Rapat Akbar PRD Jateng Dan Bergemanya Seruan Anti-Imperialisme

Gedung Wanita, di Jalan Sriwijaya, Semarang, Jawa Tengah, berkobar-kobar. Ribuan orang memenuhi ruangan gedung itu. Sebagian besar mereka adalah kader, anggota, dan simpatisan Partai Rakyat Demokratik (PRD).

Bendera merah bergambar bintang gerigi tampak berderet-deret di sepanjang jalan, terutama di jalan Sriwijaya, hingga gedung Wanita. Hal serupa juga nampak di jalan Gajah Mada, jalan Siliwangi, jalan Ahmad Yani, dan jalan Jatingaleh.

“Sedikitnya 1600 bendera kami pasang di sepanjang jalan itu. Agar rakyat tahu adanya rapat akbar PRD,” kata Bagas Ardiansyah, salah seorang pengurus PRD Provinsi Jawa Tengah.

Hari itu, Minggu, 13 Maret 2011, PRD Jawa Tengah sedang menggelar rapat akbar partai atau sering disebut vergadering.

Rapat akbar itu dihadiri langsung oleh Ketua Umum PRD, Agus Jabo Priyono. Hadir pula tamu undangan seperti Permadi, Sekda Kabupaten Kendal, perwakilan DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Lindu Aji, dan perwakilan berbagai organisasi massa.

Karangan bunga dan ucapan selamat berjejer di depan pintu masuk ruangan pertemuan. Karangan bunga itu datang dari, antara lain, wakil walikota Semarang dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jateng.

Sempat tidak mendapatkan ijin

Acara rapat akbar ini bukannya tanpa hambatan. Beberapa hari menjelang pelaksanaan acara, pihak Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah menolak memberikan surat ijin.

Pihak Kepolisian beralasan bahwa PRD belum terdaftar sebagai partai politik di Kesbangpol dan Linmas. “surat ijin dari Polda baru bisa turun kalau kita sudah mempunyai surat keterangan sebagai partai politik,” kata Bagas, yang juga bertindak selaku ketua panitia rapat akbar ini.

Karena pihak Polda menolak memberikan surat ijin, maka pihak pengelola Gedung Wanita, tempat sedianya acara ini dilangsunkan, enggan menyewakan tempat pertemuan.

Beruntung, beberapa saat menjelang hari H, pihak kepolisian akhirnya bersedia memberikan perijinan. Acara rapat akbar pun akhirnya bisa dilangsungkan dengan aman dan lancar.

Suasana rapat akbar

Hampir seluruh peserta rapat akbar menggunakan kaos PRD berwarna putih. Sementara para pengurus KPW (setingkat wilayah) mengenakan seragam berwarna merah.

Ruangan pertemuan penuh sesak. Karena jumlah kursi sangat terbatas, maka sebagian peserta pun memilih berdiri. Meskipun kondisinya begitu, massa tetap terlihat serius dan antusias mendengarkan orasi-orasi politik.

Menjelang siang hari, sekitar pukul 11.30 WIB, acara rapat akbar pun dimulai. Sekelompok orang berseragam merah-kuning memimpin massa dalam ruangan untuk menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan “Mars PRD”.

Seusai penyampaian pidato sambutan ketua panitia, Ketua Umum PRD pun melantik secara resmi kepengurusan KPW-PRD Jawa Tengah. Adapun susunan kepengurusan KPW PRD Jateng adalah sebagai berikut: Sunu Fajar (Ketua), Bagas Ardiansyah (Sekretaris), Kholid (biro organisasi), dan Kelik Ismunanto (Deputi kajian dan bacaan).

Seruan anti-neokolonialisme

Tiba saatnya penyampaian orasi-orasi politik. Mantan politisi PDI Perjuangan dan sekarang ini berkiprah di Gerindra, Permadi, diberi kesempatan untuk menyampaikan orasi di bagian pertama.

Permadi membuka pidatonya dengan memuji PRD. “PRD-lah satu-satunya partai politik yang konsisten melawan neo-kolonialisme,” katanya.

Lebih lanjut, Permadi mulai mengurai beberapa kesamaan antara cita-cita politik PRD dan cita-cita politik Bung Karno; yaitu sama-sama mencitakan-citakan terwujudnya bangsa mandiri dan berdaulat berdasarkan konsep Trisakti.

Sementara itu, Ketua Umum PRD Agus Jabo Priyono, yang menyampaikan pidato selanjutnya, menjelaskan bagaimana penjajahan neoliberal sudah menghancurkan berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Seluruh sumber daya alam kita telah dirampok dan diangkut ke negeri imperialis. Tenaga kerja kita diupah sangat murah. Modal asing menggeliat dan menguasai pereknomian nasional. Sementara pasar kita dikuasai oleh produk-produk impor. Inilah praktek nyata imperialisme,” kata Agus Jabo.

Selanjutnya, di bagian akhir pidatonya, Agus Jabo menyerukan kepada seluruh kekuatan-kekuatan politik, tokoh-tokoh agama, kaum intelektual, organisasi massa, dan seluruh rakyat Indonesia untuk membangun persatuan nasional guna melawan imperialisme.

Pasca menyampaikan pidato, Agus Jabo pun mengajak seluruh peserta vergadering untuk membacakan ikrar yang disebut “Ikrar Kemandirian Bangsa”. Ikrar itu berisi seruan kesetiaan moral untuk memperjuangkan kemandirian bangsa dan melawan imperialisme.

Di bagian terakhir, Ketua PRD Jawa Tengah, kawan Sunu Fajar menyampaikan gagasan untuk memulai perjuangan anti-imperialisme dari desa-desa. “Desa adalah sokoguru untuk kemandirian bangsa,” katanya.

Selain pidato-pidato politik, acara rapat akbar ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan kesenian dan musik.

Cukup efektif

Sebagian besar peserta menganggap acara vergadering ini bermanfat. “Karena acaranya dalam ruangan, kita bisa lebih fokus untuk mendengarkan pidato,” ujar Catur Budi, pengurus PRD dari Magelang.

Pendapat ini juga diamini oleh anggota PRD dari Temanggung, Heri namanya. Ia berharap acara semacam ini bisa diperbanyak.

Ketua panitia rapat akbar ini, Bagas Ardiansyah, juga mengakui bahwa metode rapat akbar terlihat sangat efektif untuk pendidikan politik bagi massa. “Vergadering bisa menjadi tempat bagi massa untuk belajar politik,” katanya.

Mengenai basis massa yang menghadiri vergadering, Catur, yang datang dari Magelang, mengaku bahwa sebagian besar massa merupakan hasil advokasi dan mereka yang bersimpati dengan perjuangan PRD.

Meski PRD sudah bisa tampil elegan di hadapan massa, tetapi Catur Budi masih berharap agar kedepan PRD bisa lebih maju lagi. “Kami masih melihat adanya kelemahan. Terutama sekali dalam menghadirkan pejabat daerah.”

Catur Budi, yang juga ketua KPK PRD Magelang, berharap bahwa PRD bisa menjadi partai besar dan berbasis massa rakyat.

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid