Partai Kiri Menang di Pemilu Mongolia

Pemilihan Umum (Pemilu) Parlemen Mongolia, yang diselenggarakan pada Rabu (29/6/2016), menghasilkan perubahan politik yang cukup signifikan.

Partai Rakyat Mongolia (Mongol Ardiin Nam/MAN), yang berhaluan kiri, berhasil meraih suara terbanyak di pemilu tersebut. Menurut media lokal, Partai Rakyat Mongolia mengklaim memenangi 63 dari 76 kursi di Negara Besar Khural (Parlemen Mongolia).

Hasil tersebut berhasil menjungkalkan partai berkuasa, Partai Demokratik. Partai berhaluan kanan-liberal ini kehilangan dukungan karena gagal mengatasi persoalan ekonomi.

Tempat ketiga diduduki oleh Partai Rakyat Revolusioner Mongolia (MAKHN), yang merupakan pecahan dari Partai Rakyat Mongolia.

“Rakyat Mongolia telah memberikan kepercayaan kepada Partai Rakyat,” kata Ketua Partai Rakyat Mongolia, Miyegombiin Enkhbold, dalam konferensi pers di Ulan Bator, Kamis (30/6/2016).

Menurutnya, partainya akan berjuang untuk mewujudkan kepercayaan rakyat itu. “Kami akan menjalankan kepercayaan anda untuk memulihkan ekonomi dan kesejahteraan sosial,” tegasnya.

Di bawah pemerintahan Partai Demokratik, ekonomi Mongolia memang terjun bebas. Negeri yang bergantung pada ekspor bahan mentah ini, khususnya batubara dan tembaga, mulai ketar-ketir setelah harga komoditas dunia jatuh dan ekonomi Tiongkok menurun.

IMF memperkirakan ekonomi Mongolia hanya tumbuh 0,4 persen. Padahal, di tahun 2011, sebelum Partai Demokratik berkuasa, ekonomi Mongolia tumbuh 17,5 persen. Tidak hanya itu, isu korupsi juga menerjang partai berkuasa.

Dalam situasi itu, Partai Rakyat tampil sebagai pengeritik paling pedas dan paling nyaring terhadap berbagai kebijakan yang diproduksi oleh pemerintahan berkuasa.

Partai Rakyat sendiri berdiri sejak tahun 1920. Dulunya bernama Partai Rakyat Revolusioner Mongolia, yang mengadopsi marxisme-leninisme sebagai ideologi partai.

Partai ini berpartisipasi pada Revolusi Mongolia di tahun 1921. Setelah Mongolia, partai ini menjadi partai berkuasa hingga tahun 1996. Tahun 2004-2008, partai ini kembali berkusa.

Tahun 2010, partai ini menghilangkan kata “revolusioner” dari nama partainya. Ini yang menyebabkan perpecahan dan melahirkan Partai Rakyat Revolusioner Mongolia.

Selain membuang kata “revolusioner” di namanya, Partai Rakyat juga berganti ideologi dari marxisme-leninisme menjadi sosial-demokratik. Meski demikian, Partai Rakyat mengklaim tetap berdiri di barisan kiri progressif.

Di pemilu, partai ini menjanjikan industrialisasi nasional untuk mendorong penciptaan lapangan kerja. Juga menjanjikan pendidikan dan kesehatan gratis.

Raymond Samuel

[post-views]