwa hakikat dalam persoalan keruwetan dan hiruk-pikuk kemanusiaan dengan berbagai alasan yang dikemukakan adalah memang ekonomi tetapi penyelesaian soal ekonomi tidaklah secara ekonomi semata tetapi juga tanggung jawab moral dan politik. Penyelesaian yang semata ekonomi itulah yang disebut ekonomisme. Perjuangan kaum buruh tidak akan sampai pada tujuan kemanusiaannya yang semakin bermartabat bila hanya menyandarkan pada tuntutan ekonomi semata sebab keputusan mengenai apa yang seharusnya diproduksi dan berapa tinggi upah yang diberikan adalah keputusan politik juga, atau setidaknya, memerlukan pertimbangan-pertimbangan politik dan moral.

Penyelesaian semata secara ekonomi adalah hakikat dari pemerintahan Orde Baru yang bersemboyan Ekonomi, Yes! Politik, No!  Kebijakan politik Orde Baru untuk pembangunan nasional yang fokus pada ekonomi itu terbukti juga tidak tangguh menghadapi serbuan ekonomi (kapital) global. Tidak sampai setengah abad, ekonomi yang direncanakan dan disusun dengan kehatian-hatian oleh arsitek ekonomi Orde Baru, Widjojo Nitisastro, itu pun rontok dan kini tampak sedang didaur ulang. Mar’ie Muhammad, mantan Menteri Keuangan dalam Kabinet Pembangunan VI, sahabat Widjojo juga, sebenarnya sudah memperingatkan. Ia menulis untuk mengenang 70 tahun Widjojo: “Jika sebelum tahun 1966 politik dijadikan sebagai panglima, setelah tahun 1966 ekonomi sebagai panglima. Menimba dari pengalaman selama tiga dekade, perlu direnungkan apakah tidak lebih tepat etika dan moral yang dijadikan panglima. “ (Kesan Para Sahabat tentang Widjojo Nitisastro, Moh. Arsjad Anwar, dkk –penyunting, Kompas, 2007; 104)

Pembangunan nasional yang menyandarkan pada pembangunan ekonomi semata jelas sesat arahnya. Bung Karno pun mewanti-wanti dalam soal ini. Untuk melancarkan pembangunan nasional sebagai bekas bangsa terjajah selain ekonomi secara materi diisi, jiwanya pun perlu dibangkitkan. Semangatnya pun perlu dibangun sehingga menciptakan Manusia Indonesia yang baru. Alasannya: selama masa yang panjang di bawah kuasa kolonial, manusia Indonesia telah direndahkan dan dihinakan bahkan dibikin inferior dihadapan bangsa lain sehingga yakin menganggap dirinya sebagai pribumi yang malas dan bodoh yang perlu dibimbing bangsa lain yang lebih unggul.  Jiwa inlander dan rendah diri dalam perasaan takut karena merasa selalu tak bisa inilah yang harus didobrak dan dihancurkan. Inilah revolusi mental: mengubah bangsa Indonesia yang penakut menjadi bangsa yang berani menghadapi kenyataan sebagai bangsa merdeka dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain bahkan dengan bangsa-bangsa yang selama bertahun-tahun telah menjadi tuannya.

Kerja perubahan mental ini adalah  tugas utama kebudayaan. Perubahan mental yang berakibat pada jiwa merdeka, berpikir demokratis dan ilmiah, giat bekerja, tidak koruptif,  patriotik, gotong royong, cinta rakyat  dan bangsanya sendiri karena sudah tidak lagi bekerja untuk tuan yang asing, akan menjamin pembangunan nasional dilaksanakan dengan penuh semangat dan solidaritas. Korupsi pun menjauh dalam berbagai kerja pembangunan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi pun tak lagi menjadi mimpi. Bila pun ada kesulitan, akan ditanggung bersama dan dicarikan solusi bersama. Bukankah kehidupan ekonomi yang menjanjikan keberhasilan untuk kesejahteraan rakyat pun dilandasi oleh nilai dan semangat gotong-royong:  “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan?”

Dengan demikian revolusi mental pun menjadi landasan dan jaminan bagi pembangunan ekonomi yang berhasil.

AJ Susmana, Wakil Ketua Umum Komite Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik (KPP PRD)

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid