Di pengujung bulan Februari, tepatnya pada 28 Februari 2021, Serikat Tani Nasional (STN) menggelar Kongresnya yang ke-8.
Karena situasi pandemi, kongres STN sengaja dibuat terbatas. Pengurus pusat, sering disebut Komite Pimpinan Pusat (KPP), berkumpul di sebuah bangunan kecil yang sehari-hari berfungsi sebagai taman baca di Jakarta Barat.
Sementara pengurus daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota, mengikuti kongres melalui aplikasi “zoom meeting”. Kongres ini diikuti oleh 17 wilayah dan 31 kabupaten/kota.
“Petani yang sering dicap gagap teknologi ternyata bisa bikin Kongres secara virtual. Mungkin ini kongres petani pertama yang berlangsung virtual,” seloroh pengurus KPP STN, Binbin Firman Tresnadi, kepada berdikarionline.com, Minggu (28/2/2021).
Kongres ini dibuka webinar yang menghadirkan sejumlah pembicara. Ada KH Bahrudin, yang menjabat dewan pembina Serikat Paguyuban Petani Qarya Thoyyibah (SPPQT). Tak ketinggalan, Ketua Umum STN Ahmad Rifai.
Dalam diskusi itu, Ahmad Rifai menyinggung program food estate. Menurutnya, program besar pemerintahan Jokowi itu hanya menempatkan petani sebagai “objek”, bukan sebagai “subjek” program itu.
“Akibatnya, banyak program food estate yang menuai kegagalan,” terangnya.
Pada sesi sidang situasi nasional, diksusi menyinggung problem ekonomi dan politik Indonesia, terutama menyangkut menguatnya oligarki dan konsekuensi ekonomi-politiknya.
Di sidang strategi dan taktik, Kongres menyadari perlunya kaum tani memajukan perjuangan politik guna memenangkan isu-isu agraria dan kesejahteraan sosial.
Dalam konteks pemajuan perjuangan politik itu, Kongres menyepakati bergabungnya STN dalam partai politik alternatif yang baru berdiri, yakni partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA).
Sejauh ini, PRIMA sudah mendapat pengesahan sebagai partai politik dari Kementerian Hukum dan HAM. Sekarang PRIMA sedang bersiap-siap mengikuti verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU), agar bisa ikut serta dalam pemilu 2024.
“Sejak awal, STN terlibat dalam pembangunan PRIMA. Program perjuangan STN juga banyak diakomodasi oleh PRIMA. Ini partai yang tepat untuk memajukan politik kaum tani,” ujar Ketua Umum STN, Ahmad Rifai.
Rifai mengatakan, meski pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, yakni sekitar 29 persen, tetapi keberpihakan negara ke sektor ini terbilang sangat kecil.
“Petani mengalami problem akses terhadap tanah, modal, teknologi, dan pasar. Itu nyaris tanpa intervensi yang berarti dari Negara,” jelasnya.
Menurutnya, minimnya kebijakan politik yang memihak sektor pertanian disebabkan oleh lemahnya tekanan dari perjuangan politik kaum tani.
“Karena itu, tanpa mengabaikan perjuangan kaum tani selama ini, dari aksi demonstrasi hingga pengorganisasian ekonomi, kita butuh perjuangan politik yang lebih besar. Dan itu bisa dilakukan lewat PRIMA,” tegasnya.
Kongres juga menetapkan Ahmad Rifai sebagai Ketua Umum dan Yoris Sindhu Sunarjan sebagai Sekretaris Jenderal untuk menahkodai kepemimpinan STN untuk 5 tahun mendatang.
Kongres juga menyepakati pergantian nama, dari Serikat Tani Nasional menjadi Serikat Tani dan Nelayan. Singkatannya tetap STN.
KELIK ISMUNANTO
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid