Kasus Tuberkulosis Di Indonesia Terbesar Kedua Di Dunia

Penyakit tuberkolosis (TBC) merupakan penyakit menular paling mematikan setelah HIV/AIDS. Karena itu, perlu aksi konkret untuk mencegah penyakit ini.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 menyebutkan, sebanyak 9,6 juta orang menderita TBC dan 1,5 juta diantaranya mengalami kematian.

Dalam laporan Tuberkulosis Global 2014 yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, kasus TB di Indonesia berada di angka 460.000 kasus baru per tahun.

Namun, di laporan serupa tahun 2015, angka tersebut sudah direvisi berdasarkan survei sejak 2013, yakni naik menjadi 1 juta kasus baru per tahun.

Persentase jumlah kasus TB di Indonesia pun menjadi 10 persen terhadap seluruh kasus di dunia. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus terbanyak kedua bersama dengan Tiongkok. Sedangkan India menempati urutan pertama dengan persentase kasus TB 23 persen terhadap yang ada di seluruh dunia.

Penyakit TB disebabkan oleh Mycobacterium Tubercolosa. Penularan terjadi melalui cairan ludah penderita TB saat berbicara, meludah, batuk maupun bersin.

Sebanyak 90 persen TB menyerang paru dengan tanda-tanda batuk lebih dari tiga minggu, demam, berat badan menurun, keringat malam, mudah lelah, nafsu makan hilang, nyeri dada, dan batuk darah.

Lalu, bagaimana mengatasinya?

Ahli Mikrobiologi Klinis Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM), dr. Titi Nuryastuti, M.Si., Ph.D., Sp.MK, mengatakan, upaya pemberantasan TB harus terus dilakukan guna menekan pertambahan jumlah kasus infeksi baru.

“Jumlah penderita TB di Indonesia terus bertambah sejalan dengan semakin meningkatnya penderita HIV/AIDS, diabetes militus, dan penyakit lain yang berkaitan dengan sistem imun,” katanya seperti dikutip laman ugm.ac.id, Rabu (23/3/2016).

Dia menekankan, pencegahan penularan TB bisa dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti tidak merokok dan meningkatkan kebersihan lingkungan.

Sementara untuk penderita TB, disarankan untuk selalu menggunakan masker agar saat batuk atau bersin tidak ada keluarga dan orang di sekeliling yang tertular. Selain itu, juga tidak meludah di sembarang tempat.

“Usahakan untuk menampung dahak dengan tempat yang tertutup dan tidak membuangnya di sembarang tempat,” jelas lulusan doktor dari University of Groningen Belanda ini.

dr. Titi menegaskan pentingnya masyarakat untuk memastikan status diri terhadap TB. Sebab, Indonesia merupakan negara yang sangat berisiko terhadap TB.

Untuk memastikan apakah seseorang terkena TB dapat dilakukan pemeriksaan dahak. Apabila hasilnya positif, sebaiknya melakukan terapi TB secara kontinu. Pengobatan TB dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit dan BP4 yang diberikan secara gratis oleh pemerintah.

Lebih lanjut dr. Titik mengatakan, TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan. Pencegahan dengan memutuskan rantai penularan dengan mengobati penderita TB hingga sembuh total. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan menjalani pengobatan secara teratur hingga dinyatakan sembuh dengan waktu pengobatan berkisar 6-8 bulan.

Risal Kurnia

[post-views]