Kongres ke-8 Partai Rakyat Demokratik (PRD), yang digelar pada tanggal 24-26 Maret 2015, di Jakarta, dihadiri oleh 500-an peserta yang mewakili delegasi struktur PRD di seluruh Indonesia.
Yang menarik, selain dihadiri oleh para kader dan anggota PRD, kongres ke-8 ini juga dihadiri oleh perwakilan dari sejumlah partai berhaluan kiri dari sejumlah negara, seperti Australia, Malaysia, Filipina, Swedia, dan Timor Lester.
Alex Bainbridge, perwakilan dari Socialist Alliance (SA) Australia, menceritakan keadaan ekonomi-politik negerinya di bawah kekuasaan partai kanan liberal, Tony Abbot.
Menurutnya, isu ekonomi-politik yang sedang menghangat di Australia tidak terlepas dari serangan rezim neoliberal di bawah Tony Abbot, seperti pemangkasan belanja sosial, kebijakan keras terhadap para pengungsi, dan serangan terhadap komunitas Aborigin.
“Kami berjuang untuk untuk berjuta orang, bukan untuk jutawan. Kami yakin apa yang kami lakukan juga dilakukan PRD di Indonesia karena gerakan kita bersifat internasional,” kata Alex saat menyampaikan pesan solidaritas di Kongres ke-8 PRD, Selasa (24/3/2015).
Tak jauh beda, Luka Espiritu, perwakilan dari Partido Lakas ng Masa (PLM; Party of the Laboring Masses) Filipina, menceritakan kedekatan historias dan kultural antara Indonsia dan Philipina.
“Dulu kita (Indonesia dan Filipina) adalah saudara kandung. Namun, setelah kedatangan kolonialisme, kita menjadi terpisah-pisah dan menjadi negara sendiri-sendiri,” ujarnya.
Ia mengajak PRD mempererat kerjasama dengan PLM dalam kerangka melawan imperialisme dan neoliberalisme di kawasan Asia Tenggara. “Kami mengajak PRD untuk menyatukan aktivitas kita. Kami mengundang kawan dari PRD untuk hadir ke Filipina pada bulan November 2015 untuk menentang pertemuan APEC,” kata Luke.
Pesan solidaritas juga disampaikan oleh Aduka Taruna, perwakilan dari Parti Sosialis Malaysia (PSM). Ia bercerita tentang musuh yang sama yang dihadapi rakyat Malaysia dan Indonesia, yakni kapitalisme.
Pesan solidaritas juga datang dari Partai Kiri Swedia (Vänsterpartiet) melalui sepucuk surat. Surat tersebut dibacakan oleh perwakilan PRD di Eropa, Tom Iljas.
Kemudian pesan solidaritas juga datang dari Partai Demokrat (Partido Democratico)Timor Leste. Tidak tanggung-tanggung, delesai Partai Demokrat Timor Leste dipimpin langsung oleh Sekretaris Jenderal-nya, Mariano Assanami Sabino.
Dalam suratnya, Mariano berbicara mengenai kontribusi besar PRD dalam pembebasan nasional rakyat Timor Leste. “Bahwasanya PRD adalah saudara kita. PRD adalah kawan kita. PRD adalah bagian dari pembentukan negeri kita,” kata Mariano melalui sepucuk surat yang dibacakan oleh koordinator Deputi Kajian dan Bacaan KPP PRD periode 2010-2015, Rudi Hartono.
Mariano juga menceritakan, Konstitusi Republik Demokratik Timor Leste telah memerintahkan menulis dan mendokumentasikan kisah perjuangan nasional rakyat Timor Leste dengan mencantumkan PRD sebagai satu-satunya organisasi di Indonesia yang terlibat sejak awal hingga akhir dalam pembebasan nasional Timor Leste.
“Konstitusi Negara kami telah memandatkan hal ini. Konstitusi negara kami mengamanatkan agar kami tidak tumbuh sebagai bangsa yang lupa akan jasa dan kontribusi yang dilakukan oleh pihak lain, seperti PRD, dalam proses perjuangan bangsa Timor Leste,” terangnya.
Tedi CHO