Konfernas Jaker Serukan Perkuat Kebudayaan Nasional

Seniman progressif yang tergabung dalam Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER) akan menggelar Konferensi Nasional (Konfernas) di Jakarta, tanggal 27-28 Agustus 2016.

Konfernas yang melibatkan pekerja seni budaya dari berbagai kota di Indonesia itu akan mengambil tema Memperkuat Kebudayaan Nasional, Menangkan Tri Sakti: Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Lapangan Ekonomi dan Berkepribadian Secara Budaya.

“Kami melihat bahwa saat ini kebudayaan nasional masih sangat lemah sehingga kita sebagai bangsa seperti tidak memiliki jati diri yang jelas,” kata Sekretaris Jenderal Jaker, Roso Suroso, yang juga menjadi Ketua Panitia Pelaksana Konfernas ini.

Menurut dia, narasi kebangsaan, seperti cinta tanah air beserta seni-budayanya yang beraneka-ragam dan jiwa gotong-royong, bahu-membahu membangun bangsa yang adil dan makmur, semakin terpinggirkan oleh narasi asing yang mementingkan diri sendiri dan kelompok.

Karena itu, dia mengajak kepada seluruh elemen bangsa terutama para pekerja seni dan budaya untuk bersama-sama memperkuat kebudayaan nasional.

“Dalam artian, kita mempertegas kembali apa yang menjadi budaya nasional kita dan kemudian kita akan menggunakan kebudayaan nasional itu untuk memenangkan cita-cita Trisakti,” kata alumnus Institus Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta ini.

Sementara Ketua Umum Jaker Tejo Priyono mengatakan, perkembangan globalisasi yang juga disertai dengan perkembangan teknologi informasi dan pasar bebas berimbas terhadap para pekerja seni dan budaya.

“Kita hanya diberi pilihan: bertahan agar tetap survive atau dilibas geraknya,” katanya.

Namun, agar tidak terlibas oleh dampak globalisasi ini, Ketua Steering Committee Konfernas ini, AJ Susmana, mengingatkan Presiden Joko Widodo untuk tidak mengabaikan pentingnya kerja kebudayaan.

“Kebudayaan harus dipandang sebagai kekuatan dan tidak boleh absen dalam membangun bangsa; terutama dalam  revolusi mental,” tegas mantan Sekjend Jaker periode 1994-1997 ini.

Menurutnya, dengan nilai dan semangat gotong royong yang telah mengakar dalam budaya rakyat, kita seharusnya dapat menyusun kebudayaan nasional yang tangguh dan bermartabat sekaligus terus-menerus memperkuat kedaulatan nasional dan membangun perekonomian nasional yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Konfernas Jaker yang berlangsung selama dua hari ini akan berisi sejumlah agenda. Pada hari pertama, Konfernas akan merumuskan strategi dan taktik kebudayaan dalam membangun bangsa.

Di bidang organisasi, ada wacana untuk mengangkat salah satu pendiri Jaker, Wiji Thukul, sebagai Ketua Umum pada Kongres mendatang.

Selain itu, Jaker akan mendirikan mendirikan Institute Wiji Thukul untuk pendidikan sosial dan kebudayaan. Juga akan mendesak pemerintahan Jokowi-JK untuk mencari dan menjelaskan keberadaan Wiji Thukul yang hilang di sekitar peristiwa 1998.

JAKER juga akan turut mendorong pendirian koperasi sebagai jalan kemandirian nasional. Tidak hanya itu, Jaker juga akan menggencarkan gerakan literasi dan pendidikan, termasuk workshop seni dan budaya.

Pada hari kedua, Konferensi Nasional JAKER akan ditutup dengan Panggung Kebudayaan Rakyat di Kedai kopi damarbhumi, jalan Sawo kecik raya no 2A kel. Bukit Duri – Tebet- Jakarta Selatan.

Untuk diketahui, Jaker didirikan pada tahun 1993 oleh beberapa pekerja seni dan budaya, salah satunya oleh Wiji Thukul, sebagai wadah bagi para pekerja seni dan budaya yang mempunyai keberpihakan atas nasib rakyat.

JAKER lahir sebagai hasil pergulatan sejarah pada saat krisis ekonomi dan politik yang berdampak secara langsung kepada rakyat dan pekerja seni budaya. Di bawah ancaman represi, muncul kesadaran para pekerja seni dan budaya untuk membangun wadah perlawanan sambil terus menyuarakan persatuan.

Mahesa Danu

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid