Kontroversi Pemotongan Rambut Mahasiswa di Kampus Mengundang Perhatian Publik

Serang-Berdikari Online, 27 September 2024 di Hari Jum’at di acara PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) insiden mengejutkan terjadi di Universitas Bina Bangsa Kota Serang Banten: sekelompok mahasiswa baru dipotong rambut mereka sebagai bagian dari peraturan yang baru diterapkan oleh pihak Panitia PKKMB Universitas Bina Bangsa. Kejadian ini memicu protes dari mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan yang menganggap tindakan tersebut sebagai pelanggaran hak individu dan terlalu berlebihan.

Insiden tersebut bermula saat sejumlah mahasiswa yang menghadiri acara orientasi kampus diingatkan oleh panitia bahwa rambut panjang dianggap tidak sesuai dengan “etika kampus”. Mahasiswa yang menolak untuk mematuhi peraturan tersebut kemudian dipanggil untuk menjalani pemotongan rambut di depan Gedung D Kampus A Universitas Bina Bangsa.

Salah satu mahasiswa, Muhammad Riski Muslia Roza, yang mengalami pemotongan rambut, mengungkapkan kekecewaannya.
“Saya merasa direndahkan dan dipermalukan di depan teman-teman saya; tidak adil dalam pemotongan rambut karena saya melihat ada juga mahasiswa baru yang rambutnya panjang tidak dipotong malah dilewatkan. Itu menurut saya terlihat ketidak-adilannya.”

Dalam waktu singkat, insiden ini menarik perhatian media dan publik. Banyak pihak, termasuk aktivis Hak Asasi Manusia, mengecam tindakan pemotongan rambut paksa ini sebagai bentuk pengekangan kebebasan berekspresi.

Sejumlah mahasiswa mengajak untuk berdiskusi tentang pentingnya menghargai keragaman dan menegakkan hak-hak individu di lingkungan pendidikan.
“Kampus seharusnya menjadi ruang untuk belajar dan berekspresi, bukan tempat untuk tekanan dan intimidasi dan hal ini, banyak mahasiswa yang berbicara kepada saya, yang memotongnya itu yang Bernama Netral,” kata Adam selaku mahasiswa Universitas Bina Bangsa semester 3 jurusan Ilmu Komputer.

Riski Apriansyah mahasiswa Universitas Bina Bangsa semester 5 mengungkapkan bahwasannya PKKMB itu bukan sebagai ajang penindasan untuk mahasiswa baru, melainkan sebagai ajang pertanggungjawaban mereka yang akan menjadi mahasiswa.
“Hubungannya dengan dipotongnya rambut mahasiswa baru itu mengancam kebebasan berekspresi.”

Banyak keluhan yang terjadi dan rasa kecewa yang ada di benak mahasiswa baru. Mereka menuntut panitia yang memotong rambut agar bertanggungjawab atas hal tersebut.

Dengan perdebatan yang semakin hangat, insiden ini menjadi sorotan utama, menegaskan pentingnya kebebasan berpendapat dan penghormatan terhadap identitas individu di dunia pendidikan.

(Jul)

[post-views]