Hadapi Ultimatum Kreditur, Yunani Ajukan Referendum

Pemerintahan kiri di Yunani membuat terorobosan penting untuk menghadapi tekanan Troika (IMF, Bank Sentral Eropa, dan Uni Eropa) dan negara-negara kreditor Eropa.

Hari Jumat (26/6), sepulangnya dari negoasiasi di Brussel, Belgia, Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras mengumumkan rencana menggelar referendum pada tanggal 5 Juli 2015.

“Setelah 5 bulan negosiasi yang alot, mitra kami, sayangnya, di grup Eropa mengeluarkan sebuah ultimatum melawan demokrasi Yunani dan Rakyat Yunani,” kata Tsipras dalam pidato singkatnya untuk seluruh rakyatnya.

Tsipras mengungkapkan, para kreditor Eropa dan Troika mendesak pemerintah Yunani untuk “menerima sebuah proposal yang akan menambah beban yang harus ditanggung rakyat Yunani dan merongrong pemulihan ekonomi Yunani dan rakyatnya.”

“Sebuah proposal yang tidak hanya mengabadikan ketidakpastian, tetapi akan memperdalam kesenjangan sosial,” tambahnya.

Ultimatum itu meliputi tekanan kepada pemerintah untuk menderegulasi pasar tenaga kerja, memotong pensiun, memotong upah sektor publik, penambahan pajak pertambahan nilai di sektor makanan, makan, dan pariwisata.

Menurut Tsipras, menghadapi ultimatum para kreditur itu, bangsa Yunani punya tanggung jawab sejarah untuk menyelamatkan demokrasi dan kedaulatan nasionalnya.

“Dan tanggung jawab ini mewajibkan kita menjawab ultimatum yang didasarkan pada kemauan yang berdaulat rakyat Yunani,” tegas Tsipras dalam pidatonya.

Dan jawaban rakyat Yunani atas ultimatum itu adalah referendum. Referendum tersebut akan menanyakan sikap rakyat Yunani, “Ya” atau “Tidak”, terhadap ultimatum kreditur tersebut.

Tsipras mengingatkan, referendum ini merupakan cara Yunani merespon otoritarianisme Troika dan kreditor Eropa yang hendak memaksakan kebijakan penghematan yang beringas.

“Yunani, tanah kelahiran demokrasi, akan mengirim respon demokratis yang akan bergema di seantero Eropa dan seluruh dunia,” ujar Perdana Menteri berusia 40 tahun ini.

Hari Sabtu (17/6) ini, menteri keuangan dari zona euro yang beranggotakan 19 negara akan mengadakan pertemuan di Brussels, Belgia. Pertemuan tersebut disebut-sebut sebagai usaha terakhir untuk mendorong terjadinya kesepakatan antara Yunani dengan para krediturnya.

Kalau kesepakatan tidak tercapai, Yunani terancam akan kehabisan uang dalam bentuk Euro. ATM seluruh Yunani akan kosong. Dan antrean panjang di bank-bank seluruh Yunani akan terjadi dalam sekejap. Situasi inilah yang membuat ketakutan bagi sebagian besar rakyat Yunani.

Di sisi lain, jika Yunani menerima kebijakan penghematan yang beringas itu, negeri ini akan mengalami pukulan ekonomi lebih lanjut, seperti kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial yang kian melebar.

Tsipras dan partainya, Syriza, sudah menegaskan tidak akan menyerah, apalagi menghianati mandat rakyat Yunani. “Tidak sejenak pun kami berpikir untuk menyerah, yaitu menghianati kepercayaan anda (rakyat Yunani),” kata Tsipras.

Menteri Energi Yunani, Panagiotis Lafazanis, menyakinkan bahwa rakyat Yunani akan memilih “Tidak” terhadap kebijakan bailout yang telah menyebabkan penderitaan berkepanjangan terhadap rakyat Yunani sejak krisis keuangan pecah lima tahun lalu.

“Ini adalah pengambilan keputusan demokratis dan rakyat Yunani akan memberikan jawaban demokratis. Dan jawaban itu menggema ‘Tidak’,” kata Lafazanis, yang juga memimpin sayap militan dalam Syriza, Platform Kiri.

Sejak berada di tampuk kekuasaan, Tsipras sudah mengambil beberapa langkah penting untuk menyelamatkan rakyat Yunani yang tercekik oleh kebijakan penghematan.

Kebijakannya, antara lain: menaikkan upah minimum dari 680 euro menjadi 751 euro, kupon makanan gratis untuk 300.000 keluarga berpendapatan paling rendah, listrik gratis untuk 150.000 rumah tangga miskin, mengembalikan sistem kesehatan publik, dan melarang penyitaan rumah.

Raymond Samuel

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid