Palestina Berduka untuk Fidel Castro

Ada banyak pemimpin negeri Islam yang berpulang, tetapi rakyat Palestina jarang menitikkan air mata. Namun, ketika Hugo Chavez meninggal tahun 2013 lalu, Palestina diselimuti duka mendalam.

Begitu juga ketika Fidel Castro, pemimpin revolusioner Kuba, meninggal dunia pada 25 November kemarin. Rakyat Palestina kembali diselimuti duka mendalam.

Para pemimpin Palestina dari berbagai faksi/kelompok politik menyampaikan duka mendalam atas kepergian tokoh revolusioner berusia 90 tahun itu.

“Sepanjang hidup Castro, dan sepanjang sejarah revolusi Kuba, selalalu mendukung gerakan pembebasan nasional rakyat Palestina,” tulis Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) dalam pernyataan resminya, Sabtu, 26 November 2016.

“Ketika zionis memborbardir Gaza di tahun 2014, Castro mengecam ini sebagai fasisme yang menjijikkan melawan rakyat Palestina. Puluhan pelajar Palestina terus belajar di Kuba hari ini melalui program beasiswa.”

PFLP adalah organisasi politik berhaluan kiri Palestina yang berdiri sejak 1967. Sejak 1960-an hingga sekarang, PFLP berperang penting dalam perjuangan rakyat Palestina.

Ucapan belasungkawa juga datang dari Perhimpunan Demokratik Palestina (FIDA) dan Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (DFLP).

“Kepergian kawan seperjuangan, pemimpin, teman, revolusioner besar, patriot dan nasionalis Fidel castro adalah kehilangan besar bagi seluruh revolusioner dan nasionalis seluruh dunia,” kata Sekretaris Jenderal DFLP, Nayif Hawatmeh, seperti dikutip media Palestina Ma’an, Sabtu (26/11/2016).

Kepala Dewan Nasional Palestina, Salim al-Zanun, juga menandai kedekatan bersejarah perjuangan rakyat Palestina dan Kuba. Juga mengakui keakraban pemimpin Palestina Yasser Arafat dan Presiden Kuba Fidel Castro.

“Sampai hari ini Kuba mendukung hak menentukan nasib sendiri bangsa Palestina dan kembali sebagai Negara merdeka dengan ibukota Yerussalem timur,” kata Salim.

Kuba memang punya kedekatan historis dengan Palestina. Setelah revolusi Kuba 1959, kedua bangsa saling berjalin dalam semangat anti-imperialisme dan anti-kolonialisme.

Segera setelah revolusi, Fidel mengirim Raul Castro dan Che Guevara untuk mengunjungi Gaza. Mereka sempat mengunjungi beberapa kamp pengungsi Palestina.

Kuba juga terang-terangan mengutuk Israel di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ketika berlangsung perang enam hari antara Israel versus negara Arab di tahun 1967.

Ketika Arafat dan faksi-faksi kiri membentuk Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) 1964, Kuba adalah negara pertama yang mengakui dan menjamin status diplomatiknya.

Tidak hanya itu, Kuba juga memberikan pelatihan militer kepada pejuang-pejuang PLO, baik Fatah maupun PFLP. Bahkan tidak sedikit pejuang Palestina yang dilatih langsung di Kuba.

Fidel Castro juga berada di garda depan memperjuangan Resolusi 3379 Majelis Umum PPB, yang menyatakan bahwa zionisme adalah bentuk rasisme. Yang menarik, resolusi itu lolos berkat dukungan 12 negara komunis, 14 negara Afrika non-muslim, dan 14 negara Amerika latin dan Eropa. Sayang, resolusi itu dimentahkan di tahun 1991 oleh AS dan sekutunya.

Dukungan Kuba terhadap Palestina terus berlanjut hingga kini. Ketika Israel menggempur Gaza di tahun 2014, Fidel menyebutnya sebagai “bentuk baru fasisme yang menjijikkan”.

Kuba juga membuka pintu bagi pemuda-pemuda Palestina untuk belajar di Kuba, terutama sekolah kedokteran.

Raymond Samuel

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid