Dukung Freeport, Butet Kertaredjasa Dianggap “Budayawan Musuh Rakyat”

Pernyataan budayawan Butet Kertaredjasa, bahwa pertambangan Freeport adalah model pertambangan yang memperlihatkan keberadaban manusia, terus menuai kecaman.

Tidak hanya dari netizen dan masyarakat Papua, tetapi juga berbagai organisasi sosial. Salah satunya adalah Komite Nasional Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumberdaya Alam (FNKSDA).

Tidak tanggung-tanggung, Front yang mewadahi jamaah Nahdatul Ulama (NU) ini menyerukan kepada seluruh menyerukan kepada seluruh pekerja kebudayaan, gerakan lingkungan dan masyarakat adat dan seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk mengutuk Butet Kertaredjasa dan memasukkannya ke dalam daftar hitam budayawan musuh rakyat.

“Kami menyerukan kepada seluruh pekerja kebudayaan, gerakan lingkungan, dan masyarakat adat, pendeknya seluruh elemen masyarakat, agar mengutuk Butet Kertaredjasa dan ke depan memasukkannya ke daftar hitam budayawan musuh rakyat,” kata Muhammad Al Fayyadl dari Komite Nasional FNKSDA dalam pernyataan tertulisnya, Senin (25/1/2016).

Menurut Alfayyadl, Butet tidak sensitif terhadap keberadaan PT Freeport yang melakukan berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

Merujuk pada data KontaS, Alfayyadl mengungkapkan,  berbagai bentuk pelanggaran HAM yang dilakukan oleh PT Freeport, antara lain: penghancuran tatanan adat, perampasan lahan masyarakat lokal, penangkapan sewenang-wenang masyarakat sipil, perusakan lingkungan hidup, perusakan sendi-sendi ekonomi, pengingkaran atas eksistensi masyarakat Suku Amungme, pelanggaran hak-hak ketenagakerjaan, dan setoran ilegal uang keamanan kepada aparat negara.

Lebih lanjut, Alfayyadl mengatakan, klarifikasi Butet yang muncul belakangan juga bermasalah. Sebab, kata dia, klarifikasi itu mengabaikan temuan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) yang menyebutkan bahwa limbah tailing yang dibuang oleh Freeport ke ke Sungai Aghawagon, Otomona dan Ajkwa telah mencapai 1,187 miliar ton.

“Hasil pembuangan tailing ini telah merusak ekosistem sungai-sungai tersebut,” tegasnya.

Sebelumnya, pada 15 Januari 2016, akun Freeport Indonesia di youtube memposting video yang dinamai “#KenalFreeport – Butet Kertaradjasa”.

Di video berdurasi pendek itu, Butet antara lain bilang, “Ada tanggung jawab mengembalikan apa yang telah diambil dari alam untuk dikembalikan lagi pada alam. Dan ini saya kira suatu model pertambangan yang memperlihatkan keberadaban manusia.”

Di kanal Freeport itu, selain Butet Kertaredjasa, ada juga grup band kenamaan SLANK yang sedang menyanyikan Terlalu Manis Untuk Dilupakan di DMLZ (Deep Mill Level Zone) Underground PT Freeport Indonesia.

Mahesa Danu

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid