‘Perang Kotor’ CIA di Sudan Selatan

Ini mungkin terkesan menyederhanakan: perang di Sudan Selatan adalah tentang usaha mencegah Tiongkok mengakses minyak Afrika.

Central Intelligence Agency (CIA), badan intelijen Amerika Serikat, mendanai “perang kotor” di Sudan Selatan. Perang di Sudan Selatan mungkin sedikit berbeda dengan perang yang didanai oleh CIA di Angola dan Mozambique.

CIA menggunakan seorang panglima perang tentara bayaran bernama Riek Machar, yang punya rekam sejarah pembersihan etnis dan pembantaian massal, untuk menggulingkan pemerintahan yang diakui internasional, Presiden Salva Kiir Maryadit, hanya karena melakukan bisnis dengan musuh bebuyutan pax americana, Tiongkok.

Kepentingan nasional Amerika Serikat tidak mengijinkan Tiongkok mengakses sumber daya di Afrika. Maklum, ladang minyak Sudan dioperasikan oleh Tiongkok. Sehingga bisa disederhanakan: perang di Sudan Selatan adalah tentang upaya mencegah Tiongkok mengakses minyak Afrika.

Riek Machar, seperti diungkap Wikileaks, punya niat jahat untuk menggulingkan dan membunuh Presiden Salva Kiir sejak tahun 2006. Dia melalukan upaya kudeta di awal tahun 2014 dan bergegas meninggalkan villa-nya di Adddis Ababa dengan mengirimkan pasukan pembunuh untuk merampok dan memperkosa hingga mereka bisa menutup kilang minyak Tiongkok di perbatasan Sudan. Selama jeda pembantaian dan kekacuan yang dihasut oleh Machar, Tiongkok memulihkan aliran minyaknya, lalu kemudian pembantaian dan penjarahan baru kembali terjadi.

Hanya ketika Tiongkok mengirim 1000 “pasukan perdamaian” untuk melindungi ladang minyaknya, menjaganya dan membuatnya beroperasi kembali.

PBB terlibat dalam semua hal ini, dengan memberikan bantuan dan pertolongan kepada pemberontahkan, hingga menyelamatkan Riek Machar dari kejaran tentara pemerintah yang memburunya. Dari Sudan selatan, dengan helikopter, ke Kinshasa, terus ke Khartoum (rumah sebelumnya di Addis Ababa tidak lagi aman), Riek Machar hari ini hidup aman di bawah pengawasan ketat Presiden Sudan Omar Al-Bashir.

Namun, CIA belum menyerah dengan ‘kekalahan’ mereka baru-baru ini. AS dan cecunguknya di PBB mendorong PBB untuk adanya invasi dan pendudukan di Sudan Selatan atas nama “tanggung jawab untuk melindungi” (rasionalisasi yang sama saat memerangi Libya). Dengan perang saudara yang menghancurkan produksi pertanian, Sudah Selatan bergantung pada bantuan internasional. Dan bantuan internasional itu terancam oleh AS, yang didukung PBB, yang ingin memberlakukan sanksi terhadap pemerintah Sudan, dengan tujuan akhirnya perubahan rezim.

Sampai Tiongkok benar-benar terusir dari ladang minyak Afrika. Hingga makin banyak saling bunuh dan bantai antara suku-suku di Sudan selatan. Dendam dan kebencian antar suku sudah dinyalakan sesuai dengan target “perang kotor” CIA di Sudan selatan.

Thomas C Mountain, jurnalis independen di Eritrea. Dia dapat dihubingi di [email protected]

Diterjemahkan dari teleSUR

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid