Generasi alay mungkin mengenal Puerto Rico sebatas sebagai pulau tempat asal Jennifer Lopez dan kekasihnya, Marc Anthony, serta para ratu kecantikan, atau imagi gangster rendahan Amerika yang dibangun Hollywood; sementara para pecinta sastra mungkin mengingatnya sebagai tanah air kedua José Luis González, penulis Ballad of Another Time yang masyhur itu. Tidak banyak yang tahu bahwa Puerto Rico adalah kisah kolonialisme yang berlangsung berabad-abad lamanya, bahkan hingga kini ketika banyak bangsa bekas terjajah di dunia hampir seabad menikmati kemerdekaan politik.
Adalah 23 September, hari keramat bagi orang Puerto Rico. Pada hari itu, 148 tahun lampau meletus peristiwa ‘El Grito de Lares’ atau the Lares uprising. Ini adalah peristiwa pemberontakan rakyat Puerto Rico terhadap kolonialis Spanyol yang telah bercokol sejak Christopher Columbus mengklaim pulau tumpah darah aborigin Taino ini sebagai wilayah Spanyol pada 1493.
El Grito de Lares berlangsung di malam hari, ketika 600an perjuang kemerdekaan, berasal dari berbagai latar belakang sosial, bergerak dari pinggiran Kota Lares untuk menduduki balai kota dan mengibarkan La Bandera de Lares, sebuah tanda bagi dimulainya revolusi. Berdera itu terdiri dari dua warna, biru dan merah, yang dipisahkan salib putih. Sebuah bintang putih terletak pada pojok kiri atas. Menurut penyair Luis Lloréns Torres, salib putih melambangkan hasrat pembebasan nasional; merah merupakan darah para pahlawan kemerdekaan; sementara bintang putih pada bidang biru menyimbolkan kebebasan.
Tepat pukul 2 dini hari, 24 September, Republik Puerto Rico diproklamirkan, dengan Francisco Ramírez Medina sebagai presiden pertama. Sayang, siang hari, dalam upaya merebut Kota San Sebastián del Pepino, para pejuang pembasan nasional dikalahkan milisi spanyol yang lebih terlatih dan bersenjata lengkap. Para pemimpin perjuangan, termasuk Presiden Medina, ditangkap dan dieksekusi.
Meski mudah dipatahkan, El Grito de Lares tidak spontan, bukan amuk. Ia sebuah gerakan. Ia bermula dari perencanaan Komite Revolusioner Puerto Rico yang dipimpin Ramón Emeterio Betances dan Segundo Ruiz Belvis dalam pengasingan mereka di Republik Dominika pada awal Januari 1868. Di Puerto Rico, rakyat yang mulai terorganisasi menyebarkan artikel-artikel Bentances yang menyerang kolonialisme Spanyol dan menuntut kemerdekaan Puerto Rico, salah satunya, Los Diez Mandamientos de los hombres libres, Sepuluh Perintah Orang Merdeka. Di tahun yang sama, penyair Lola Rodríguez de Tió menulis lirik patriotik La Borinqueña. Borinquen adalah nama asli dari pulau itu. Kondisi ini mematangkan keresahan rakyat akibat buruknya kondisi ekonomi, perbudakan, dan represi pemerintah Spanyol.
Namun, rencana pemberontakan yang awalnya akan dimulai pada 29 September bocor. Sebagian pemimpin sel bawah tanah Komite Revolusioner ditangkap. Sementara kapal berisi bantuan persejataan dari Republik Dominika digrebek di pelabuhan Santu Thomas, Virgin Islands. Kuatir pemberontakan sama sekali gagal, sejumlah pemimpin pergerakan memutuskan untuk mempercepat pemberontakan tanpa berkoordinasi dengan Betances. Hal ini mengingatkan kita pada pemberontakan 1926 oleh Partai Komunis Indonesia terhadap Kolonialis Belanda.
Meski gagal, pemberontakan ini berhasil memaksa pemerintahan Spanyol memberi konsesi berupa otonomi yang lebih besar. Hanya saja perang Spanyol-Amerika Serikat menyebabkan Puerto Rico dianeksasi Amerika Serikat pada 1898.
***
Berada di bawah Kolonialisme Amerika Serikat tidak membuat perlawanan Rakyat Puerto Rico berakhir. Sejumlah peristiwa menjadi buktinya. The Río Piedras massacre (1935) –pembunuhan sejumlah anggota Partai Nasionalis Puerto Rico ketika Theodore Roosevelt, Jr. menjadi Gubernur di sana—; El Grito de Utuado (1935) –5 pejuang nasionalis dieksekusi tanpa pengadilan–; The Jayuya Uprising (Oktober 1950); atau peristiwa penembakan sejumlah anggota parlemen A.S. oleh Lolita Lebron, perempuan pejuang Kemerdekaan Puerto Rico (1954).
Peristiwa lain, yang membuat 23 September menjadi sangat penting bagi Rakyat Puerto Rico adalah pembunuhan Filiberto Ojeda Ríos oleh Pasukan FBI, 23 September 2005. Ojeda adalah pemimpin Ejército Popular Boricua, Tentara Rakyat Puerto Rico, atau yang dikenal juga sebagai Los Macheteros.
Los Macheteros adalah organisasi bawah tanah yang didirikan Ojeda pada 1976. Organisasi ini berbasis di Puerto Rico dan membangun sel-sel perjuangan di dataran A.S. Pada 2006, diperkirakan jumlah kadernya mencapai 5.700 orang, tidak termasuk simpatisan. Tujuan utama perjuangan Los Macheteros adalah pembebasan nasional Puerto Rico dari penjajahan Amerika Serikat. Sebelum di Los Macheteros, Ojeda terlibat di dalam the Armed Revolutionary Independence Movement (MIRA) 1967-1970 dan the Armed Forces of National Liberation (FALN) di awal 1970an. Kedua organisasi ini bubar oleh represi pemerintahan A.S.
Untuk menghentikan perjuangan rakyat Puerto Rico, sebagaimana yang biasa dipraktikan, Pemerintah A.S. (FBI) pada 2001 menyatakan Los Mecheteros sebagai organisasi teroris, menjadikan Ojeda sebagai buronan kriminal hingga berhasil membunuhnya.
Sampai saat ini Rakyat Puerto Rico masih hidup di bawah penjajahan politik –dan tentu saja ekonomi–Amerika Serikat. Pada era 1900-1952 Puerto Rico berstatus unincorporated organized territory Amerika Serikat, lalu berubah menjadi Commonwealth (organized but Unincorporated dependent Territory) atau insular area pada sejak 1952 hingga kini. Tidak seperti negara bagian yang berbagi kedaulatan dengan pemerintah pusat, insular area merupakan sub-administratif dari pemerintah federal A.S. Mereka tidak memiliki hak mengirim representasi langsung di legislatif federal, baik di Senat atau DPR. Jika pun ada perwakilan di DPR, perwakilan itu hanya memiliki hak suara di komisi, bukan di sidang paripurna. Rakyat Puerto Rico juga tidak memiliki hak pilih pada pilpres, bahkan status kewarganegaraan rakyat di Insular Area ditentukan oleh hukum, bukan konstitutsi, yang artinya lebih mudah hilang hak-hak kewarganegaraanya. Saat ini ada 5 wilayah berpenghuni yang masih berstatus unincorporated organized territories (jajahan) Amerika Serikat, yaitu Puerto Rico (3.667.084 penduduk), Guam (159.358 penduduk), Northern Mariana Islands (77.,000 penduduk), Virgin Islands (106.405 penduduk), Minor Outlying Islands (300 penduduk), dan Samoa (55.519 penduduk).
Jadi, di balik omong kosongnya tentang demokrasi, Amerika Serikat adalah Imperialis yang masih melanggengkan kolonialisme telanjang. Setelah tahu ini, Anda punya hak bilang “wow!!!” sembari salto.***
George Hormat


