Rencana eksekusi lahan PT. Cinderella Villa Indonesia (CVI), sebuah pabrik sepatu di kawasan Tanjungsari 73-75 Surabaya, akhirnya ditunda. Penundaan itu terjadi setelah ratusan anggota Kepolisian gagal menerobos dan menghentikan perlawanan ribuan buruh PT. CVI.
Rencananya, sesuai dengan keputusan Pengadilan Negeri Surabaya, eksekusi terhadap lahan PT.CVI mestinya dilakukan hari ini (14/6). Akan tetapi, sejak kemarin dan hari ini, ribuan buruh dan rakyat setempat melakukan perlawanan.
Penundaan ini disambut kaum buruh dengan suka cita oleh kaum buruh. Mereka berharap perusahaan mereka tetap beroperasi, dan karenanya, mereka juga tetap bekerja dan membantu ekonomi keluarganya.
Sebelumnya, ribuan kaum buruh PT.CVI dan rakyat setempat memblokade Jalan raya Tanjungsari untuk mencegah Polisi dan pihak pengadilan melakukan eksekusi. Bentrokan pun sempat pecah. Polisi melepaskan tembakan ke udara dan gas air mata ke arah ribuan buruh yang sebagian besar perempuan. Seorang buruh perempuan dilaporkan pingsan dan digotong teman-temannya ke mobil ambulance.
Kaum buruh melakukan perlawanan. Mereka terus bertahan di tengah jalan dan berusaha membalas serangan Polisi dengan lemparan batu seadanya. Kaum ibu dan perempuan terlihat gagah berani menghadang polisi yang merengsek maju.
Mendapat perlawanan hebat, pihak Kepolisian pun gagal mengantarkan pihak PN Surabaya membacakan putusannya. Eksekusi pun dibatalkan.
Kemenangan Kaum Buruh
Kuasa Hukum PT. CVI, Budi Kusumaning Ati, menganggap penundaan eksekusi ini sebagai kemenangan kaum buruh. “penundaan eksekusi itu adalah kemenangan bagi buruh, sehingga mereka tetap bisa bekerja dan menghidupi keluarganya,” katanya.
Sementara itu, menurut Ria, 21 tahun, buruh di PT. CVI, pihaknya tidak punya pilihan lain kalau sampai perusahaan modal asing itu tutup. “Sekarang mencari pekerjaan sudah sangat susah. Kalau pabrik ini ditutup, kami mau mencari pekerjaan di mana lagi,” katanya.
Ia sangat senang ketika Polisi menarik mundur pasukannya dan eksekusi ditunda. Setidaknya, perusahaan pabrik sepatu ini bisa terus beroperasi dan kaum buruh tidak kehilangan pekerjaan mereka.
Menurut Ria, dukungan terhadap perjuangan buruh CVI juga diberikan oleh keluarga buruh dan rakyat di sekitar pabrik. “Banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan jika perusahaan ini sampai tutup,” ungkapnya.