Jauh sebelum tahun 1922, Raden Suwardi Suryaningrat yang kemudian berganti nama Ki Hadjar Dewantara sudah memprediksi bangsa Indonesia akan mengalami JAMAN KEBINGUNGAN.
Dimulai dari munculnya periode pada pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti Era Orde Lama (1959-1966), Era Orde Baru (1967-1998) dan Era Reformasi (1998-sekarang), pergantian rezim selalu menyatakan koreksi total terhadap sistem kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada rezim orde sebelumnya. Seperti semangat lahirnya Orde Baru: bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai koreksi total terhadap Orde Lama. Lahirnya Era Reformasi merupakan koreksi dan perubahan secara drastis untuk perbaikan dalam bidang (politik, sosial, ekonomi, budaya dan agama) yang dilaksanakan pada Era Orde Baru yang dipandang totaliter dan tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Lahirnya Reformasi dengan semangat yang luar biasa mengoreksi tatanan rezim Orde Baru itu yaitu tidak melaksanan Pancasila dan UUD 1945, tetapi justru melakukan Amandemen empat kali terhadap UUD 1945, dengan mengadopsi aturan bangsa asing yang dipandang perlu dan selaras untuk kehidupan bangsa Indonesia pada saat itu. Padahal itu adalah kepentingan bangsa asing yang sukar didapat dengan alat penghidupan Bangsa Indonesia, hingga acapkali kita merusak sendiri kedamaian hidup bangsa kita.
Selanjutnya apa yang kita lihat dan rasakan dengan amandemen UUD 1945 memang menghasilkan berbagai prestasi dan kemajuan yang telah dicapai Bangsa Indonesia, tetapi ada dua hal yang tidak selaras dengan kehidupan kita yaitu (1) dominasi asing (2) tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menjadi liberalis dan kapitalis, yang berdampak pada maraknya korupsi, kolusi, nepotisme, manipulasi, penyalahgunaan kekuasaan, memanfaatkan hukum dan dominasi ekonomi kelompok tertentu.
Jika mau jujur, itulah hasil kebingungan kita. Dalam jaman kebingungan ini, kita mesti menggunakan keadaban kita sendiri (Culture Historis) untuk mencari jalan kehidupan kita dengan keadaban bangsa kita sendiri yaitu menggunakan keadaban kita: Pancasila dan UUD 1945 dengan benar. Semoga segera keluar dari kebingungan.
Yogyakarta, 10-09-24
Tarto Sentono (Wakil Ketua Umum DPN ISRI)
Foto : Illustrasi Kebingungan


