Kabinet sementara Mesir sudah menyerahkan surat pengunduran diri kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, Senin (21/11). Pengunduran diri ini merupakan respon atas kekerasan militer dan polisi Mesir yang sudah berlangsung tiga hari.
Sedikitnya 35 orang dilaporkan tewas. Sedangkan lebih dari 1500 orang dinyatakan terluka akibat bentrokan berdarah itu. Sampai berita ini diturunkan, bentrokan masih terus terjadi di kota Kairo, Ibukota Mesir.
Selain di lapangan Tahrir, bentrokan juga terjadi di dekat Kantor Kementerian Dalam Negeri Mesir. Tetapi para aktivis dan gerakan rakyat telah menjadikan lapangan Tahrir sebagai pusat utama perlawanan.
Puluhan ambulance hilir-mudi di jalan-jalan untuk membawa orang yang terluka ke rumah sakit. Tembakan peluru karet dan gas air mata membuat banyak sekali korban berjatuhan. Sementara demonstran hanya berusaha membalas dengan lemparan batu.
Meskipun korban sudah berjatuhan, seorang perwira militer di Kairo membantah bahwa militer telah menyerang demonstran di lapangan Tahrir dan melakukan kekerasan berlebihan terhadap pengunjuk rasa.
Saeed Abbas, nama pimpinan militer itu, mengatakan militer hanya membentengi kantor Kementerian Dalam Negeri Mesir dari massa di lapangan Tahrir. Militer dan polisi mengaku mereka melakukan tindakan itu atas permintaan Menteri Dalam Negeri.
Tetapi berbagai rekaman video, termasuk yang disebarkan di jejaring sosial, memperlihatkan kebrutalan pasukan militer dan polisi. Militer memukuli demonstran tanpa ampun hingga mereka tak bergerak lagi—mungkin tewas.
Kamal Bothaina, seorang perempuan yang menjadi kandidat presiden, mengaku dirinya mengalami pelecehan seksual saat ditangkap kemarin.
Situasi ini kian membuat orang pesimis dengan pelaksanaan pemilu pada 28 November mendatang. Beberapa partai politik dan kandidat indivu telah memutuskan untuk menunda keterlibatan mereka dalam pemilu.
Sedangkan tanda-tanda berakhirnya bentrokan belum bisa dipastikan. Sekelompok pemuda revolusioner telah menyerukan satu juta orang untuk turun ke jalan. Seruan serupa juga menggema melalui berbagai jejaring sosial.
Presiden AS Barack Obama menganggap bentrokan di Mesir tidak berjalan dalam kerangka menuju pemilu dan percepatan transisi demokrasi. Perancis juga mengutuk keras tindakan kekerasan di Mesir.
Rakyat Mesir merasa kecewa karena militer masih ngotot untuk berkuasa. Padahal, seharusnya dalam beberapa bulan, kekuasaan sudah mesti dialihkan kepada pemerintahan sipil. Akan tetapi, pihak militer berjanji baru akan menyerahkan kekuasaan pasa pemilu Presiden. Tetapi pemilu presiden sendiri belum diputuskan jadwalnya.
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid