Dewi Luna: Saya Berpolitik Karena Resah Dengan Keadaan

Di era ketika ketokohan dan popularitas menjadi kunci keterpilihan politik, artis menjadi magnet politik. Mereka diharapkan bisa menjadi mesin pengumpul suara (vote getter).

Partai politik pun berlomba-lomba untuk menggaet artis agar menjadi kadernya. Dari pemilu ke pemilu, semakin banyak artis yang hijrah ke politik. Sebagian besar berlabuh di partai besar dan mapan.

Ketika sebagian besar artis memilih bergabung dengan partai besar dan mapan, Dewi Luna justru memilih jalan politik berbeda. 

Pada 23 Desember lalu, pelantun lagu “Ayank Kamu Ayank Aku Juga” ini resmi bergabung dengan partai baru yang lagi naik daun: Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA).

“Selamat datang Bing Dewi Luna. Selamat bergabung dengan Partai Rakyat Adil Makmur, selamat berjuang di partainya rakyat biasa,” tulis akun resmi PRIMA di Instagram, 23 Desember 2021.

Sebagai orang yang kerap tampil di layar kaca, sering tampil dari panggung ke panggung dan berkenalan dengan banyak orang, Dewi seharusnya tak kesulitan untuk diincar partai politik.

“Sebetulnya ada banyak tawaran, tapi belum cocok dengan keinginan saya. Kemudian mendengar tentang partai PRIMA ini,” jelasnya.

Bakat Menyanyi

Dewi lahir di Cimahi, Jawa Barat, pada 16 Agustus 1988. Sejak kecil dia sudah jatuh cinta dengan tarik suara.

Selepas menamatkan pendidikan di SMA negeri 1 Cimahi, Dewi pun memutuskan untuk meniti jalan hidupnya lewat bernyanyi. Dia memilih musik dangdut.

Suatu hari, dia ikut ajang pencarian bakat Kontes Dangdut Indonesia (KDI) oleh sebuah stasiun televisi swasta. Meski gagal menjadi juara, dia semakin yakin akan potensinya sebagai penyanyi dangdut.

“Saya memulainya dari bawah. Saya pernah nyanyi dari panggung ke panggung, lalu ikut ajang KDI itu” kata Dewi bercerita.

Tahun 2010, peluang itu pelan-pelan terbuka. Sebuah label rekaman di Jakarta melirik potensi bermusik Dewi. Dari situ lahirlah girl band dangdut bernama: Trio Sailormoon. Sayang, girl band ini tak bertahan lama.

Pasca bubarnya Trio Sailormoon, Dewi memilih menjadi penyanyi solo. Siapa sangka, bakatnya dilirik oleh Star Media Nusantara (SMN), perusahaan manajemen artis yang didirikan oleh Liliana Tanoesoedibjo.

Di bawah payung SMN, Dewi melahirkan tiga single yang melambungkan namanya: Bodoh tapi Jago, OMG (Baby don’t Go), dan Ayank Kamu Ayank Aku Juga. Lagu Ayank Kamu Ayank Aku juga sempat masuk nominasi Dahsyat Award 2015.

Tahun 2016, Dewi mendapat kontrak dari Nagaswara, salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia. Bersama Nagaswara, Dewi menyanyikan lagu Uget-Uget dan Solaria

Tahun 2018, Dewi menghentikan kontrak dengan Nagaswara dan memilih jalan mandiri. Selain manggung di berbagai acara, dari konser musik, Pilkada, hingga Sertijab, dia juga mulai mengisi konten di Youtube. 

Awal September lalu, Dewi merilis single terbarunya, Santai, lewat kanal youtube Wahana Music. 

Resah dengan Keadaan

Meski banyak bergelut dengan dunia hiburan, Dewi tetap tidak tutup mata dengan keadaan sosial di sekitarnya.

“Saya melihat ketimpangan sosial, hukum yang hanya memihak yang punya uang, dan korupsi yang merajalela,” jelasnya.

Menurutnya, ketimpangan tidak bisa dilihat sekedar perbedaan kekayaan, tetapi juga perbedaan akses dan kesempatan untuk berkembang maju. 

