Situasi dan kondisi dunia kian memanas pasca Presiden Amerika Serikat ( AS), Donald Trump meniupkan terompet perang dagang ( Trade War) dengan sejumlah negara di dunia terutama dengan negeri tirai bambu, China. Pasca terompet Trump itu menggelegar bak petir menyambar bumi, China pun meradang karena tarif Trump yang terlampu tinggi menekan China. China tidak tinggal diam, bangsa tirai bambu itu pun membalasnya dengan kebaikan tarif balasan menekan AS. Hubungan kedua negara menjadi renggang lantaran China tak mau bernegosiasi dengan AS sebagaimana dilakukan negara negara lainnya.
Dampak dari perang dagang yang dipicu oleh kenaikan tarif impor Trump terhadap barang- barang industri semata, tapi kini melebar sampai bidang lainnya yaitu industri perfilman. Sebagai balasan terhadap kenaikan tarif itu, Pemerintah China baru- baru ini mengancam akan melarang seluruh film impor produk Amerika dikonsumsi atau diputar di seluruh negeri China.
Mengutip Kompas.com, rencana larangan tersebut diungkapkan oleh dua blogger berpengaruh, Liu Hong dan Ren Yi, yang memiliki kedekatan dengan pemerintah Cina. Mereka menyatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari respons terhadap kebijakan tarif yang dianggap merugikan Cina.
Meskipun belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Cina mengenai pelarangan ini, jika dilaksanakan, hal ini akan berdampak signifikan pada industri film Hollywood yang sangat bergantung pada pasar China.
Industri film AS telah menghasilkan pendapatan besar dari Cina, dengan film-film Hollywood meraup sekitar $585 juta pada tahun 2024, yang berkontribusi sekitar 3,5% dari total box office negara tersebut.
Lalu bagaimana dengan Indonesia apakah Indonesia juga akan bersikap demikian? Mungkin ya mungkin juga tidak. Pasalnya, belum lama ini Presiden Prabowo Subianto telah memutuskan untuk mengirim para menterinya untuk membangun negosiasi dengan AS terkait tarif. Jadi Indonesia mengambil langkah soft dalam menyikapi ini. Sementara soal industri film impor AS juga tidak atau belum ada sikap resmi dari pemerintah Indonesia.
Cuma entah secara kebetulan atau tidak, beberapa waktu lalu sebelum diriuhkan dengan berita perang dagang Rumah Produksi Visinema melaunching perdana Film Animasi Jumbo Karya Sutradara Ryan Adryandi. Film Animasi Jumbo tersebut diputar di berbagai bioskop dan mendapat dukungan publik mencapai 1,8 juta. Kabar gembira ini menjadi berita viral pertama di dunia industri perfilman sejak era Presiden Joko Widodo hingga Presiden Prabowo Subianto. Karena baru Kali ini ada anak bangsa yang berinovasi dan berkreasi menciptakan film Animasi JUMBO.
Kabar suka cita ini kemudian menarik perhatian banyak pihak yang memberikan apresiasi terhadap Film Animasi Jumbo. Wakil Ketua DPR RI, dari partai Gerindra memberikan apresiasi yang tinggi kepada anak anak bangsa yang telah memproduksi film layar lebar tersebut. Dasco mengatakan bahwa Film Animasi Jumbo ini adalah karya tebaik anak bangsa sebagai dukungan dari legislatif. Ia juga mendorong rumah produksi Visinema terus mendukung industri perfilman anak di Indonesia.
Selain Dasco, Anisa, Ketua Jaringan Kebudayaan Rakyat (JAKER), juga menyambut baik kehadiran dan peluncuran Film Animasi Jumbo tersebut. Dalam rilisnya, dia mengatakan ia sangat bangga dan memberikan apresiasi kepada sutradara Ryan dan kawan- kawan yang telah sukses memproduksi dan merilis Film Animasi Jumbo ini. Baginya, Film ini menciptakan sejarah baru bagi anak anak Indonesia di tengah maraknya serbuan film film animasi produk luar negeri (masing) yang menguasai dunia media sosial.
Menurut penulis, kehadiran Film Animasi Jumbo ini menjadi sebuah momentum kebangkitan dalam dunia industri perfilman anak di Indonesia. Sejak zaman Soekarno, Soeharto hingga Jokowi, para sutradara dan rumah rumah produksi film di Indonesia sangat minim memproduksi film film untuk anak anak. Hampir semua sutradara dan rumah produksi film hanya memproduksi film remaja dan dewasa tentang kisah sejarah, percintaan dan film film laga. Dahulu anak anak di kampung Kampung cuma menonton film film sejarah peperangan dan film film perang kemerdekaan yang diputar Dengan layar tancap. Setelah munculnya TVRI hitam putih ada film anak Si Unyil yang sangat merakyat, namun Film Anak Si Unyil akhirnya kalah saing dengan film film Cartton Tommy & Jerry, Donal Bebek dan Scooby-Doo fim impor dari Amerika Serikat. Selain itu film untuk anak anak sama sekali tidak ada, walaupun saat itu sudah ada bioskop tapi bioskop hanya milik orang dewasa yang menggandrungi film panas seksual dan film action Rambo, Komando, Cobra, Chuck, Norris dan lain lain dari Ameika juga Film Ninja (Ohara) dan Bruce Lee dari China
Memasuki jaman modern dengan kecanggihan dunia teknologi digital dan medsos, anak anak Indonesia bisa dikatakan lebih banyak mengandrungi game dan menonton film film cartoon atau animasi produksi negara Amerika, China, Jepang, Korea dan Malaysia yang menembus dan mengakar di pasar konsumen anak anak Indonesia. Salah satunya adalah Film Upin Ipin karya anak anak Malaysia. film yang kental menggambarkan bahasa, budaya dan tradisi negara Malaysia ini cukup lama bertahan di Indonesia bahkan sampai saat ini.
Secara intrinsik, film bukan hanya sekedar hiburan dan bisnis semata. Dalam sebuah film menyampaikan banyak pesan, ada pesan moral, pesan religius, budaya dan juga politik Untuk itu, dengan adanya film Animasi Jumbo yang diproduksi anak anak Indonesia kali ini, menjadi sebuah momentum strategis bagi industri perfilman Indonesia untuk juga berlomba lomba memproduksi film film Indonesia yang bisa menembus pasar internasional, bukan hanya film dewasa tetapi juga film anak anak untuk go international dengan ciri khas kental budaya , adat istiadat, dan latar alam Indonesia.
Mengapa Drama Korea sangat digandrungi oleh kaum remaja dan dewasa tetapi film Indonesia tidak digandrungi di negara lain? Mengapa Film Animasi Upin Ipin Malaysia di gandrungi anak anak Indonesia, dan Film Animasi Indonesia tidak digandrungi oleh anak anak Malaysia? Ketika anak anak di kampung kampung gila dengan Film upin Ipin dan Film Film produk Amerika termasuk film film action asing dewasa tentunya kita Tidak bisa mempersalahkan mereka Karena memang tidak ada film film anak Animasi atau film non animasi yang diproduksi bagi anak anak Indonesia. Dengan adanya Android anak anak Indonesia akhirnya lebih banyak terseret dan terpenjara dalam film film barat dewasa yang mudah diakses termasuk film film berkonten pornografi yang marak di media sosial.
Jadi kehadiran Film Animasi Jumbo Ini harus menjadi ikon kebangkitan film anak Indonesia yang telah lama mati suri diterpa serbuan produksi film film anak dari luar. Melalui munculnya produksi film animasi Jumbo ini menyiratkan pesan mendalam dan motivasi yang besar bagi generasi Indonesia untuk tampil bersaing di pasar industri film animasi dunia, dan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan bisnis ekonomi. Meskipun tantangan global yang sangat berat saat ini dengan modernitas dan industrialisasi digital, mamun kepercayaan diri generasi Indonesia tidak diragukan lagi dengan munculnya Film Animasi Jumbo Karya Sutradara Ryan Adryandi dan Rumah Produksi Visinema.
Pesan dan kesan lain, semoga dengan Film Animasi Jumbo mendorong lagi generasi Indonesia lainnya berkreasi menciptkan film Animasi lainnya yang berakar pada cerita sejarah dan budaya Indonesia yang terkenal dengan banyak cerita rakyat, dongeng dongeng dan berbagai bentuk karya inovatif lainnya yang bisa disadur dari para penulis Indonesia dahulu dan saat ini. Gerakan membangun ekonomi, budaya dan edukasi yang kuat dalam tubuh sebuah bangsa salah satunya adalah menyalematkan anak anak Indonesia generasi masa depan dengan menciptakan Film Film Anak untuk membentuk karakter, membangun jati diri yang kental dengan kebudyaan bangsa Indonesia yang diwariskan leluhur.
Kornelius Moa Nita, S.Fil


