Kita memasuki era politik yang bertumpu pada tokoh atau figur. Faktor ketokohan dianggap bukan saja menciptakan efek popularitas pada partai, tetapi juga efek elektoral.
Dalam politik, kita mengenal istilah efek ekor jas (coat tail effect). Faktor ketokohan sangat berpengaruh pada perolehan suara partainya.
Karena itu, hampir semua partai berebut tokoh atau pesohor, seperti elit politik terkenal, bekas pejabat tinggi, pengusaha kaya, bekas petinggi militer, dan selebritis.
Tetapi ada partai baru yang berusaha mendobrak tradisi politik ini. Alih-alih menonjolkan tokoh terkenal, partai ini justru mengklaim diri sebagai partainya rakyat biasa.
Partai baru itu bernama Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA). Digawangi oleh mantan aktivis dan kaum muda, partai yang berdiri pada 20 Juli 2020 itu sedang mempersiapkan diri menjadi peserta pemilu 2024.
“Kami bukan siapa-siapa, kami rakyat biasa. Tetapi kami membawa visi politik yang besar, gagasan besar, dan semangat yang besar,” kata Ketua Umum PRIMA, Agus Jabo Priyono, kepada berdikarionline.com, Senin (26/4/2021).
Dia mengungkapkan, partainya didirikan bukan atas kehendak satu orang tokoh, melainkan hasil dari diskusi yang bergulir di antara organisasi gerakan sosial, intelektual, dan pelaku usaha kecil.
“Saat itu disimpulkan bahwa jalan untuk menyelesaikan persoalan kebangsaan hari ini haruslah menciptakan sebuah partai baru yang berbeda dengan partai-partai sekarang ini,” jelasnya.
Karena itu, Agus Jabo menegaskan, partainya lahir dari kebutuhan akan alat perjuangan elektoral bagi kepentingan rakyat banyak.
Menurut dia, meski sekarang ini ada lusinan partai yang bersaing di pemilu dan mendudukkan wakilnya di parlemen, tetapi mayoritas rakyat Indonesia justru tak terwikili oleh partai apa pun.
Dia merujuk pada rendahnya party-ID atau jumlah masyarakat Indonesia yang mengasosiasikan diri dengan partai politik.
Hasil survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan, party-ID masyarakat Indonesia hanya 11,6 persen. Sementara survei Indikator Politik Indonesia menyebut lebih rendah lagi: hanya 9,8 persen.
“Jadi, mayoritas rakyat Indonesia itu justru tidak terwakili oleh partai-partai yang ada. Dan karena itu, PRIMA hadir untuk mewakili mereka,” tegasnya.
Partai Kaum 99 Persen
PRIMA banyak menyoroti isu ketimpangan ekonomi sebagai tema besar dalam banyak kampanyenya.
Dengan merujuk data ke sejumlah lembaga, seperti Oxfam, Credit Suisse, dan TNP2K, persoalan ketimpangan di Indonesia cukup parah.
“Ketimpangan kita sangat parah. Ada 1 persen orang terkaya menguasai hampir separuh kekayaan dan sumber daya nasional. Sementara 10 persen terkaya menguasai 75,3 persen kekayaan nasional,” kata Juru bicara DPP PRIMA, Farhan Dalimunthe.
Menurut Farhan, ketimpangan itu telah merenggangkan masyarakat dalam dua kutub berbeda. Di satu sisi, segelintir orang dengan kekayaan dan sumber daya melimpah. Di sisi lain, mayoritas warga negara yang hanya menikmati porsi kecil dari kue ekonomi.
Dari pembacaan itu, PRIMA menyebut kelompok pertama sebagai kaum 1 persen, sedangkan yang kedua sebagai kaum 99 persen.
“Kaum 1 persen itu adalah para oligark, sedangkan 99 persen itu rakyat biasa. Dan PRIMA berdiri sebagai partainya rakyat biasa, kaum 99 persen,” tegasnya.
Kekuatan Gotong-Royong
Tak mengandalkan tokoh atau figur, PRIMA justru mengandalkan kekuatan kolektif.
Juru bicara DPP Prima Minaria Christyn Natalia mengatakan, partai-partai yang mengandalkan tokoh besar dan selebritis sebetulnya rapuh.
“Partainya tak diikat oleh basis ideologi yang kuat, tata kelola organisasi yang modern dan demokratis, jadi sebetulnya rapuh. Begitu tokoh atau selebritisnya meredup, partainya juga meredup,” jelasnya.
PRIMA tak mau mengulang kesalahan itu. Karena itu, partai yang dipimpin oleh Agus Jabo ini justru mengandalkan potensi seluruh pengurus dan anggotanya sebagai energi pembesaran partai.
“Kekuatan kami adalah gotong-royong. Kami percaya pada kekuatan banyak orang ketimbang segelintir orang,” tegas Minaria.
Dalam mempopulerkan partai, kata Minar, PRIMA akan mengandalkan seluruh pengurus dan anggotanya untuk menjadi penyambung lidah partai ke rakyat banyak.
“Semua kader dan anggota kami akan bergerak, entah lewat media sosial maupun kampanye door to door, untuk mempopulerkan partai kami,” jelasnya.
Begitu juga dalam urusan pendanaan. Menurut Minar, PRIMA akan didanai secara gotong-royong lewat iuran anggota dan sumbangan tidak mengikat dari setiap orang/warga negara yang mendukung perjuangan politik PRIMA.
“PRIMA juga terbuka dari sokongan publik lewat urung dana gotong-royong, seperti crowdfunding,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, PRIMA akan mengedepankan politik gagasan ketimbang ketokohan.
Dalam hal ini, PRIMA akan lebih banyak membuka ruang diskusi untuk mendiskusikan dan mencari jalan keluar atas berbagai persoalan yang dialami bangsa ini.
MAHESA DANU
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid