Jakarta-Berdikari Online, Digo DZ melakukan Roadshow dan Temu Kreatif di Empat Daerah. Jakarta, Selasa, 20 Agustus 2024, menjadi lokasi yang terakhir tepatnya di Warung Apresiasi Bulungan Jakarta Selatan. Sebelumnya, telah dilakukan di Bandung, Serang dan Tangerang.
Acara tersebut menggabungkan Live Music dengan dialog tentang Pancasila. Live music tersebut diisi seluruhnya oleh Tim Band dari Digo DZ yang juga menjadi salah satu pembicara. Pembicara lainnya ada Agus Jabo Priyono, Ketua Umum Partai Rakyat Adil Makmur, PRIMA dan Jodi Yhudono , wartawan senior dan pemusik. Acara dipandu oleh Bang Dul dan Mbak Tika yang menjadi Master of Ceremonies.
Kegiatan tersebut dibuka dengan penampilan dari Digo DZ dan Tim yang menyanyikan tiga lagu dari Album Pancasila 2022. Kemudian dilanjut dengan sambutan dari Abahroji selaku Produser Eksekutif Album Pancasila 2022. Dalam sambutannya, Abahroji menyampaikan bahwa kegiatan ini bisa diselenggarakan berkat kolaborasi komunitas Pancasila dalam rangka mengampanyekan ide-ide atau esensi Pancasila.
“Kita mereminder kembali esensi tentang Pancasila. Pencipta lirik-lirik ini yaitu Bang Antonius, saya kira telah bergulat dari waktu ke waktu, menerjemahkan ini dalam sebuah diksi. Diksi, saya kira itu bukan hal yang mudah,” ucap Abahroji.
“Republik ini tidak ada yang paling hebat, tidak ada yang paling bisa merekatkan selain Pancasila. Sudah teruji dari tahun ke tahun, Pancasila adalah barrier, penjaga kita, untuk berbangsa dan bernegara,” lanjutnya dalam sambutan.
Dalam penutupnya, ia menyampaikan, dari hasil diskusi dan membaca beberapa buku, menurutnya, kita harus mengakui sampai saat ini, kita belum seutuhnya merasakan arti Pancasila yang diidam-idamkan para pendiri bangsa kita.
Antonius Ginting, Produser Eksekutif Album Pancasila 2022 menceritakan bagaimana proses terbentuknya Album tersebut yang dimulai dari cerita pertemuan pertamanya dengan Digo DZ.
“Digo merupakan kawan lama saya,” ucapnya.
Antonius merasakan bagaimana seniman pada saat Covid tidak ada kegiatan. Kemudian sering dalam obrolan dari Digo DZ yang menceritakan keresahan-keresahannya tentang situasi yang seharusnya dan apa yang terjadi. Karena pada saat itu sedang terjadi pandemi Covid-19, maka pertemuan-pertemuan tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
“Saya bersahabat dengan Mas Agus Jabo. Beliau dulu terkenal dengan kirinya. Ada perjalanan sejarah di Indonesia ini unik; ada percampuran ideologi yang tidak terjadi mungkin di tempat lain sehingga beliau berkesimpulan sosialisme yang cocok untuk Indonesia adalah Sosialisme Pancasila,” lanjutnya saat bercerita tentang perjalanan Album Pancasila 2022.
Ia juga menceritakan perjalanannya belajar ke kanan dengan kawan-kawan LKSB; belajar tentang keagamaan dan lain-lainnya. Dari Bang Gofur yang juga meneliti tentang ideologi, menurut beliau Pancasila juga Kanan. “Ternyata Pancasila adalah tengah-tengah yang harus kemudian menyatukan. ”
Dari obrolan di saat Covid itu, mereka memintanya untuk membuat syair yang kemudian Antonius tulis dan akhirnya menjadi tujuh lagu dalam sebuah Album Pancasila 2022.
“Pancasila merupakan hal yang luar biasa untuk Indonesia, monggo kita kaji, kita hayati dan kemudian kita laksanakan untuk menjadi dasar negara kita yang sesungguhnya, pandangan hidup yang sesungguhnya,” pungkasnya.
Pada sesi dialog, Digo DZ sebagai vokalis menyampaikan, sebenarnya Digo paling anti Pancasila; dari kawannya di Kediri yang berdoa dengan kalimat-kalimat Pancasila, yang kemudian Digo aminkan atas doa tersebut. Sejak saat itu mulai perjalanan ini sampai bertemu dengan Antonius yang menjadi penulis syair dalam lagunya.