Dalam hal ini, mereka yang miskin, yang minim akses terhadap sumber daya dan kesempatan, berpotensi untuk terus terjebak dalam “lingkaran kemiskinan” (cycle of poverty).

“Ada banyak orang ingin maju dan berkembang, tetapi tak didukung oleh kesempatan. Karena persoalan kemiskinan, pendidikan, dan gender,” terangnya.

Dewi juga mengaku sangat resah dengan korupsi yang masih merajalela di negeri ini. Ia sangat marah ketika mendengar kabar ada pejabat yang ikut berbisnis tes polymerase chain reaction (PCR).

“Ada pejabat berbisnis dengan rakyatnya saja itu sudah aneh, apalagi ini berbisnis di tengah orang kesusahan karena pandemi,” ujarnya.

Dia mengapresiasi PRIMA karena berani untuk mengambil langkah politik dan hukum untuk membuat isu bisnis PCR ini bisa terkuak. 

“Sebagai partai baru, PRIMA terbilang cukup berani dengan melaporkan pejabat terkait dalam bisnis PCR ke KPK,” katanya.

Dewi mengaku dirinya sudah lama tertarik untuk terjun ke politik. Sayang sekali, dia tidak menemukan partai yang cocok dengan nuraninya.

Dia melihat partai-partai pada umumnya kebanyakan bersandiwara dan pencitraan. Hanya mendekati rakyat kalau mendekati pemilu. Setelah pemilu, kalau rakyat ada persoalan dan aspirasi, parpol justru tutup mata dan telinga. 

Harus ada Perubahan

Soal mimpi politik, Dewi terkenan kata-kata Sukarno saat menyampaikan pidato 1 Juni 1945: “Kita hendak mendirikan suatu negara semua buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi semua buat semua.”

Negara “semua buat semua” ini, dalam bayangan Dewi, adalah sebuah negara yang inklusif, yang bisa menjadi tempat dan nyaman bagi setiap warga Negara, tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, gender, dan kedudukan sosial.

“Saya menganggap mimpi itu ada di PRIMA. Partai ini kan cita-citanya masyarakat adil dan makmur. Ya, sebuah negara semua untuk semua,” jelasnya.

Dewi mengaku suka dengan tagline yang diusung oleh PRIMA: partainya rakyat biasa. Menurut dia, tagline itu sangat mewakili perasaan banyak warga negara yang selama ini merasa tertinggal dan terabaikan.

“Ada kesan, negara kita ini hanya menjadi tempat yang nyaman bagi segelintir orang saja. Sementara yang banyak, rakyat biasa ini, hidupnya kerap dihimpit kesulitan, diskriminasi, dan ketidakadilan,” terangnya.

Di PRIMA, Dewi mendapat tanggung jawab sebagai juru bicara partai. Dia akan menjadi salah satu wajah PRIMA yang akan banyak berbicara ke publik untuk memperkenalkan partai, program, dan visi besarnya.

“Saya anggap ini tanggung jawab besar. Tapi karena diberi kepercayaan, saya harus bisa melakukannya. Seperti dulu saya meniti karir dari bawah. Saya yakin bisa,” katanya penuh semangat.

Dia juga mengaku senang di PRIMA ada banyak wajah anak-anak muda. Sebab, menurutnya, politik Indonesia memang membutuhkan wajah-wajah baru, segar, dan cerdas. 

Dewi Luna sangat berharap, partai yang dipimpin oleh Agus Jabo Priyono ini bisa lolos verifikasi KPU dan turut mewarnai pemilu 2024.

Menurutnya, rakyat butuh sesuatu yang baru, lebih segar, dengan wajah baru, gagasan baru, cara berpolitik baru, dan tekad yang besar untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

“Semoga PRIMA tetap terdepan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dan tidak melupakan cita-cita mulianya,” terang perempuan usia 33 tahun ini.

Oiya, untuk mengetahui lebih banyak soal partai PRIMA, latar belakang pendirian, program perjuangan, siapa saja pengurusnya, dan cita-cita politiknya, anda bisa mengunjungi website PRIMA di prima.or.id atau mengunduh aplikasi PRIMA di playstore.

MAHESA DANU

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid