Jakarta, Berdikari Online-Pimpinan Pusat Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (PP JAKER) dalam momentum Menuju 32 Tahun JAKER mengadakan diskusi publik dengan tema “Kebudayaan adalah Panglima untuk Mencapai Indonesia Emas” di Jakarta, Jum’at 18 Oktober 2024.
Diskusi menghadirkan tiga narasumber dengan berbagai macam latar belakang: Dominggus Oktavianus Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Adil Makmur, Sasmiyarsi Sasmoyo Pemerhati Budaya, dan Idaman Andarmosoko, budayawan.
Dominggus Oktavianus menyampaikan, dari tema diskusi ini dapat menarik dua frasa yaitu kebudayaan sebagai panglima dan mencapai Indonesia Emas.
“Dalam Mencapai Indonesia Emas, Indonesia memiliki dokumen asli yang diterbitkan oleh negara tentang visi Indonesia tahun 2045. Visi tersebut menggambarkan capaian Indonesia menjadi negara maju. Indikator disampaikan cukup banyak, mulai dari jumlah PDB per kapita, berapa capaian industri. Dalam dokumen tersebut ada 4 poin yang disampaikan, pertama soal Pembangunan manusia serta penguasaan teknologi, kedua Pembangunan ekonomi, ketiga pemerataan Pembangunan, dan keempat pemantapan pertahanan nasional dan tata Kelola untuk pemerintahan,” terang Dominggus.
Dia juga menjelaskan bahwa budaya masuk dalam kategori pertama: Pembangunan manusia.
“Namun, dalam pembahasan merinci kita melihat indikator-indikator yang lebih kuat adalah indikator ekonomi yang menonjol. Indikator kebudayaan dan kemanusiaan sangat lemah, jadi kita mau melahirkan atau memunculkan manusia yang seperti apa dalam beberapa tahun ke depan ini,” tambahnya.
“Kemudian saya melihat ada hal yang sangat penting bahwa bagaimana kebudayaan bisa mengambil satu tempat yang sangat penting dalam visi tersebut yaitu apakah akan memilih atau tidak. Pertama, apakah kebudayaan dilihat sebagai katalisator ekonomi mencapai Indonesia emas ataukah kebudayan dipandang atau diletakkan sebagai satu kekuatan batin, spiritual, dan intelektual untuk menjadikan manusia memiliki kemampuan untuk mencapai cita-cita tersebut. Ada dua dimensi yaitu, material dan spiritual,” lanjut Dominggus.
Ia juga menambahkan, mengutip Ki Hajar Dewantoro memiliki istilah sangat menyentuh dan cocok dengan kebudayaan Indonesia genetik dan aestetik adalah keindahan dan keluhuran. Pada dimensi ekonomi ada yang menarik tulisan yang pernah dimuat dalam media Kompas mengenalkan satu istilah penting yakni hilirisasi budaya.
Menurutnya Pemerintah saat ini gencar menyerukan hilirisasi Sumber Daya Alam terutama nikel yang diolah dan tidak lagi dijual dalam bentuk mentah dan kira-kira dalam program Prabowo-Gibran ada sekitar 20 item Sumber Daya Alam menjadi fokus utama hilirisasi.
“Dalam konteks hilirisasi budaya, kita dapat melihat bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat luas dengan berbagai ragam kebudayaan misalnya bahasa daerah beragam di seluruh Indonesia, kuliner, obat-obatan herbal, musik, tari-tarian, busana, dan masih banyak lagi. Hal ini merupakan kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia apabila kita memiliki perspektif untuk hilirisasi yang akan menghasilkan nilai tambah ekonomi,” jelas Dominggus lagi.
