Mengapa Ketimpangan Kekayaan Tidak Terkendali?

Kekayaan Elon Musk sudah melampaui $200 milyar. Agar bisa mencapai kekayaan sebegitu, rata-rata pekerja di Amerika Serikat membutuhkan waktu bekerja selama 4 juta tahun.

Ketimpangan kekayaan telah menelan negeri ini hidup-hidup. Kita sekarang berada di zaman sepuhan kedua (gilded age[1]) Amerika, sama seperti di pengujung abad ke-19 ketika segelintir baron merampok memonopoli ekonomi, menekan upah, dan menyuap parlemen.

Sementara baron perampok ini sedang menyiapkan perjalanan riang-gembira ke luar angkasa, jarak antara kekayaan raksasa mereka dengan perjuangan demi receh pekerja Amerika tidak pernah terang-benderang. Selama 9 bulan pertama pandemi melanda AS, miliarder AS bertambah $2,1 triliun kekayaannya. Dan jumlah itu terus merangkak naik.

Kelompok super kaya memiliki pengaruh politik yang kuat untuk memotong kewajiban pajaknya sehingga tampak tak membayar pajak–kadang memang benar-benar tidak membayar pajak. Faktanya, orang seperti Jeff Bezos tidak membayar pajak federal di tahun 2007 dan 2011. Pada 2018, 400 orang terkaya di AS membayar pajak dengan tarif terendah dibanding kebanyakan orang.

Akan tetapi, kita tidak akan bisa menyelesaikan persoalan ini tanpa mengetahui bagaimana hal itu terjadi.

Mari kita mulai dari dasar-dasarnya.

I. Dasar Penjelasan

Ketimpangan kekayaan di AS jauh lebih tinggi ketimbang ketimpangan penghasilan.

Penghasilan (income) adalah apa yang kau dapat selama seminggu, sebulan, atau setahun. Sedangkan kekayaan mengacu pada nilai keseluruhan aset anda: mobil, rumah, saham, obligasi, dan lain-lain–semua aset anda yang bernilai. Bernilai bukan saja karena barang itu bisa dijual–ada orang yang bersedia untuk membayar nilai barang itu, melainkan juga karena nilai kekayaan itu bertambah.

Ketika jumlah penduduk bertambah dan bangsa semakin produktif, ekonomi secara keseluruhan akan berkembang. Pertumbuhan ini akan membuat nilai semua aset, seperti rumah, mobil, saham, obligasi, dan lain-lain, ikut bertambah. Tentu saja, resesi dan depresi juga kadang menurunkan nilai aset tersebut. Namun, dalam jangka panjang, nilai semua aset selalu bertambah.

Pelajarannya: nilai kekayaan terus meningkat dari waktu ke waktu.

Selanjutnya: kekayaan pribadi berasal dari dua sumber. Pertama, penghasilan pribadi yang anda tidak belanjakan. Kita menyebutnya tabungan. Jika tabungan itu diinvestasikan dalam bentuk saham, obligasi, properti, atai aset bernilai lainnya, maka itulah kekayaan anda. Dan kekayaan itu, seperti kita lihat, akan selalu bertambah dari waktu ke waktu.

Kedua, segala yang bernilai yang diwariskan dari orang tua, kakek-nenek, atau mungkin generasi sebelum mereka. Kita menyebutnya warisan.

Pelajarannya: kekayaan pribadi berasal dari tabungan dan warisan.

II. Mengapa kesenjangan kekayaan meningkat?

Di AS, kesenjangan antara orang terkaya dan populasi lainnya sangat menakjubkan. Pada 1970-an, 1 persen terkaya menguasai 20 persen kekayaan rumah tangga di negara itu. Sekarang, mereka menguasai lebih dari 35 persen.

Sebagian besar keuntungan mereka selama 40 tahun terakhir diperoleh dari peningkatan fantastis nilai saham.

Sebagai contoh, jika seseorang menginvestasikan $1000 pada 1978 dalam indeks saham umum–anggaplah S&P 500, maka nilainya hari ini mencapai $31.823, sudah disesuaikan dengan inflasi.

Siapa yang diuntungkan oleh lonjakan nilai yang fantastis ini? 1 persen orang terkaya, yang sekarang menguasai separuh dari seluruh pasar saham. Sementara, di saat yang bersamaan, upah riil pekerja nyaris tidak naik.

Sebagian besar orang Amerika tidak punya penghasilan yang cukup untuk ditabung. Sebelum pandemi, ketika ekonomi tampak baik-baik saja, hampir 80 persen warga Amerika hanya hidup dengan gaji pas-pasan.

Pelajarannya: sebagian besar orang Amerika tidak punya cukup pendapatan untuk menabung dan menumpuk kekayaan.

Jadi, ketika ketimpangan kekayaan melebar jauh, jumlah yang ditabung oleh segelintir rumah tangga berpenghasilan tinggi–kekayaan mereka–akan terus bertambah. Kekayaan mereka yang terus bertambah memungkinkan mereka mewariskan lebih banyak kekayaan kepada ahli warisnya (anak, cucu, dll).

Ambillah contoh, keluarga Walton, keluarga pemilik raksasa ritel Walmart, yang punya tujuh ahli waris yang masuk daftar miliarder majalah Forbes. Anak-anak mereka, dan milenial kaya lainnya, yang akan menumpuk lebih banyak lagi kekayaan bangsa. Amerika kini berada di puncak pewarisan kekayaan antar generasi terbesar dalam sejarah.

Seiring berlalunya boomers kaya-raya, sekitar $30 triliun hingga $70 triliun akan diwariskan kepada anak dan cucu mereka selama tiga mendatang.

Anak-anak mereka akan hidup dengan kekayaan yang diwariskan, dan selanjutnya akan mewariskannya lagi–dengan nilai yang terus bertambah–kepada anak-cucunya. Bebas pajak. Setelah beberapa generasi, sebagian besar kekayaan Amerika menumpuk hanya di segelintir keluarga.

Pelajaran: kekayaan dinasti terus meningkat.

III. Mengapa Penumpukan Kekayaan itu Bermasalah?

Konsentrasi kekayaan sudah membahayakan demokrasi kita. Sebab, kekayaan tak hanya menghasilkan lebih banyak kekayaan, tetapi juga kekuasaan atau pengaruh politik (power).

Kekayaan dinasti menumpuk di tangan segelintir tangan dan segelintir orang, yang bisa memilih lembaga nirlaba dan badan amal yang mereka mau didukung dan politisi mana yang perlu dibiayai. Ini memberi kekuasaan besar kepada elit yang tak dipilih (elit/cukong di belakang layar) untuk mengontrol ekonomi dan politik kita.

Jika ini dibiarkan terus, ini akan menyerupai dinasti kaum aristokrat Eropa di abad ketujuh belas, delapan belas, dan sembilan belas.

Kekayaan dinasti itu seakan mengolok-ngolok gagasan bahwa Amerika adalah meritokrasi, yang berarti orang-orang ditunjuk berdasarkan kemampuannya. Ini juga bertentangan dengan ide dasar ekonomi bahwa orang mendapatkan sesuai kerjanya, dan bahwa keuntungan ekonomi harus diberikan kepada mereka yang pantas mendapatkannya.

Bahkan ketimpangan kekayaan memperlebar perbedaan gender dan ras, karena perempuan dan mereka yang berkulit hitam cenderung berpenghasilan lebih kecil, tabungannya lebih kecil, dan warisannya lebih kecil.

Kekayaan rata-rata wanita lajang sebesar $3.210, sedangkan kekayaan rata-rata pria sebesar $10.150. Setiap perempuan lajang hanya mendapat 32 sen dari setiap 1 dollar yang diperoleh laki-laki lajang. Tentu saja, pandemi bisa memperlebar ketimpangan ini.

Kesenjangan kekayaan berdasarkan ras malah lebih mencolok. Setiap rumah tangga kulit hitam hanya memperoleh 13 sen dari setiap 1 dollar yang diperoleh rumah tangga kulit putih. Pandemi mungkin memperlebar kesenjangan ini.

Dalam segala hal, kekayaan dinasti ini melahirkan jenis aristokrasi yang hanya melanggengkan kehidupannya sendiri dan bertentangan dengan kehidupan yang diidamkan oleh banyak orang.

Pelajarannya: kekayaan dinasti menciptakan aristokrasi yang hanya melanggengkan hidupnya sendiri.

IV. Bagaimana Amerika Menangani Ketimpangan di Zaman Sepuhan Pertama

Terakhir kali Amerika menghadapi sesuatu yang sebanding dengan konsentrasi kekayaan sekarang ini adalah pada pergantian abad ke-20. Saat itu, Presiden Teddy Roosevelt memperingatkan: “sekelompok kecil orang sangat kaya dan berkuasa secara ekonomi, yang tujuan utamanya mempertahankan dan meningkatkan kekuasaan mereka dapat menghancurkan demokrasi Amerika.”

Jawaban Roosevelt adalah memajaki kekayaan. Kongres memberlakukan dua jenis pajak kekayaan. Yang pertama, pada 1916, pajak warisan, yaitu pajak atas kekayaan yang berhasil dikumpulkan oleh seseorang sepanjang hidupnya, yang dibayar oleh ahli waris mereka yang mewarisi kekayaan itu.

Yang kedua, pajak kekayaan, yang diberlakukan 1922, adalah pajak keuntungan  (capital gain), yaitu pajak atas peningkatan nilai aset, yang dibayarkan saat aset tersebut dijual.

Pelajaran: pajak warisan dan pajak capital gain diterapkan untuk mengekang penumpukan kekayaan di tangan segelintir orang.

Tetapi kedua pajak kekayaan ini telah menyusut sejak saat itu, atau telah tergerogoti oleh banyak celah sehingga tak efektif lagi untuk mencegah aristokrat baru AS yang sedang bangkit.

Kebijakan pemotongan pajak Presiden Donald Trump memungkinkan individu untuk menyisikan $11,18 juta dari kewajiban pajak warisan mereka. Itu berarti pasangan kaya bisa menyisihkan $22 juta kepada anak-anak mereka tanpa dipajaki. Belum lagi, orang-orang kaya punya banyak cara untuk melakukan penghindaran pajak.

Seperti pernah disampaikan mantan Direktur Dewan Ekonomi Nasional gedung putih, Gary Cohn, “hanya orang bodoh yang membayar pajak warisan.”

Bagaimana dengan capital gain dari pertambahan nilai saham, obligasi, rumah, atau barang-barang seni? Ada celah besar yang kerap dipakai dinamai “stepped-up basis”[2]. Jika si orang kaya menguasai asetnya hingga meninggal dunia, maka ahli waris akan mewarisinya tanpa perlu membayar pajak capital gain. Semua peningkatan nilai aset tersebut diabaikan begitu saja. Celah ini menghemat kewajiban pajak ahli waris sekitar $40 miliar per tahun.

Ini berarti sebagian besar kekayaan yang menumpuk di tangan segelintir rumah tangga bisa diwariskan secara turun-temurun tanpa dikenai pajak. Terus berkembang biak sepanjang waktu, sehingga bisa memberi penghasilan yang aman kepada keturunannya tanpa perlu bekerja sehari pun dalam hidupnya. Itulah kelas dinasti yang sedang kita ciptakan sekarang.

Pelajarannya: pajak warisan dan pajak capital gain pelan-pelan dihapuskan.

Mengapa kedua jenis pajak ini pelan-pelan terkikis? Kekayaan yang menumpuk di tangan segelintir orang memberinya kapasitas berlebih untuk menyumbang politisi dan partai politik. Dan mereka menggunakan pengaruh politik untuk mengurangi pajak. Persis seperti yang ditakutkan Teddy Roosevelt bertahun-tahun lalu.

V. Bagaimana mengurangi ketimpangan kekayaan?

Jadi, apa yang harus kita lalukan? Ikuti kebijakan Teddy Roosevelt dan terapkan pajak kekayaan.

Kaum super-kaya AS sudah menikmati manfaat dari sistem Amerika: dari UU yang melindungi kekayaan mereka hingga ekonomi yang memungkinkan mereka bisa menumpuk kekayaannya sejak awal. Mereka harus membayar kewajiban pajak mereka.

Mayoritas rakyat Amerika, baik demokrat maupun Republik, mendukung bahwa orang super kaya harus membayar pajak lebih banyak. Ada banyak cara untuk membuat mereka melakukannya: menghapuskan “stepped-up basis”, menaikkan pajak capital gain, mendanai penuh Internal Revenue Service (lembaga perpajakan AS) sehingga bisa mengaudit pembayar pajak kaya.

Di luar perbaikan itu, kita membutuhkan pajak kekayaan baru: pajak 2 persen untuk kekayaan di atas $ 1 juta. Itu hanyalah setetes dari seember kekayaan miliarder seperti Jeff Bezos dan Elon Musk, tetapi menghasilkan banyak tambahan anggaran untuk diinvestasikan dalam perbaikan layanan kesehatan dan pendidikan, sehingga jutaan rakyat Amerika bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang maju.

Satu hal penting yang perlu anda lakukan sebagai individu adalah adalah: (1)  meluangkan waktu untuk memahami realitas ketidaksetaraan kekayaan di AS dan bagaimana sistem dicurangi untuk mendukung mereka yang paling kaya dan (2) menuntut perwakilan politik anda (anggota DPR dari daerah pemilihan di domisili masing-masing) untuk mengambil tindakan mengatasinya.

Ketimpangan kekayaan yang terburuk dibanding abad-abad sebelumnya dan berkontribusi pada siklus ekonomi-politik yang kejam: pajak untuk si kaya dipangkas, sehingga kekayaan mereka makin menumpuk, sementara semua orang lainnya dipaksa hidup di bawah sistim kapitalisme yang kejam.

Kita harus menghentikan lingkaran setan ini. Kita harus menuntut ekonomi yang bekerja untuk melayani semua orang. Bukan ekonomi yang menumpukkan kekayaan di tangan segelintir orang yang punya hak-hak istimewa.

ROBERT REICH, ekonom Amerika Serikat dan pernah menjabat Menteri Tenaga Kerja di era pemerintahan Bill Clinton (1993-1997)

Artikel ini diterjemahkan dari sumber aslinya di https://robertreich.org/


[1] Keterangan penerjemah: sebuah masa di pengujung abad ke-19, kira-kira antara 1870-an hingga 1900-an, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa akibat industrialisasi dan perkembangan kereta api. Akan tetapi, seperti dicatat novelis Mark Twain, zaman itu juga ditandai dengan meningkatnya kesenjangan ekonomi. Catatan menyebutkan, 1 persen terkaya menguasai 51 persen kekayaan nasional, sedangkan 44 persen termiskin hanya mengusai 1,1 persen.

[2] Keterangan penerjemah: Stepped-up basis adalah ketentuan yang berlaku bila seorang wajib pajak mewariskan asetnya kepada ahli waris. Dengan stepped-up basis, apresiasi nilai aset selama wajib pajak masih hidup tak dihitung dalam menentukan pajak atas capital gains yang terutang.

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid