Bandar Lampung, Berdikari Online – Koordinator Forum Komunikasi Milenial Lampung (FKML), Rizki Oktara Putra, meminta semua pihak menghentikan politisasi bencana banjir di Bandar Lampung menjelang Pilkada 2024.
Menurut Rizki, intensitas hujan yang tinggi dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini telah menyebabkan banyak titik di Bandar Lampung terendam air; kejadian ini seharusnya mendapatkan perhatian serius oleh elit politik, tokoh dan masyrakat di Bandar Lampung untuk gotong royong menangani banjir.
“Banjir sifatnya adalah bencana alam. Sangat tidak etis kalau bencana dijadikan alat politik untuk membangun opini yang hanya menyudutkan hanya satu pihak, yaitu Pemerintah Kota Bandar Lampung; seolah-olah hanya kesalahan tunggal,” terangnya kepada Berdikari Online, Jumat (12/4/2024)
Rizki juga menjelaskan, bahwa penyebab banjir itu sangat kompleks dan banyak faktor, bukan hanya disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Salah satunya adalah faktor topografi, topografi yang beragam di mana Bandar Lampung mempunyai kawasan rendah hingga perbukitan sehingga sebagian kawasan Bandar Lampung adalah daerah lewatnya jalur air hujan.
“Menurut data BPBD 2020, hampir 40% daerah di Bandar Lampung adalah daerah rawan banjir. Ini bukanlah untuk pemakluman namun harus dilihat juga Pemkot Bandar Lampung dalam banyak kesempatan, disampaikan akan berkomitmen untuk terus memperbaiki situasi, mulai dari jangka pendek, pembenahan tanggul, hingga jangka panjang,” tambahnya
Selain, faktor topografi, pendangkalan sungai, penyumbatan irigasi yang disebabkan karena sebagian masyarakat masih membuang sampah sembarangan hingga Tata Ruang Kota dan Ruang Terbuka Hijau.
“Sudah sejak Awal, Pemkot Bandar Lampung menyadari hal ini. Karena itu Pemkot ada program grebek sungai untuk mengurai persoalan pendangkalan dan sampah yang menjadi salah satu faktor tambahan memperparah situasi,” ucapnya.
Oleh karena itu, Riski menegaskan, bahwa bencana banjir tidak boleh dijadikan alat untuk membangun opini untuk menyerang dan menguntungkan pihak-pihak tertentu.
“Seharusnya ini, selain kita jadikan bahan evaluasi ke depan bersama-sama, tidak hanya pemerintah, namun juga masyarakat agar cinta lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan dan juga sebagai moment untuk kita bahu-membahu untuk membantu saudara kita yang terkena musibah,” tegasnya lagi.
Namun, sebagai generasi muda Bandar Lampung, Rizki juga punya harapan bahwa bencana banjir di masa depan bisa diminimalisir. Sebab, bagaimanapun bencana banjir merugikan semua pihak, masyarakat dan pemerintah.
(R Put)