“Saat dia berdoa dengan kalimat itu, saya aminkan juga dan melekat hingga saat ini.”
Menurut Digo, untuk metode yang digunakan agar mampu menarik pendengar lagu yaitu dengan menciptakan lirik yang unik. Kini album ini bisa didengarkan melalui Youtube.
Jodi memulai dengan cerita bahwa kehidupan manusia dimulai dari bunyi atau suara. Setelah bunyi menjadi bagian dari kehidupan manusia, manusia membutuhkan untuk berkomunikasi, untuk menyampaikan pesan.
“Saya kira apa yang dilakukan Digo ini salah satu upaya yang baik, yang perlu kita teruskan,” ucapnya.
“Ketika kita mengajak Gen Z atau anak-anak bahkan, tidak perlu menggunakan musik yang kencang seperti Digo, bahkan bisikan pun itu diperlukan oleh mereka. Kita ajak mereka bicara dengan berbisik, dengan kelembutan. Mengajak mereka mencerna bagaimana nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari atau dengan dongeng, ” pungkasnya.
Saat Agus Jabo ditanya perlu tidak nilai Pancasila ini kita kampanyekan, Agus Jabo menjawabnya hanya dengan satu kata “Wajib”. Kemudian Agus Jabo diminta tanggapannya dari lagu-lagu yang tadi sudah didengarkan bersama. Agus Jabo menjawabnya dengan berkata bahwa ia sebenarnya awam dengan musik karena ia hanya penikmat saja.
Agus Jabo menyampaikan bahwa lagu-lagu dari album ini lagu-lagunya merupakan hasil dari manahnya yang sangat dalam. Manah dari kata Pemanahan yang dalam Bahasa Jawa bermakna rasa yang sangat dalam. Kemudian ia melanjutkan dari sejarah Pancasila bahwa Bung Karno bukan penciptanya tapi Bung Karno menggali apa artinya Pancasila yang sudah menjadi way of life-nya masyarakat Indonesia.
“Saya akan mengatakan bahwa Pancasila itu adalah kasih sayang, bukan eksploitasi, bukan dominasi, bukan penindasan tapi kasih sayang,” ujarnya.
“Makanya Album Pancasila ini adalah momentum menyambut kembalinya Sabdo Palon Noyo Genggong menuju Indonesia menjadi mercusuar dunia,” lanjutnya.
Pernyataan tersebut diawali dengan cerita tentang Sabdo Palon yang meninggalkan Nusantara dan datang ke beberapa Negara yang kemudian negara tersebut menjadi besar dan hancur setelah ditinggalkan Sabdo Palon. Ia mengutip dari buku yang berjudul kuasa ramalan, penulisnya Peter Carey, orang Inggris yang meneliti Diponegoro selama 30 tahun. Kalimatnya yaitu bahwa Eropa selesai, Amerika sudah selesai, ini mestinya Indonesia karena dia sangat mengerti jati diri bangsa, mestinya Indonesia yang harus menawarkan ke dunia konsep tentang Indonesia.
“Situasi sekarang dengan maraknya sosial media yang sangat membahayakan maka kita harus kembali ke jati diri kita yaitu Pancasila. Pancasila adalah gotong royong, Pancasila adalah kasih sayang, kita harus kembali kepada jati negara kita. Kita harus membuat pergerakan, semua harus bergerak, PRIMA garis politiknya adalah Pancasila dan saya akan berjuang untuk mengembalikan nilai-nilai Pancasila,” kata Agus Jabo. “Sekedar masukan aja buat Mas Digo ataupun kita semua,” lanjut Agus Jabo,” ya supaya kemudian Pancasila ini bisa diterima oleh frame-nya terutama anak-anak, saya pikir kita harus menggunakan konsep heroisme; anak-anak kecil suka hero, suka tokoh-tokoh hero, suka superhero bahwa Indonesia ini negara besar; Indonesia ini pernah besar gitu loh ya kan kita harus kembali menjadi negara besar; caranya cuman satu: menjadikan Pancasila sebagai filosofi landasan dan bintang arah buat bangsa kita ke depan. Saya pikir itu kita harus terus menyampaikan itu ke anak-anak.”
Menutup obrolan, Agus Jabo menyampaikan bahwa Pancasila itu selain pintar juga budi pekerti. “Pintar saja bagi orang Indonesia belum cukup kalau budi pekertinya tidak bagus.”
(Pupah)


