7 Janji Kampanye Donald Trump yang Paling Berbahaya

Pemilu Amerika Serikat membuat kejutan besar. Donald Trump, yang kurang diunggulkan pengamat dan lembaga survei, tampil sebagai pemenang sekaligus terpilih sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat.

Dari berbagai analisa, banyak yang menyebut kunci kemenangan Trump adalah gaya retorik populisnya yang mengecam globalisasi dan perdagangan bebas. Dia menjanjikan Amerika Serikat kembali menjadi Negara besar.

Namun, di balik retorika populis itu, beberapa janji kampanye miliarder real estate ini menyimpan bahaya. Berikut 7 kampanye paling berbahaya Donald Trump.

Pertama, membangun tembok tinggi di perbatasan AS-Meksiko dan melakukan deportasi massal

Saat memulai kampanyenya, Donald Trump pernah berjanji akan membangun tembok tinggi di perbatasan AS-Meksiko. Tujuannya, tentu saja, untuk membendung arus pengungsi dari benua Amerika Latin.

Tidak hanya itu, Trump juga berjanji akan mendeportasi massal 11 juta imigran tanpa dokumen resmi di AS. Dia juga berencana menambah tiga kali lipat petugas imigrasi AS.

Kedua, melarang Muslim masuk AS

Setelah serangan penembakan di San Bernardino, California, pada tahun 2015 lalu, Trump berjanji akan menutup pintu masuk Amerika Serikat bagi orang-orang Islam. Tidak hanya itu, dia juga mengawasi dan menutup Mesjid-Mesjid di AS. Tidak berhenti di situ, dia juga menyarankan adanya database untuk semua orang Islam yang tinggal di AS.

Ketiga, membongkar Obamacare

Donald Trump pernah sesumbar bahwa di hari pertama pemerintahannya dia akan meminta Kongres untuk segera mencabut UU Perlindungan Pasien dan Perawatan yang Terjangkau atau sering disebut Obamacare. Sebagai gantinya, Trump akan menyusun sistim asuransi kesehatan berorientasi pasar.

Padahal, terlepas dari kekurangannya, Obamacare telah memberikan asuransi kesehatan yang disubsidi pemerintah kepada 16,9 juta orang warga AS. UU ini mengharuskan pemerintah membantu setiap warga negara yang berpenghasilan rendah untuk membayar premi asuransinya.

Keempat, memotong pajak perusahaan dan klas menengah

Di balik retorika populisnya, Trump sebetulnya sangat pro-bisnis. Dia berencana memangkas pajak bagi semua perusahaan dan klas menengah AS.

Trump juga berencana mengurangi golongan tarif dari sebelumnya 7 golongan menjadi hanya tiga, serta memangkas batas atas tarif yang selama ini sebesar 39,6 persen menjadi 33 persen.

Bagi Trump, sektor bisnis sangat berjasa bagi ekonomi AS, sehingga perlu diberi keringanan pajak.

Kelima, membatalkan perjanjian Iklim Paris

Perjanjian Paris, yang diteken oleh 195 negara, menyepakati untuk menjaga ambang batas kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat celcius (2C) dan berupaya menekan hingga 1,5C.

Belakangan, dalam kampanyenya, Trump berusaha menyangkal semua perjanjian itu. Menurut dia, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa manusia bertanggung-jawab atas perubahan iklim.

Bagi Trump, perubahan iklim itu hanya mitos. Dia juga bilang, mitos itu sengaja diciptakan oleh pemerintah Tiongkok untuk menghajar manufaktur AS.

Keenam, memperkuat militer AS

Trump berjanji akan membuat militer AS semakin kuat dan semakin raksasa. Dengan begitu, tidak satupun pihak luar yang berani mengganggu negeri Paman Sam itu.

Dalam janji kampanyenya, Trump bilang akan memperbanyak pasukan, pesawat dan kapal perang di Filipina. Dia juga berencana memperkuat kekuatan militer AS di kawasan lain.

Yang lebih mengerikan, Trump berulangkali meminta ahli politik internasional untuk mempertanyakan mengapa AS tidak diperbolehkan menggunakan senjata nuklir.

Ketujuh, memangkas anggaran Planned Parenthood

Trump juga berjanji akan memotong semua dana federal untuk Planned Parenthood, yang telah memberikan layanan kesehatan, termasuk aborsi, kepada jutaan perempuan AS.

Malahan, dalam banyak kampanye, retorika Trump justru menyerang hak untuk memilih aborsi. Menurut dia, perempuan yang memilih aborsi harus dihukum. —berdikarionline.com

* Catatan: artikel ini diolah dari TeleSUR

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid