Aktivis 98 Melaksanakan Diskusi Urgensi Persatuan Nasional

Jakarta, Berdikari Online – “Pertemuan antara Budiman Sudjatmiko dengan Prabowo Subianto merupakan sebuah terobosan yang biasa saja ketika mengambil pilihan politik dan harus kita hargai; (menuju) Pemilu 2024 menjadi tanggungjawab moral bagi Aktivis 98 untuk merebut kekuasaan dan menyusupi kekuasaan sebab hal ini telah menjadi komitmen untuk mewujudkan cita-cita bersama,” ujar Immanuel Ebenezer, aktivis Forum Kota, Forkot  dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Konsolidasi Aktivis 98 Demokrasi berkolaborasi (In Collaboration) dengan Kelakar Indonesia dengan tema Urgensi Persatuan Nasional Di Mata Aktivis 98 di Kedai Tempo Utan Kayu 68H Jakarta, Jumat (11/8/2023)

Dalam forum yang sama, Firman Tendry, dari Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) mempertanyakan: apakah Persatuan Nasional menjadi kebutuhan, keinginan ataukah cita-cita?

“Politik kontemporer hari ini,  tidak ada lagi presiden di belahan dunia mana pun yang berlatar-belakang militer.  Untuk itu kita harus konsisten mendorong pemerintahan yang berlatar belakang sipil. Hal ini berangkat dari konstruk sosial sebagai kebutuhan utama,” kata Firman Tendry

Menjawab pertanyaan Tendry, Budiman Sudjatmiko dalam diskusi itu pun menyampaikan bahwa Persatuan Nasional merupakan hal prinsip dan juga merupakan cita-cita sejarah. Kita harus memiliki militansi yang sama seperti 25 tahun lalu untuk memperjuangkan kepentingan bangsa.

“Pergeseran dan pergesekan situasi internasional terkait perkembangan teknologi dan informasi Artificial Intelligence (AI), kita harus bergotong royong menghadapi dan menunjukkan eksistensi kita bahwa kita ada untuk menjadi negara maju. Ada tiga aspek penting yang harus kita lihat yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia seperti imajinasi dan sistem politik yang bersih,” tambah Budiman Sudjatmiko yang menjadi Ketua  Umum Partai Rakyat Demokratik, PRD, ketika Presiden Soeharto berkuasa dan masih dalam penjara Orde Baru ketika Presiden Soeharto lengser.

 “Melihat tantangan situasi global saat ini yakni dekolonisasi 2.0 dan untuk menentukan arah demokrasi  baru ke depan,  Persatuan Nasional harus dilihat dari situasi global yang telah menyusup ke dalam negeri,” begitu kata Dominggus Oktavianus selaku Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) yang juga menjadi pembicara  dalam diskusi itu.

Dominggus Oktavianus juga mengatakan bahwa negara ini telah mengalami fragmentasi demokrasi; demokrasi yang kita perjuangkan tidak hanya pada level atas melainkan harus sampai pada level bahwa rakyat biasa.

Aktivis Mangapul Silalahi, pembicara yang lain, juga dari Forum Kota menyatakan jika Persatuan Nasional bukan baru hari ini saja dibicarakan tetapi Persatuan Nasional sudah digaungkan semenjak pra kemerdekaan, Orde Lama hingga Orde Baru.  “Saatnya sekarang, kita selaku Aktivis 98 mengakhiri perdebatan ini untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur,” ajaknya.

Diskusi  Konsolidasi Aktivis 98  berkolaborasi dengan Kelakar Indonesia ini menghadirkan lima narasumber yaitu Budiman Sudjatmiko, Dominggus Oktavianus (Sekretaris Jenderal DPP PRIMA), Firman Tendry dari Forum Komunikasi Senat Mahasiswa (FKSMJ), Mangapul Silalahi dan Immanuel Ebenezer dari Forum Kota (FORKOT). Diskusi dipandu oleh dua moderator yaitu Syurkon Djamal dan Fadilla Firdausy. Diskusi dibuka dengan pembacaan puisi oleh Bang Haris, seniman dari Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER) yang membacakan dua buah puisi sebagai perenungan dan refleksi kondisi negara hari ini.

(Julfikar)

[post-views]