Jerman Uji Coba “Universal Basic Income”

Jerman menjadi salah satu negara yang tertarik dengan konsep “Universal Basic Income” atau “pendapatan dasar universal”.  Sering disingkat: UBI.

Negara berpenduduk 83 juta jiwa ini tengah menguji coba gagasan yang sudah didengunkan oleh sang filsuf Thomas Moore sejak abad ke-16.

Dalam skemaPilotprojekt Grundeinkommen  (Proyek Percontohan Pendapatan Dasar), sebanyak 120 orang akan menerima 1200 euro atau 1400 USD per bulan selama 3 tahun.

Para peneliti akan membandingkan 120 penerima manfaat UBI dengan 1300 orang lainnya yang tidak menerima bantuan atau uang sama sekali.

Jürgen Schupp, peneliti yang memimpin proyek ini, mengatakan, berharap uji coba ini akan meningkatkan kualitas perdebatan tentang UBI. Setidaknya, proyek ini akan memberi bukti ilmiah.

“Sejauh ini, perdebatan tentang pendapatan dasar masih sebatas debat salon, kadang jadi debat layaknya pemeluk keyakinan,” katanya.

Bagi penentangnya, UBI ditengarai akan membuat orang malas bekarja. Sebab, ketika kebutuhan dasarnya tercukupi, maka orang akan lebih memilih leyeh-leyeh.

Sebaliknya, bagi pendukungnya, UBI diyakini akan membuat orang lebih merdeka dalam bekerja. Ketika kebutuhan dasarnya terpenuhi, orang bisa bekerja sesuai dengan bakat dan keterampilannya.

Tak perlu lagi orang bekerja pada pekerjaan yang tak disenanginya, dengan menyerahkan seluruh waktunya sepanjang hidupnya, hanya demi mengejar sesuap nasi dan kebutuhan untuk bertahan hidup (survive).

Lebih jauh, UBI dianggap bisa mengatasi persoalan kemiskinan dan ketimpangan. Juga mengatasi ancaman hilangnya banyak pekerjaan akibat otomatisasi dan kehadiran artificial intelligent (AI).

UBI adalah penjaminan terhadap hak dasar setiap warga negara, yang berbentuk tunai (cash-transfer), bersifat individual (per individu), tak bersyarat, dan universal (semua warga negara).

Begitu terjadi pandemi, UBI dibicarakan luas. Tak hanya oleh politisi progressif, tetapi oleh sayap kanan. UBI dianggap menjadi jawaban paling komprehensif terhadap warga negara yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan.

Model UBI lebih efektif ketimbang jaring pengaman sosial (social safety net), yang sifatnya targeting (ada kelompok sasaran), bersyarat, per keluarga, dan tidak universal.

Apa Rencananya?

Melalui uji coba ini, para penerima manfaat akan mengisi kuisioner, yang mempertanyakan manfaat pendapatan dasar pada kehidupan mereka, pekerjaan mereka, dan kehidupan sosialnya.

Ada banyak parameter yang akan diukur dalam uji coba ini. Mulai dari apakah UBI akan membuat penerimanya semakin malas atau makin kreatif? apakah mereka memanfaatkan waktu luang atau berleha-leha saja?

Apakah mereka memanfaatkan uangnya untuk diri sendiri atau juga menanggung orang lain? Apakah mereka makin terlibat dalam banyak kegiatan sosial atau tetap mengurung diri dalam urusan pribadi?

Sejak rencana proyek ini diumumkan, ada 1 juta orang yang mendaftar. Kemudian, sebanyak 20 ribu orang diantaranya dipilih secara acak, lalu diwawancarai secara mendalam tentang situasi kehidupan mereka.

Dari jumlah itu, 1500 orang akan dipilih. Lalu dibagi menjadi dua kelompok untuk diperbandingkan: 120 orang sebagai penerima manfaat, sedangkan 1300 lainnya tidak menerima manfaat.

Bagaimana Proyek ini Didanai?

Proyek ini melibatkan 140 ribu-an donor, baik pribadi maupun swasta.

Proyek ini akan menggandeng para ekonom, psikolog, dan peneliti kesejahteraan sosial.

Finlandia, negara Nordik di Eropa utara, sudah melakukan uji coba serupa pada 2017-2018. Dalam skema uji coba Finlandia, sebanyak 2o00 warga yang menganggur menerima uang sebesar 560 euro per bulan selama dua tahun.

Hasilnya: bantuan itu membuat para penerimanya bisa lebih baik secara finansial, lebih sehat mental, dan lebih optimis melihat masa depan.

Spanyol, salah satu negara yang paling terdampak oleh covid-19, juga melirik program sosial seperti UBI ini. Hanya saja, dalam konteks negeri matador, penerimanya menyasar keluarga miskin dan paling terdampak oleh pandemi.

Di Inggris, sebuah survei yang dilakukan oleh YouGov menemukan, lebih dari separuh warga Inggris (51 persen) mendukung UBI untuk masa pandemi.

Di Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyinggung kemungkinan pemerintah akan beralih pada konsep UBI. Terutama karena dunia, termasuk Indonesia, berhadapan dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan tenaga manusia tergantikan oleh otomatisasi atau robot.

“Jika robot menghancurkan kesempatan kerja, maka kita harus menerapkan universal basic income,” kata Sri Mulyani, seperti dikutip Jakarta Globe (12/10/2017).

Lalu, bagaimana menurut anda?

Mahesa Danu

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid