Wali Kemarahan dalam Balutan “Thrash Metal”

Sedikit berbeda dengan al-Tirmidzi, Metallica mengetengahkan secuplik kisah tentang adanya wali kemarahan dalam lagunya yang berjudul St. Anger.

Dari sebuah buku karangan al-Hakim al-Tirmidzi diketengahkanlah sebuah tatanan spiritual-kosmologis yang benar-benar berkuasa namun tak kasatmata yang dikenal sebagai para wali. Seandainya pada tatanan negara modern ada presiden, para menterinya, dst., demikian pula tatanan spiritual-kosmologis ini. Kepercayaan pada adanya sebuah tatanan spiritual-kosmologis ini sebenarnya tak semata berkembang dalam sufisme dan tarekat-tarekatnya, tapi juga dalam Buddhisme Mahayana dengan konsep bodhisatwanya, Hindu dengan konsep avatarnya, dan kearifan lokal seperti halnya Jawa dengan konsep da-hyang atau danyangnya.

Sempat saya paparkan tentang struktur gerakan perlawanan Pangeran Dipanegara yang sampai hari ini tak tuntas dikupas oleh para sejarawan khususnya yang berkutat dengan sang pangeran (Yang Menyangga, yang Tak Terbaca: Mengulik Sejarah Minor Nusantara, Heru Harjo Hutomo, https://alif.id). Dalam hal ini, yang tak dipahami oleh para sejarawan, saya kira, adalah bahwa struktur gerakan perlawanan seorang Dipanegara ternyata bukanlah struktur gerakan perlawanan pada umumnya, tapi struktur gerakan spiritual-kosmologis sebagaimana dalam tarekat ataupun kejawen. Karena itulah, selama ini belum ada yang mampu menjawab pertanyaan: seusai Perang Jawa bagaimanakah nasib dan ke manakah para anggota laskar Dipanegara? Saya pun mengajukan sebuah tilikan bahwa para anggota laskar Dipanegara bertransformasi menjadi gerakan-gerakan spiritual sebagaimana tarekat yang memang tak bersifat publik.

Sedikit berbeda dengan al-Tirmidzi, Metallica mengetengahkan secuplik kisah tentang adanya wali kemarahan dalam lagunya yang berjudul St. Anger. Dalam balutan musik thrash metal yang kental dan sedikit bernuansa ballad, yang menjadi kekhasan Metallica sejak album The Black, wali kemarahan telah menguasai si “aku” dalam lirik. Memang, lagu itu dibuat Hetfield seusai proses rehabilitasi alkoholik yang dideritanya. Tapi, secara gamblang, frontman sekaligus gitaris yang acap memakai Gibson ini, dengan variannya yang ada, menggambarkan suasana ketika para wali sudah marah: “I feel my world shake/ Like an earthquake/ Hard to see clear/ Is it me? Is it fear?.”

Dalam sufisme memang, sebagaimana yang sudah saya kemukakan di muka, struktur para wali bersifat spiritual-kosmologis, berkaitan pula dengan tatanan kosmos. Al-Hikam seumpamanya, pernah menyiratkan bahwa para wali ini diberi “wewenang” untuk mengintervensi hukum alam. Hal ini dikenal sebagai “khariqul ‘adah.” Derrida dalam Off Grammatology mengistilahkan khariqul ‘adah ini sebagai “exorbitant.”Taruhlah perputaran bintang-gemintang dan planet-planet di jagat raya yang seturut dengan garis edarnya, para wali diberi “wewenang” untuk tak menurut atau bahkan mengintervensi garis edar ini.

Dalam setiap wilayah spiritual sekaligus kosmologis struktur para wali ini bersambung dari qutub sebagai sang pakubuwana, autad yang menguasai empat kiblat, dst. Para wali inilah yang konon selama ini menjaga jagat agar seturut dengan tertibnya. Maka ketika para wali ini sudah “angkat tangan” atau melepaskan tanggung-jawab spiritual-kosmologisnya karena faktor tertentu, maka tatanan spiritual maupun kosmologis akan seperti halnya yang dirasakan oleh si “aku” dalam lirik St. Anger Metallica.

Barangkali, apa yang saya kisahkan ini hanyalah sebentuk isapan jempol belaka. Tapi coba kita simak struktur politik keraton dengan gelarnya masing-masing. Pakubuwana, Hamengkubuwana, Paku Alam, Mangkunagara bersama wilayah kekuasaan turunannya masing-masing. Struktur politik pemerintahan modern pun juga tak jauh berbeda. Mulai dari presiden dan para menterinya, gubernur, walikota, bupati, dst. Perbedaannya, antara struktur kekuasaan spiritual-kosmologis dengan struktur kekuasaan politis, adalah bahwa yang pertama bersifat mastur (spiritual-kultural) dan yang kedua bersifat masyhur (politik).

Tantu, James Hetfield, Lars Ulrich, Kirk Hammett, dan Mike Trujillo, tak menyajikan dasar tekstual untuk mendukung kisahnya tentang wali kemarahan dan cara untuk menyikapinya. Tapi setidaknya, Metallica dapat merasakan kehadiran sosok wali kemarahan tersebut, yang mereka kabarkan bahwa “He never gets respect.”

Heru Harjo Hutomo, penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid