“Darah Juang” di Aksi Memperingati Jatuhnya Suharto

Peringatan hari jatuhnya kekuasaan rezim Orde Baru berlangsung di Yogyakarta, Sabtu (21/5/2016). Ratusan massa aksi yang tergabung dalam Komite Aksi 18 Tahun Reformasi memperingati peristiwa bersejarah ini.

Lagu Darah Juang, yang populer sebagai lagu perlawanan di era Orde Baru, dinyanyikan di tengah-tengah aksi. Menariknya lagi, lagu ini dinyanyikan langsung oleh penciptanya, John Tobing. Tak hanya menyanyikan Darah Juang, massa aksi juga menyanyikan lagu pekerja sedunia, Internasionale.

Ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) DIY Ardy Syihabuddin mengatakan, meskipun rezim orde baru sudah tumbang sejak 18 tahun yang lalu, tetapi warisannya di lapangan ekonomi, politik, dan sosial-budaya masih bertahan.

“Kita hari ini masih diperintah oleh rezim yang menghamba pada modal asing. Dan demi kepentingan investasi, mereka menutup ruang demokrasi,” jelasnya.

Ardy juga menyoroti maraknya perampasan tanah dan ruang hidup rakyat akibat liberalisasi investasi. Menurut dia, kebijakan liberalisasi investasi bertolak belakang dengan semangat pasal 33 UUD 1945.

Selain itu, dalam aksi tersebut massa aksi juga menyuarakan perlawanan terhadap bangkitnya militerisme. Mereka juga mengeritik proyek pembangunan, seperti pembuatan mall dan hotel, yang menyingkirkan ruang hidup rakyat.

Komite Aksi 18 Tahun Reformasi merupakan gabungan dari Pembebasan, PPR, SMI, LMND, PRD, FMPR, FPPI, FMY, AJI Yogyakarta, LBH Yogyakarta, dan lain-lain.

Medi Muamar

[post-views]