Kronik Revolusi Kuba

Pada tahun baru 1959, ketika seluruh dunia sedang bersukacita merayakan Tahun Baru, rakyat Kuba bersukacita merayakan kejatuhan diktator korup Fulgencio Batista. Sejarah mencatat peristiwa itu sebagai revolusi Kuba.

Hari itu, 1 Januari 1959, kekuasaan Batista (1944-1959) resmi berakhir. Pemerintahan sementara pun terbentuk. Manuel Urrutia, seorang pengacara liberal, ditunjuk sebagai Presiden. Sementara Fidel Castro, tokoh kunci dalam revolusi Kuba, ditunjuk sebagai Perdana Menteri.

Berikut kronik revolusi Kuba:

1868: setelah tiga abad lebih di bawah cengkeraman kolonialisme Spanyol, Carlos Manuel de Céspedes, seorang tuan tanah pemilik perkebunan, memulai perjuangan kemerdekaan Kuba. Ia membebaskan budak-budaknya agar bisa berjuang bersama dirinya. Perang kemerdekaan ini memicu perang besar yang dikenang sebagai “perang sepuluh tahun” (Ten Years’ War). Sebelum perang kemerdekaan dimulai, tepatnya 10 Oktober 1868, Céspedes memproklamirkan kemerdekaan Kuba.

1895: perang kemerdekaan Kuba kembali berkobar. Kali ini dipimpin oleh seorang penulis sekaligus penyair, José Martí. Sayang sekali, perjuangan José Martí berlangsung hanya beberapa bulan. Dia terbunuh pada 19 Mei 1895.

1898: Amerika Serikat mengambil alih Kuba dari tangan Spanyol usai kekalahan Spanyol dalam perang Spanyol-Amerika. 

1902: Kuba memproklamirkan kemerdekaan meskipun negeri itu masih di bawah kontrol AS. Republik Kuba pun berdiri di bawah bayang-bayang pengaruh dan intervensi AS. Kuba diiikat oleh sebuah perjanjian yang disebut “Amendemen Platt”, yang menyatakan bahwa AS berhak untuk turut campur tangan tanpa diminta dalam segala urusan Kuba. Setahun kemudian, pangkalan angkatan laut di teluk Guantanamo pun dibangun.

1920an: Ketidakpuasan rakyat Kuba terhadap intervensi AS dan memburuknya situasi ekonomi. Ada eskalasi perlawanan, tetapi dipadamkan oleh AS. Pada 1925, Partai Sosialis Kerakyatan terbentuk. Partai ini berkontribusi dalam menggerakkan pemberontakan rakyat untuk menggulingkan Presiden Gerardo Machado.

1933: Presiden Gerardo Machado digulingkan oleh gerakan rakyat. Ia digantikan oleh orang yang disokong AS, Carlos Manuel de Céspedes y Quesada. Namun, masa kekuasaan Carlos Céspedes sangat singkat. Pada september 1933, dia digulingkan oleh sekelompok tentara berpangkat perwira menengah di bawah pimpinan Sersan Fulgencio Batista. Batista sendiri menjadi Presiden pada 1940-1944.

1947: kecewa terhadap korupsi dan lambannya reformasi, sekelompok progresif mendirikan partai baru: Partido Ortodoxo. Seorang mahasiswa hukum yang kelak menjadi tokoh penting revolusi Kuba menjadi anggotanya. Dia adalah Fidel Castro.

1952: Fulgencio Batista kembali melancarkan kudeta militer untuk menggulingkan Presiden Carlos Prío Socarrás. Dia kemudian menjadi Presiden dengan sokongan penuh AS. Selama berkuasa, Batista memerintah dengan tangan besi. 

1953: Fidel Castro yang kembali ke Kuba pada 1950 mulai membentuk gerakan perlawanan bawah tanah. Namanya: Pergerakan. Pada 26 Juli 1953, Fidel dan 160-an kawannya menyerbu barak militer di Moncada. Aksi penyerbuan itu gagal. Fidel pun ditangkap. Saat menjalani persidangan, dia membacakan pledoinya yang terkenal, Sejarah akan membebaskan saya (History Will Absolve Me).

1955: Fidel keluar dari penjara. Begitu menghirup udara kebebasan, dia langsung ke Meksiko. Di sana dia bertemu kawan seperjuangannya kelak, Che Guevara. Di sana dia membentuk gerakan perlawanan baru: Gerakan 26 Juli (diambil dari tanggal penyerbuan Barak Moncada).

1956: Fidel bersama 81 kawannya, termasuk Che Guevara dan Camilo Cienfuegos, berlayar ke Kuba untuk memulai revolusi. Mereka menumpangi kapal bernama Granma. Sayang, kedatangan mereka terendus rezim Batista. Pendaratan Granma pun disergap tentara Batista. Banyak pejuang yang gugur akibat penyerbuan itu. Hanya 21 orang yang selamat, termasuk Fidel, Che Guevara, Raul Castro, dan Camilo Cienfuegos. Pejuang yang tersisa kemudian menyingkir ke pegunungan Sierra Maestra untuk membangun basis perlawanan.

1957: Gerakan 26 Juli melancarkan perang gerilya. Mereka mulai menyerbu kantor-kantor pemerintah dan pos-pos militer yang daerah terpencil. Mereka berhasil merebut sekolah, rumah sakit, pabrik, dan lain-lain. Pada Maret 1957, sekelompok mahasiswa revolusioner, yang menamai diri Directorio Revolucionario Estudiantil (DRE), menyerbu Istana Kepresidenan di Havana. Mereka bermaksud membunuh Presiden Batista, tetapi penyerbuan itu gagal.

1958: Seiring dengan meluasnya kontrol gerakan revolusioner terhadap daerah pinggiran dan meningkatnya sokongan rakyat Kuba terhadap mereka, rezim Batista melancarkan serangan militer besar-besaran ke pegunungan Sierra Maestra. Lebih dari 10 ribu tentara digerakkan untuk mengepung dan menghancurkan basis perlawanan Gerakan 26 Juli.

Di tahun yang sama, tepatnya Desember 1958, Gerakan 26 Juli di bawah pimpinan Che Guevara berhasil merebut kota Santa Clara. Ini adalah kemenangan besar bagi gerakan revolusioner. Di ujung Desember juga, Camilo Cienfuegos dan pasukannya menang besar di Yaguajay. 

1959: Berita kekalahan di Santa Clara dan Yaguajay didengar oleh Batista pada 31 Desember malam. Dalam keadaan panik, di saat umat manusia di seantero dunia menyambut Tahun Baru, Batista naik pesawat untuk melarikan diri ke Republik Dominika. Kaburnya Batista membuat rezimnya kolaps. Tentara pemerintah pun banyak yang menyerah. Pada 2 Januari 1959, Che Guevara dan Camilo Cienfuegos masuk ke kota Havana. Fidel Castro dan pasukannya menyusul pada 9 Januari 1959.

Pada 3 Januari 1959, Manuel Urrutia Lleó, yang baru pulang dari pengasingan di Venezuela, ditunjuk sebagai Presiden pemerintahan sementara. Pada Februari 1959, Fidel Castro ditunjuk sebagai Perdana Menteri.

Begitu berkuasa, program pertama Urrutia adalah memberantas prostitusi dan perjudian, yang dianggapnya telah merusak mental rakyat. Program itu ditolak warga yang bergantung di sektor itu. Castro menuntut agar program itu ditunda hingga tersedia pekerjaan alternatif. 

Sejak Februari hingga Juli 1959, Urrutia dan Castro kurang harmonis. Puncaknya, pada Juli 1959, ketika Urrutia dituduh punya villa mewah, sesuatu yang bertentangan dengan semangat revolusi. Di sisi lain, Urrutia semakin anti-komunis. 

Pada 17 Juli 1959, seiring dengan meningkatnya protes yang menuntut pengunduran dirinya, Urrutia akhirnya mengundurkan diri. Posisinya kemudian digantikan oleh seorang anggota Gerakan 26 Juli, Osvaldo Dorticós Torrado.

Pasca itu, meskipun menghadapi gangguan tanpa henti dari AS dan bekas pendukung Batista, pemerintahan revolusioner mulai menerapkan kebijakan yang revolusioner, seperti nasionalisasi perusahaan swasta, pemberantasan buta huruf, reforma agraria, dan perbaikan layanan kesehatan.

RAYMOND SAMUEL

[post-views]