Sebuah Road Map menuju Dipantara Indonesia Emas
Latar Belakang Pemikiran
Negara yang kuat dimulai dari kenyataan bahwa seluruh masyarakat bangsa meyakini dan memegang teguh peradabannya. Peradaban inilah yang menjadi isi dari karakter State and Nation Character Building’s. Peradaban menjadi kapal, kompas, jangkar, mercusuar, rambu-rambu, sekaligus peta perjalanan pelayaran kebangsaan yang hendak menuju pulau baru harapan. Ketika dalam proses perjalanan terjadi ombak, badai dan taufan tantangan, serta jika terjadi selisih antara nahkoda beserta seluruh awak kapalnya, maka jiwa peradaban itulah yang menjadi pegangan penting untuk mencari solusi menghadapi segala jenis tantangan dan pertikaian pandangan antara para pemimpin pelayaran.
Peradaban inilah yang akan di-breakdown menjadi grand narasi, yang kemudian diejawantahkan menjadi strategi pembangunan Dipantara Indonesia. Rumusan strategi besar pembangunan inilah yang akan diimplementasikan dalam semua bidang dan sektor yang akan menjiwai semua kebijakan yang ditempuh negara/pemerintahan dan kabinet para menteri. Oleh karena itu, nantinya akan menjadi peta besar yang utuh. Sekalipun gonta-ganti pemerintahan dan presiden tetapi peta besar ini yang akan menjadi acuan bersama. Strategi pembangunan ini agar memiliki kaki yang kuat diturunkan menjadi taktik pencapaian, baik dalam pola rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan terapannya dalam jangka pendek.
Bagaimana masyarakat/bangsa seperti Indonesia yang membangun nation state bukan berangkat dari realitas sebagai suatu bangsa ras tunggal yang utuh, melainkan hanya berasal dari mitos ciptaan baru sebagai satu bangsa yang didirikan dengan mantra imagine community? Sebaliknya, sesungguhnya pada kenyataannya terdiri di atas ranah masyarakat multi Ras, multi etnik, multi suku dan anak suku dan bercabang-cabang puak-puak? Dan dengan demikian tidak memiliki satu peradaban besar yang utuh dan koheren?
Berangkat dari kenyataan ini, wajib disadari bahwa nation state yang hendak diciptakan adalah “Projek Bersama Menjadi Dipantara Indonesia”. Rasa kepemilikan sense of belonging terhadap Dipantara Indonesia perlu diperkuat: bahwa nation dan state ini adalah milik seluruh tumpah darah Dipantara Indonesia yang tidak boleh dimonopoli oleh satu kelompok atau satu kepentingan, dan lalu mengeksklusi kelompok-kelompok yang lainnya. Menjadi Indonesia adalah proses milik bersama untuk menyusun dan membangun secara terus-menerus, yang prosesnya sudah, sedang dan masih tengah terus dijalankan, sebuah proses unfinished, an endless journey’s. Tak seorang pun, dan tak satu kelompok pun yang boleh diabaikan, apa lagi ditinggalkan dan dipersekusi,
Apakah nasionalisme dan negara kebangsaan Indonesia dibangun berdasarkan kebangsaan tunggal, sebuah Ras yang bernama Indonesia? Jawabannya adalah tidak. Indonesia sebagai istilah, sebagai konsep adalah ciptaan baru dari kesalahpahaman etnologi dan para etnografi Eropa yang menganggap pulau dan kepulaun Dipantara Indonesia ini sebagai India, negeri yang mereka cari dalam ekspedisi yang membawa misi penaklukan dan penguasaan seluruh dunia oleh Eropa. Nama Indonesia sendiri adalah konsep yang kita adopsi begitu saja dari para etnolog Eropa. Karena itu rethinking Indonesia atau Dipantara Indonesia adalah hal penting untuk mewujudnyatakan identitas diri kita sebagai masyarakat, bangsa dan negara.
Para founding father menerima dan menghidupi konsep dari kesalahpahaman tersebut menjadi imagine community demi menggalang solidaritas untuk menghelat gerbong pergerakan nasionalisme melawan kolonialisme Anglo-Saxon. Setelah 79 tahun kita sebagai bangsa merdeka, kita bisa memasang jarak dan merenungkan kembali tentangnya untuk menemukan dasar-dasar baru kebangsaan kita kemarin, hari ini, dan besok di masa mendatang.
