Republik Bolivarian Venezuela memberikan dukungan penuh kepada perjuangan Palestina untuk menjadi negara merdeka dan berdaulat. Dukungan itu disampaikan langsung oleh Presiden Venezuela, Hugo Chavez, melalui sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon.
Dalam surat tertanggal 17 September tersebut, Chavez menegaskan bahwa negara Palestina mempunyai hak untuk menjadi sebuah negara merdeka dan berdaulat. “Kami menyerukan kepada dunia untuk melakukan refleksi dalam rangka pengakuan untuk pengakuan terhadap rakyat Palestina terhadap tanah, perdamaian, dan kehidupan,” kata Nicolas Maduro, Menteri Luar Negeri Venezuela.
Dengan mengutip filsuf Perancis, Gilles Deleuze, Chavez berbicara tentang genosida terhada rakyat Palestina. “Dari awal hingga akhir, rakyat palestina bukan hanya tidak dimunculkan, tetapi juga dianggap tidak pernah ada. Ini mewakili esensi genosida: memutuskan bahwa tidak ada rakyat dan menyangkal hak mereka untuk hidup.
Chavez juga mengatakan, sejak tahun 1948 negara zionis Israel telah menerapkan strategi kriminal dengan mendapat dukungan terus-menerus dari sekutu loyalnya, Amerika Serikat.
Dengan mengutip perkataan filsuf post-kolonial kelahiran Palestina, Edward Said, Chavez menegaskan bahwa setiap perjanjian damai yang dibangun dengan melibatkan Amerika Serikat hanya akan mengkonfirmasi kekuasaan zionos, bukan untuk menghadapinya.
Chavez juga menegaskan, dengan kembali mengutip Edward Said, bahwa apa yang terjadi di Palestina bukanlah konflik agama, melainkan konflik politik, dengan cap kolonialisme dan imperialisme. “Ini tidak bermula di Timur Tengah, melainkan dari Eropa,” katanya.
Chaves mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan sikap sebagian negara yang hanya mengakui pemerintahan Palestina secara terbatas atau menempatkan Palestina sebagai “enclave” yang punya kebijakan sendiri di West Bank dan Jalur Gaza.
Chavez menutup suratnya kepada Ban Ki-Moon dengan harapan agar Sekjend PBB asal Korea itu bisa bertindak netral dan tidak membeda-bedakan bangsa-bangsa di atas dunia. Chavez juga mensitir sebuah puisi dari penyair terkenal Palestina, Mahmoud Darwish, yang berbicara tentang “ibu pertiwi”.
Sebelumnya, dalam bulan ini juga, negara-negara Aliansi Bolivarian untuk Rakyat Amerika Latin (ALBA) sudah mendeklarasikan sikap bersama untuk mendukung Palestina sebagai anggota PBB.
“Kami mengakui Palestina sebagai sebuah bangsa dan kami berharap semua negara mengakui itu dan memberikan kesempatan kepada Palestina untuk menerima haknya sebagai anggota PBB,” kata Evo Morales, Presiden Bolivia, kepada Telesur.
Sedikitnya 128 negara sudah menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan bangsa Palestina. Tetapi negara super-imperialis, Amerika Serikat, yang punya hak veto di PBB, tidak mau mengakui hal itu.
Dalam pidato resminya di PBB, Presiden Barack Obama sudah menegaskan sikapnya tidak akan mendukung Palestina menjadi negara merdeka. Ia menganggap hal itu bukan solusi untuk perdamaian Timur Tengah.
Pernyataan Obama ini, menurut juru-bicara kelompok Hamas, Fawazi Barhoum, sangat bertentangan dengan janji Obama sangat kampanye pemilihan dan pidato pelantikan sebagai presiden.
Amerika pun akan mem-veto rencana Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk mengajukan pengakuan Palestina sebagai anggota PBB.
Chavez sendiri dianggap pahlawan oleh rakyat Palestina. Di Bire, sebuah daerah di Lebanon Utara yang didominasi oleh pengungsi Palestina, terdapat sebuah jalan yang diberi nama “Hugo Chavez Friaz”.
Pada tahun 2009, Venezuela-lah negara pertama di dunia yang berani mengusir Duta Besar Israel keluar dari negerinya, sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina dan Lebanon. Tak satupun negara Arab yang berani melakukan itu.
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid