Pemerintahan Sementara Kirgistan Ancam Tutup Pangkalan Udara AS Bila Inggris Tolak Ekstradisi Dalang

Jumat, 18 Juni 2010 | 14.21 WIB | Dunia Bergerak

KIRGIZTAN, Berdikari Online: Pejabat senior Kirgiztan pada hari kamis (17/6) memperingatkan bahwa pemerintahan sementara akan mempertimbangkan penutupan pangkalan udara AS bila Inggris menolak mengekstradisi putra dari mantan presiden Kirgiztan yang tergulingkan, Maxim Bakiyev, demikian dilaporkan oleh surat kabar Inggris, The Guardian.

Pemerintahan sementara Kirgiztan menuduh Maxim Bakiyev mendalangi kerusuhan etnis berdarah di Selatan Kirgiztan yang hingga kini telah menelan 191 korban dan menyebabkan 400.000 orang mengungsi.

Ia ditahan oleh petugas imigrasi pada hari Minggu setelah terbang ke Inggris menggunakan jet pribadinya dan dilaporkan mencari suaka. Interpol mengeluarkan surat penangkapan baginya atas dasar pencucian uang.

Pimpinan deputi pemerintahan sementara Kirgiztan, Azimbek Beknazarov, mengatakan: “Inggris tak pernah menyerahkan orang yang datang ke wilayahnya. Tapi karena Inggris dan AS memerangi terorisme dan persoalan pengkalan udara adalah salah satu unsur perang itu, maka mereka harus menyerahkan Maxim Bakiyev.”

Pemerintah Inggris akan mempertimbangkan permintaan Kirgiztan meskipun tak ada perjanjian ekstradisi antara kedua negara, demikian laporan dari Xinhua.

Pada bulan Mei, beredar rekaman telepon yang diduga berisi percakapan Maxim Bakiyev yang akan menciptakan kerusuhan untuk mengembalikan keluarganya ke tampuk kekuasaan. Ayahnya yang telah melarikan diri ke Belarusia menyangkal ambil peran dalam kerusuhan ini.

Etnis Uzbek yang berpusat di selatan Kirgiztan menuduh tentara pemerintah melakukan pembantaian. Namun gubernur provinsi tersebut menyangkalnya dan menyatakan terdapat pihak ketiga yang hendak menghancurkan kedamaian antara dua komunitas ini.

Dari 5,3 juta penduduk negeri bekas Uni Soviet ini, 69,6 persen adalah suku Kirgiz, 14,5 persen Uzbek dan 8,4 persen Rusia.

Negeri di Asia Tengah ini sangat strategis karena menjadi tempat pangkalan militer Rusia maupun Amerika yang jarak satu sama lainnya hanya 40 km.

Pada 2005, suatu pemberontakan rakyat yang dikenal sebagai Revolusi Tulip berhasil menjatuhkan presiden pertama Kirgiztan, Askar Akayev, dan menaikkan Kurmanbek Bakiyev.

Kebijakan Bakiyev yang memperpanjang ijin pangkalan militer AS walaupun menerima bantuan dari Rusia, dianggap telah mengecewakan pemerintahan Rusia.

Menurut Al-Jazeera, ia juga semakin dibenci oleh rakyat karena dianggap tidak becus, sarat korupsi dan nepotisme, serta semakin represif terhadap kaum oposisi.

Pada bulan April, Bakiyev akhirnya melarikan diri dari ibukota setelah terjadi pemberontakan anti-pemerintah yang menyebabkan 86 korban tewas.

Rosa Otunbayeva kemudian berkuasa dan berencana menggelar referendum konstitusi dan pemilu pada pada tahun ini.

Pecahnya kerusuhan terjadi pada momen yang sensitif, yakni dua minggu sebelum referendum konstitusi yang dijadwalkan digelar tanggal 27 Juni.

Rancangan konstitusi yang ditawarkan pemerintahan sementara cukup banyak ditolak oleh sebagian publik maupun berbagai kelompok politik. Beberapa kritik berpendapat bahwa banyak pasal dalam rancangan tersebut yang ambigu dan bertentangan.

Alexei Makarkin, deputi direktur Pusat Teknologi Politik yang bermarkas di Moskow, mengatakan bahwa kerusuhan yang terjadi merupakan peringatan keras oleh beragam kekuatan politik di selatan Kirgiztan agar pemerintahan interim memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berbagi kekuasaan.

Sejauh ini pemerintahan Rusia menolak pengiriman pasukan bantuan sebagaimana diminta oleh pemerintahan sementara Kirgizstan. Beberapa analis lokal mengomentari bahwa keputusan Rusia ini tepat dan dapat mencegah memburuknya keadaan, serta menyangkal “ambisi imperialis Rusia” sebagaimana dituduhkan oleh Barat.

Sementara Washington telah membagikan jutaan dolar bantuan kemanusiaan melalui pangkalan ini sejak meletusnya kerusuhan. AS menguatirkan penutupan pangkalan militernya yang meskipun terjadi kerusuhan tetap dioperasikan sebagai penghubung utama pasokan pasukan dan perlengkapan untuk Afghanistan. (DB)

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid