Kebohongan Media Soal Khadafi Ancam Serang Eropa

Pidato Pemimpin Libya Muammar Khadafi, pada 1 Juli 2011 lalu, telah dipelintir oleh sejumlah media barat. Dalam laporan itu ditunjukkan seolah-olah Khadafi bermaksud melakukan serangan ke eropa.

Akan tetapi, setelah melihat langsung terjemahan pidato Khadafi di Mathaba, tidak ada pernyataan Khadafi untuk melakukan tindakan reaksioner mengirim martir untuk mengebom eropa.

Dalam versi resmi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Khadafi sebenarnya hanya berkata:

    “Mundur Sekarang, dan Pulanglah!

    Saya sarankan anda untuk mundur, atau segala yang anda miliki akan dihancurkan. Rakyat di sini diperhitungkan membawa pertempuran ke Mediterania dan dapat menyebarkannya ke Eropa, dapat melewati rumah-rumah anda, kantor-kantor anda, dan keluarga anda dapat menjadi target militer yang sahih seperti halnya anda menjadikan kantor-kantor kami, rumah-rumah kami, dan anak-anak kami sebagai target militer yang sahih.

    Perlakuan yang berbalas, gigi dibalas gigi dan mata dibalas mata atau pasangan yang lebih kelam. Anak dibalas anak, keluarga dibalas keluarga, rumah dibalas rumah, jika kami mengambil keputusan maka kami dapat melakukannya. Kami sanggup bergerak ke Eropa, seperti belalang, dan seperti lebah, tapi saya sarankan anda untuk mundur sebelum terjadi bencana.”

Jadi, dari pernyataan Khadafi itu, tidak ada satupun seruan untuk mengirim ratusan martir untuk melakukan pemboman di Eropa. Sebagian besar media barat, baik yang dikendalikan klas borjuis maupun yang independen kritis, telah menelan mentah-mentah informasi tersebut.

Guardian, media Inggris yang dianggap kiri-tengah, misalnya, mengangkat judul: “Gaddafi threatens attacks in Europe”. Di berita itu, Guardian berusaha mengutip pidato Khadafi dengan mengatakan, “ratusan orang akan menjadi martir di Eropa”. Kata-kata ini sama sekali tidak kami temukan di naskah pidato Khadafi.

Berdikari Online, sebagai media yang terang memihak perjuangan anti-imperialisme, sempat terbawa arus pemberitaan media barat ini. Berdikari Online pun mengangkat judul “Khadafi Kembali Mengancam Akan Serang Eropa”. Sebagian besar input untuk berita itu berasal dari satu pihak: media barat.

Untuk itu, pemimpin redaksi Berdikari Online, Rudi Hartono, menyatakan permohonan maaf dan khilaf atas kekeliruan itu. Rudi Hartono menegaskan, pihaknya sangat menentang agresi militer NATO/imperialis  ke Libya, dan mendesak sebuah solusi damai untuk mengatasi persoalan Libya ini.

Kebohongan media barat lainnya juga nampak pada cara mereka memberitakan mobilisasi umum rakyat Libya pada tanggal 1 Juli 2011 lalu. Guardian, misalnya, menulis bahwa jumlah orang yang berkumpul saat Khadafi berpidato adalah 50.000 orang. Sedangkan media-media barat lain juga menulis dengan estimasi yang tidak berbeda jauh dengan Guardian itu.

Mohanned Magam, seorang warga Libya yang hadir dalam protes tersebut dan gerah dengan pemberitaan media barat, mengatakan bahwa jumlah orang yang terlibat protes pada 1 Juli itu mencapai 2 juta orang atau 95% penduduk Tripoli.

Mereka, kata Magam, hendak menunjukkan kepada dunia akan ketidaksukaan rakyat Libya terhadap NATO dan sekaligus menunjukkan dukungan kepada pemimpin mereka, Muammar Khadafi.

Lizzie Phelan, seorang jurnalis dan aktivis yang bermukim di London, baru-baru ini mengamati secara langsung kejadian di Libya. Dari serangkan fakta yang ditemukannya, Phelan menuding media barat telah terlibat kejahatan perang di Afrika utara karena menghilangkan fakta bahwa sebagian besar penduduk Libya mendukung Khadafi.

Phelan juga menceritakan, pada suatu dini hari, di kota Sorman, 130 kilometer sebelah barat Tripoli, terjadi serangan bom yang menewaskan 15 orang, termasuk tiga orang anak kecil. Sebelumnya, NATO juga menjatuhkan bom di Universitas Al-Nasr, di kota Tripoli, yang menyebabkan korban sipil.

Phelan juga mengkritik penggunaan kata “revolusioner” kepada para pemberontak yang berpusat di kota Benghazi. “Mereka sebenarnya adalah kontra-revolusioner. Tujuan mereka adalah agar barat  bisa mengontrol Libya dan mengusai sumber-sumber minyaknya,” katanya.

Phelan juga mempertanyakan mengapa media barat tidak pernah melaporkan tindakan keji para pemberontak di Misrata dan Benghazi, yang menyiksa para pendukung Khadafi secara tidak manusiawi.

Lebih lanjut, Phelan menyatakan bahwa 90% suku-suku di Libya adalah pendukung Khadafi, termasuk suku-suku terbesar.

Phelan juga membantah kebohongan media barat yang menyebut bahwa mobilisasi massa mendukung Khadafi adalah paksaan. Menurutnya, mobilisasi itu murni karena kehendak rakyat sendiri.

Khadafi sendiri dalam pidatonya mengakut kaget dengan kumpulan massaa itu. Khadafi menyatakan dengan nada heran, “pertama sekali lihatlah pada rakyat Libya, apakah ini rakyat yang dipimpin oleh seorang diktator? Apakah ini rakyat yang ditindas? Massa rakyat ini datang dari mana-mana tanpa sebuah perintah dari Moamar Khadafy, saya sendiri terkejut oleh semua barisan ini, kerumunan, perempuan, laki-laki, keluarga, anak-anak, lihat keluarga-keluarga itu, lihat anak-anak berbaris bersama massa di mana-mana.”

Dalam aksi 1 Juli itu, panjang barisan massa mencapai 6 kilometer. Lebih menggetarkan lagi, rakyat Libya membawa bendera nasional mereka, bendera hijau, sepanjang 4,5 kilometer. Ini adalah arak-arakan membawa bendera terpanjang dalam sejarah dunia.

Leave a Response