Dia pun menyampaikan kekuatan hegemoni menguasai dunia begitu dominan; dalam hal ini Barat dengan federalismenya saat ini sedang memudar dan identitas-identitas nasional lebih etnik dan lokal mulai menonjol. Sekarang orang-orang lebih bangga menggunakan pakaian yang bernuansa etnik dengan identitas dari daerah masing-masing untuk ditampilkan saat ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Situasi dunia saat ini, hegemoni liberalisme sedang runtuh dan sebaliknya identitas-identitas nasional lokal atau nasional sudah mulai muncul mengambil alih baik itu sebagai inspirasi kejayaan ke depan atau memang benar-benar sebagai pandangan.
Sementara itu Sasmiyarsi Sasmoyo menjelaskan bahwa berdasarkan kebudayaan Indonesia yang kaya apa sebenarnya yang ditonjolkan untuk mencapai Indonesia emas. Kebudayaan Indonesia sangat banyak seperti akar pohon yang berserabut. Namun, dari akar-akar budaya itu lahir masing-masing dari pada suku bangsa; apakah sudah terbentuk budaya Indonesia selain bahasa yang menjadi persatuan bangsa karena Indonesia dipersatukan oleh kekuatan sosial.
“Persatuan Bangsa Indonesia kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang dipelopori oleh pemuda dari berbagai daerah,” ungkap Sasmiyarsi yang juga biasa dipanggil Bu Mimis.
Ia juga menjelaskan bahwa pemikiran untuk bersatu sudah diinspirasi oleh sumpah tanah raja-raja. Pemuda mempunyai gagasan-gagasan tetapi tanah air dikuasai oleh raja-raja dan penjajah Belanda.
“Sejarah dan geografi harus menjadi pengetahuan umum bagi seluruh masyarakat. Indonesia merupakan benua maritim dengan Deklarasi Djuanda tahun 1957 di PBB. Di tahun itu, untuk menyeberang ke pulau lain harus memiliki pasport. Sejak adanya Deklarasi Djuanda, seharusnya Indonesia bukan hanya terdiri dari daratan dan laut, akan tetapi pulau-pulau agar bisa menyambung menjadi satu. Hal itu disetujui dan diakui setelah 25 tahun kemudian, ” terangnya.
“Bung Karno berpesan jangan pernah sekali-sekali melupakan Sejarah. Kita harus mengenal Sejarah geografi minimal selain antropologi dan etnografi. Ada ratusan ribu kebudayaan serta produk-produk budaya. China bisa menjadi bangsa dan peradaban yang unggul karena tradisi masih dianut dan dijalankan,” lanjut Bu Mimis.
“Kita harus mengenal sastra-sastra yang diproduksi leluhur kita untuk mengasah moral dan mentality kita. Kita harus kenal dan bangga akan budaya sendiri. Peradaban bisa terjadi: makin tinggi kebudayaan makin tinggi peradaban. Saat ini peradaban unggul dicapai oleh negara China, India..” tegasnya.
Idaman Andarmosoko menyampaikan JAKER merupakan pijakan kebudayaan mulai dari logo sampai mars.
“Budaya apa yang akan dibangun untuk mengarungi masa depan? Manusia tidak mengetahui masa depan. Jadi kita harus punya kekuatan untuk memiliki perahu yang tidak terhempas,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa ekonomi kreatif pada dasarnya ekonomi yang tidak berujung… ekonomi kreatif dilihat dari gagasan individu untuk dapat meningkatkan kualitas suatu barang sehingga dapat menunjang harga pasar. Ekonomi kreatif dapat berjalan secara langsung dan dapat berjalan sebagai pemukim.
Dia juga menyampaikan bahwa budaya merupakan identitas suatu bangsa dan budaya juga dapat menunjukkan Nasionalisme Bangsa.
“Fenomena saat ini di mana banyak orang mencintai Wibu merupakan karakteristik Jepang mulai kebiasaan, karakter, yang diekspor dan ditransplantasikan orang-orang di luar Jepang.”
Terakhir dia menegaskan identitas bisa dibuat dan dibawa; Cina Perantauan: identitasnya dijaga; juga Batak, bataknya tidak hilang terutama soal bahasa.
(Feby)


