Antara Tribhuwana dan Suhita: Pilkada Jawa Timur 2024 dan Berbagai Variannya yang Ada

Jawa Timur, dimana kerajaan besar seperti Majapahit pernah menghiasi perjalanan sejarah Nusantara, memang memiliki kekhasannya. Salah satu di antaranya adalah terdapatnya dua raja perempuan: Tribhuwana dan Suhita yang seolah seperti satu pribadi dengan ruang dan waktu yang berbeda.

Karena seperti terpola dengan satu pribadi dengan kondisi ruang dan waktu yang berbeda itulah, untuk mengutip cerita-cerita tutur, orang menjadi bingung ketika meletakkan sosok Damarwulan, seorang yang biasa-biasa saja—bahkan seorang pengais rumput—, pada dua ruang dan waktu yang berbeda itu.

Dalam cerita-cerita tutur, Damarwulan—yang dari segi nama sebenarnya tak biasa untuk dikenakan pada sosok yang konon biasa-biasa saja—tentu kemudian menjadi sosok yang luar biasa karena bisa menuntaskan misi yang tak biasa dari ratu Majapahit, entah menyingkirkan Menak Jingga ataupun Raden Gajah.

Mengaitkan sejarah dengan berbagai peristiwa politik tentu adalah hal yang biasa-biasa saja mengingat banyak pemimpin dan calon pemimpin di Nusantara kerap disambungkan atau menyambungkan kondisinya dengan berbagai tokoh sejarah. Lebih daripada itu, kebudayaan Jawa memang meletakkan waktu sebagai siklus, pola-pola yang bergulir secara sama dengan berbagai variannya yang ada.

Terlalu mudah rasanya untuk mengidentikkan pilkada Jawa Timur dengan pilpres yang berlangsung beberapa waktu yang lalu. Kultur Jawa Timur yang religius, dimana salah satu ormas keagamaan terbesar di Indonesia lahir, bisa jadi bukanlah varian yang menjadi penentu atas hasil pilgub 2024, mengingat pasangan 01 pada pilpres kemarin, yang jelas-jelas tampak religius, tak menjadi pilihan masyarakat Jawa Timur.

Agama, dengan kondisi internal atau dinamika yang ada bahkan pun pada satu “sekte” agama yang sama, tampaknya bukan lagi menjadi hal yang mendasar untuk dipertimbangkan para konstituen pemilu dalam menjatuhkan sebuah pilihan.

Jawa Timur, pada kasus pilpres beberapa bulan yang lalu, tentu adalah salah satu penentu kemenangan pasangan 02, yang memang tak seperti pasangan 01 yang terpaksa mempertahankan citra “kesucian” ataupun pasangan 03 yang seakan sedang menuju citra “kesucian.”

Dengan demikian, tepatlah menyambungkan sejarah Tribhuwana ataupun Suhita pada pilkada Jawa Timur 2024 yang, di balik itu semua, mengetengahkan pula representasi kecenderungan

pemilih yang tak lagi sama: Damarwulan. Damarwulan adalah sosok sejarah yang gelap, bukan sosok yang identik dengan kesucian seorang cantrik maupun bangsawan, dan tentunya bukan pula identik dengan kesucian non-cantrik maupun non-bangsawan. Namun, meskipun hanyalah seorang yang biasa-biasa saja, terbukti keberadaannya yang  misterius menjadikan Tribhuwana dan Suhita serasa satu pribadi yang sama, meskipun pada ruang dan waktu yang berbeda.

Penulis: Heru Harjo Hutomo

Foto : (IllustrasiTribhuana dan Suhita diambil dari Wkipedia)

[post-views]