Untuk itu penggalian kembali arkeologi dan sejarah konsep Indonesia sebagai nation state, membedah kembali Kongres Pemuda I dan II, asal muasal lahirnya Imagine Community – (Bertanah Air Satu, Berbangsa Satu, dan Berbahasa Satu: Indonesia) menjadi kebutuhan yang mendesak kalau tidak mau dikatakan mendasar dan penting. Ini adalah imperative penting yang harus segera dijalankan karena sampai sekarang ke-Indonesia-an ini akan masih selalu menjadi persoalan yang mengganggu gerak langkah kita menjadi Dipantara Indonesia. Kita lihat: energi bangsa ini lebih banyak mempersoalkan masalah ini, mempertengkarkannya bahkan sampai berdarah-darah. Bereskan kesepakatan bersama menjadi Dipantara Indonesia: Satu Bahasa, Satu Bangsa dan Satu Tanah Air. Dipantara Indonesia adalah kita semua seluruh tumpah darah Dipantara Indonesia.
Break Down Tema-Tema Diskusi
Kluster Tema Diskusi Manusia Dipantara Indonesia bisa menghadirkan para narasumber Biologi Molekuler Eikmann semisal Ahli Penelitian Mikrokondria DNA Herawati Supolo Sudoyo dkk, Arkeolog Dr. Daud Tanudirjo, MA, Sejarawan Hilmar Farid , Antropolog Ragawi dll)
- Siapakah Manusia Dipantara Indonesia?
- Mengkaji sejarah migrasi populasi yang mendiami Dipantara Indonesia.
- Menggali Antropologi Ragawi/ Kedokteran, Biologi Molekuler Genom dan DNA yang menyusun manusia Indonesia.
- Membongkar mitos Pribumi dan Non Pribumi asli Austronesia/Dipantara
- Mencari asal-usul bangsa-bangsa, Ras-Ras dan etnik yang mendiami Austronesis/Dipantara
- Memikirkan ulang Kedipantaraan KeIndonesiaan kita.
- Di manakah letak Ras dan Keetnikan kita dalam Nation and State Dipantara Indonesia?
Kluster Tema Nasionalisme dan Kebangsaan bisa menghadirkannarasumber diskusi Sejarawan, Budayawan, Filsuf dan Aktivis Pergerakan.
- Mencari sejarah dan akar lahirnya nasionalisme dan gerakan kebangsaan
- Membedah lahirnya Nasionalisme.
Nasionalisme adalah janin yang dilahirkan oleh unsur jantan sejarah revolusi Industri dengan Ibu kandung Revolusi Borjuasi Perancis. Jadi Nasionalisme adalah anak kandung Revolusi Industri, Kapitalisme, Kolonialisme dan Imperialisme.
- Reformulasi Nasionalisme Dipantara Indonesia Kini dan Esok.
- Persoalan-persoalan dan tantangan nyata nasionalisme yang dihadapi hari ini dan esok
- Tantangan Nasionalisme Dipantara Indonesia di Dalam Dunia yang Berubah
- Negara Pusat dan Daerah, Daerahisme
- Sentralisme atau Federalisme
- Mengkritisi Otonomi Daerah Kebablasan yang Berbau Federalisme
- Mengkaji UU dan Peraturan Daerah yang Kental dengan Nuansa Agama
- Sumbangan Sastra dan Jurnalistik dalam Pembangunan Nasionalisme.
Kluster Tema Diskusi Peradaban dan Budaya:
- Apakah Dipantara Memiliki Peradaban?
- Membongkar Mitos Peradaban/Kebudayaan Adi Luhung.
Oleh karena Indonesia/Dipantara masih under construction process, maka peradaban Indonesia/Dipantara juga masih under construction sebagai proses yang sudah sedang dan akan masih terus berjalan under construction.
Mencari akar peradaban Dipantara adalah terdiri dari kompleks kumpulan multi induk peradaban dari multi Ras dan multi etnik, penyusun Indonesia/Dipantara (Negrito Melanesia, Polinesia, Austronesia, Yunan, India, China, Arab et all, etc). Peradaban Dipantara tidak tunggal karena terbangun dari multi Ras dan Etnic.
- Menuju Peradaban Dipantara Indonesia yang Dibayangkan.
Kluster Tema Diskusi Bahasa dan Sastra:
- Sumbangan Bahasa Proto Melayu dalam Bahasa Indonesia.
- Induk Bahasa Indonesia Melayu Pasar Lingua Franca.
- Kenegarawanan Bangsa/Suku Jawa yang Menerima Bahasa Melayu sebagai Induk Bahasa Indonesia.
- Sumbangan Sastra Peranakan Cina dalam Pengembangan Bahasa Indonesia
- Sumbangan Bahasa India, Sanskerta, Arab, Belanda dan Cina dalam Perkembangan Bahasa Indonesia.
- Sumbangan Kalangan Sastrawan dan Jurnalis Pergerakan dalam Pengembangan Bahasa Indonesia (H.O.S. Cokroaminoto, H. Misbach, Tirto Adisuryo, Mas Marco Kartodikromo, Semaun, Ki Hajar Dewantara dll).
- Sumbangan Bahasa-Bahasa Daerah dalam Pengembangan Bahasa Indonesia
- Sumbangan Bahasa Asing dalam Pengembangan Bahasa Indonesia.
- Pengembangan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Sains dan Teknologi ke Depan.
- Bahasa dan Sastra sebagai Reservoir Memori Peradaban dan Semennya terhadap Pembangun Nation and State Character.
- Hilangnya Bahasa Ibu: Apakah Sesuatu yang Harus Ditangisi atau Harus Diikhlaskan?
- Strategi dan Politik Kebahasaan demi menuju Satu Bahasa Dipantara Indonesia sebagai Bahasa Perantara dan Bahasa Persatuan Nasional.
- Menuju Sastra Dipantara Indonesia Modern, Seni Musik, Drama dan Film sebagai Budaya Nasional Dipantara Indonesia.
Kluster Tema Diskusi Hubungan antara Peradaban dan Sains, Mencari Akar yang Lama dan Membangun Sains yang Baru:
- Mencari akar sains dan pengetahuan dan akar tekhnologi lama untuk mengembangkan sains pengetahuan dan tekhnologi baru non mainstream Anglo-Saxon.
- Mencari Aksara dan Bahasa yang Pernah Tumbuh di Dipantara, baik yang sudah punah, yang nyaris punah maupun yang masih hidup, sebelum datangnya dominasi dan hegemoni Aksara dan Bahasa Latin dan Romawi dan Bahasa Modern Anglo-Saxon.
- Kajian Manuskrip Penting karena banyak menyimpan sains, pengetahuan populer terutama medik herbal, pengobatan alternatif, dan pengetahuan lain yang tersembunyi misalnya tekhnologi bangunan dan arsitektur dll (Kalau perlu termasuk di dalammya membedah mitos-mitos, ilmu pengobatan mistis, teleportasi, Ilmu nujum, Santet, sihir dll).
- Membedah Sains Metalurgi Kuno dalam pembuatan keris, Gamelan dll
- Membedah Sains dan Tekhnologi Lama Fermentasi Minuman dan Olahan Makanan.
- Sains Modern dan Pengembangan Peradaban Manusia Dipantara Indonesia dan Kedokteran Kuno
.Usaha membedah mitos-mitos sangat penting karena cara nenek moyang Austronesia menyampaikan sains dan pengetahuan secara lisan lewat mitos-mitos dan kearifan lokal masih banyak yang belum diteliti secara ilmiah.
- Sains dan Tehnologi Perkapalan Kuno dan Kapal Modern.
- Pengembangan Sains Kekayaan Potensi Laut, perikanan, sumber protein dan sumber protein hasil laut.
- Pengembanganan Sains dan Tehnologi Terapan Pertanian Darat dan Permukaan Perairan Darat dan Laut.
- Pengembangan Sains dan Tehnologi Perkapalan. Menurut Antony Reid. Dipantara produsen kapal kayu besar.
- Menggali Sains, Pengetahuan dan Teknik Terkait dengan Maritim, Kajian Angin Musson, iklim dan cuaca.
- Pengembangan Sains Geologi dan Geospasial dan Kebencanaan berdasarkan Indonesia /Dipantara yang tersusun dari gunung-gunung dan anak-anak gunung berapi di daratan dan di kedalaman laut yang karenanya perlu pengembangan sains terkait kekayaan mineral, metalurgi, hydrocarbon dan sumberdaya alam lainnya.
Kluster Tema Diskusi Rekayasa Pengembangan Budaya/Peradaban baru
- Keindonesiaan dan Kedipantaraan kita bukanlah mengelap-ngelap warisan budaya dan peradaban lama yang “Kita bayangkan pernah ada, yang sejujurnya masih belum terwujud”, namun juga bukan menyembah-nyembah secara takhlit pada pengaruh budaya peradaban dan budaya baru yang datang lebih kemudian di Indonesia yang berasal dari hegemoni budaya Latin, Romawi dan terkemuka Anglo-Saxon.
- Menolak logika yang dipaksakan melestarikan budaya sebab budaya adalah segala kompleks tata cara manusia menghadapi alam dan masyarakat, budaya akan berubah kalau alam dan masyarakat berubah. Budaya bukan benda material.
- Warisan budaya yang bersifat material perlu dipugar dan dijaga kelestariannya
- Mempertimbangkan kembali secara kritis Polemik Kebudayaan jaman Pujangga Baru tahun 30-an; Polemik Kebudayaan Gema Suasana 40-an; Polemik Kebudayaan Angkatan Baru 50-an; Polemik Kebudayaan para penganut kebudayaan kosmopolitan Anglo Saxon (yang liberal , maupun yang populis-sosialistik) 60-an.
- Mempersiapkan Polemik Kebudayaan Baru pasca perang dingin dan munculnya tatanan dunia baru multipolar, multi peradaban, multi center geopolitik dan pusat pertumbuhan ekonomi baru.
- Budaya dan Tourisme: Menolak pengembangan budaya yang hanya bertujuan komodifikasi budaya.
- Mengkaji buku Nusa Jawa Silang budaya Denys Lombard dan Asia Tenggara Antony Reid, untuk mengenali sejarah soal Austronesia dan tanah berdirinya Keindonesiaan.
- Menggagas ulang nation and state character building’s. Aspek pentingnya kuatnya kharakter kebangsaan yang menjadi tumpukan dan akar tatanan sosial dan harus ditopang oleh kedaulatan politik yang kokoh, kedaulatan pangan dan perkembangan sains modern yang tangguh.
Kluster Tema Ideologi Budaya:
- Ideologi Pancasila Kemarin, Kini, dan Esok
- Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Tantangannya
- Dipantara Indonesia seperti Apa yang Hendak Kita Bangun Bersama
- Mengkaji Posisi Indonesia di Tengah Penyusunan Ulang Geopolitik Dunia.
- Diskusi Sejarah Sosial, Mencari Akar Demokrasi Lokal, Mempertimbangkan Ulang Demokrasi Liberal.
- Mencari Model Pembangunan Masyarakat Baru yang kompatibel dengan kharakteristik Dipantara sebagai negara kepulauan dan maritim.
Indonesia/Dipantara adalah negara pulau dan kepulauan. Negara Maritim yang luas perairan darat, sungai-sungai, lautan, laut dan samudera lebih luas dari daratan. Strategi budaya dan pembangunan harus diletakkan atas dasar dan bersumber dari konsepsi ini.
- Membangun Tatanan Masyarakat Dipantara Indonesia Baru yang adil, makmur-sejahtera, demokratis, dengan perkembangan sains dan tekhnologi yang maju.
- Politik dan Strategi Negara Dipantara Indonesia dalam kiprahnya di antara bangsa-bangsa guna membangun tatanan multi polar, yang menghargai perbedaan peradaban, multi center dan menolak dominasi dan hegemoni Anglo-Saxon.
- Membangun Tatanan Dunia Baru yang adil untuk semua negara, setara-sederajat, dan kerja-sama bilateral yang saling menguntungkan, menolak monopoli sains dan pengetahuan..
Sastra Dipayudha
Follower JAKER
catatan:
Tulisan ini dipersembahkan untuk JAKER, Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat, yang sedang bersiap merayakan Hari Ulang Tahun ke-32 Tahun dan mengambil tema: 32 Tahun JAKER: Mencapai Indonesia Emas Dengan Hilirisasi Budaya

