Mahasiswa Lampung Peringati Tragedi UBL Berdarah

Senin (29/9) siang, sedikitnya 100an aktivis mahasiswa dari berbagai organisasi, baik internal mau pun eksternal kampus yang ada di Lampung, menggelar aksi massa memperingati  15 tahun “Tragedi Berdarah 28 September 1999”.

Aksi ini dilakukan dengan roadshow di tiga tempat yang berbeda. Awalnya, massa aksi menggelar aksinya di depan Kampus Universitas Bandar Lampung (UBL) di Jalan ZA. Pagar Alam Kedaton yang merupakan tempat terjadinya tragedy kemanusiaan tersebut.

Setelah itu, massa aksi melanjutkan aksinya  dengan mendatangi kantor DPRD Provinsi Lampung. Terakhir, mahasiswa menggelar aksinya di depan Kantor Gubernur Lampung di wilayah Teluk Betung.

Menurut M Burhan, Pimpinan Umum Tabloid Teknokra Unila, aksi massa kali ini mengusung tiga tuntutan pokok. Pertama, mendesak pembentukan Tim Ad-Hoc untuk pengusutan tuntas tragedi UBL berdarah. Kedua, mendesak pembangunan monument peringatan Tragedi UBL berdarah di lokasi kejadian. Dan Ketiga, mendesak pengubahan nama Gedung Graha Kemahasiswaan Unila menjadi Graha Saidatul Fitira sebagaimana pernah dijanjikan oleh Rektor Unila beberapa tahun silam.

Sementara itu, Ketua Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Bandar Lampung, Rizmayanti Bourthon, menyoroti sikap penguasa yang menbaikan pengusutan tuntas kasus pelanggaran HAM di balik tragedi kemanusiaan ini.

“Ini bukti bahwa rezim penguasa di negeri ini masih tak perduli pada rakyatnya, masih tak mau bertanggung jawab secara kesatria menebus dosa-dosa sejarahnya, ini juga bukti bahwa demokratisasi masih berjalan di tempat karena hak rakyat meraih keadilan masih mustahil terwujud,” ujarnya.

Organisasi yang tergabung dalam rangkaian aksi peringatan ini, diantaranya: UKPM Teknokra Unila, Aliansi Pers Mahasiswa Lampung, BEM-U KBM Unila, BEM FKIP Unila, HMJ Sosiologi Unila, BEM Gentiaras, PIK Mahasiswa, UKM Futsal UBL, UKM-BS UBL, HMI, SMI, PMKRI, FMN, GMNI, PMII, dan LMND.

Sebelumnya, aliansi mahasiswa ini juga sudah menggelar rangkaian acara peringatan berupa diskusi publik bertema “Menolak Lupa,Usut Tuntas Tragedi UBL Berdarah” pada Sabtu sore (27/9) di halaman belakang gedung rektorat Unila. Diskusi publik ini menghadirkan tiga pembicara, yakni Wahrul Fauzi Silalahi (Direktur Ekesekutif LBH Bandar Lampung), Dedy Hermawan (Akademisi FISIP Unila), dan Abi Hasan Mu’an (advokat sekaligus praktisi sejarah).

Kemudian, pada Minggu (28/9) pagi, dilakukan ziarah kubur dan kunjungan ke keluarga para korban. Kemudian pada malam harinya digelar pentas seni pembebasan di halaman cafeteria kampus UBL. Acara tersebut menampilkan  musik, apresiasi puisi dan monolog yang bernuansa anti kejahatan terhadap kemanusiaan. Selain itu, ada penayangan video berupa rekaman amatir saat suasana bentrok antara mahasiswa dengan tentara dalam Tragedi UBL berdarah.

Untuk diketahui, Tragedi UBL Berdarah/28 September 1999 terjadi ketika ribuan mahasiswa di Lampung melakukan aksi menolak RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) yang dianggap dapat semakin mengekang kehidupan demokrasi rakyat Indonesia. Aksi tersebut berujung pada tindakan represif aparat keamanan.

Dalam aksi itu puluhan mahasiswa luka-luka dan dua orang meninggal dunia, yakni Saidatul Fitria (fotografer persma Teknokra Unila yang juga mahasiswa FKIP 1996 akibat dipopor senapan kepalanya hingga tersungkur pingsan ke dalam got) dan M. Yusuf Rizal (aktivis Partai Rakyat Demokratik/PRD yang juga mahasiswa FISIP Unila 1997 yang tewas di tempat oleh  tembakan peluru tajam yang menembus dadanya).

Saddam Cahyo

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid