Chile Bergeser Ke Kiri

Chile pernah mengalami masa yang kelam: hampir dua dekade di bawah rezim diktator Augusto Pinochet (1973-1990). 

Tahun 1988, seiring dengan menguatnya perjuangan menentang kediktatoran dan tekanan dunia internasional, Chile menyelenggarakan referendum. Referendum itu meminta persetujuan rakyat Chile, YA atau TIDAK, atas keinginan Pinochet memperpanjang masa jabatannya 8 tahun lagi (hingga 1996).

Hasilnya: mayoritas rakyat Chile menyatakan TIDAK. Dengan demikian, pemerintahan berdarah-darah rezim Pinochet dipaksa berhenti pada 11 Maret 1990.

Namun, lengsernya Pinochet tak mengakhiri warisan politik dan ekonominya. Dosa-dosa politiknya juga tak banyak yang tersentuh. Dan yang terpenting: Konstitusi Chile warisan Pinochet masih bertahan.

Selama 3 dekade pasca lengsernya Pinochet (lebih lama dibanding masa pemerintahan Pinochet), rakyat Chile berjuang untuk menghapus warisan buruk dan pahit dari kediktatoran itu.

Hingga, pada 25 Oktober 2020, setelah dua tahun demo besar yang mengguncang negeri berpenduduk 17,5 juta jiwa itu, sebuah referendum membawa hasil terang-benderang: 75 persen rakyat Chile menginginkan Konstitusi Baru.

Tetapi perjuangan belum selesai. Untuk membuat Konstitusi Baru, Chile butuh Majelis Konstituante. Dan apa jadinya Konstitusi baru itu kalau mayoritas Majelis Konstituante tetap wajah lama: pendukung Pinochet.

Dan peristiwa bersejarah tercetak pada 15 dan 16 Mei lalu. Dua hari itu, Chile menggelar pemilu untuk memilih anggota Majelis Konstituante. Hasilnya sangat luar biasa.

Dari 155 kursi Majelis Konstituante, koalisi sayap kanan dan pendukung Pinochet hanya mendapat 37 kursi. Sisanya, sebanyak 77 persen, direbut oleh kandidat dari barisan kiri, baik partai maupun independen.

Koalisi sayap kanan, yang di pemilu ini bersatu di bawah payung Vamos Chile atau Ayo Chile, hanya mendapat 37 atau 20 persen kursi Majelis. 

Apruebo Dignidad, koalisi dari kelompok-kelompok kiri seperti partai komunis, kelompok hijau, progressif, demokratik sosialis, dan lain-lain, mendapat 28 kursi. 

La Lista del Pueblo (Daftar Rakyat), koalisi dari kiri-kiri yang maju secara independen, mendapat 26 kursi. 

Kemudian, La Lista del Apruebo (sering disebut Unidad Constituyente), koalisi dari kiri tengah dan progressif liberal seperti partai sosialis, kristen demokrat, partai radikal, partai progressif, dan lain-lain, mendapat 25 kursi.

Sementara perwakilan masyarakat adat, seperti Mapuche dan etnis-etnis lebih kecil (Aymara, Quechua, Atacameño, Kolla, dll), mendapat 17 kursi. 

Itu artinya: penyusunan konstitusi baru Chile berada di genggaman kaum kiri. Dan itu berarti: Chile akan punya konstitusi baru yang lebih demokratis, lebih berkeadilan, lebih menghormati hak-hak rakyat, lebih menghormati lingkungan, dan mengakui kesetaraan.

Selanjutnya, Majelis Konstituante akan punya waktu 9 bulan (boleh diperpanjang 3 bulan lagi) untuk menyusun rancangan Konstitusi Baru. Setelah rampung, rancangan itu akan mendapat persetujuan rakyat lewat referendum.

“Kami akan membuat perjanjian baru untuk masyarakat asli kami, untuk memulihkan sumber daya alam kami, untuk membangun negara yang menjamin hak-hak sosial yang universal,” kata Gabriel Boric, pemimpin koalisi kiri Frente Amplio.

Gabriel Boric ini bekas aktivis mahasiswa di tahun 2000an. Dia seangkatan dengan Camila Vallejo dan Karol Cariola. Mereka tiga aktivis mahasiswa Chile yang wajahnya mendunia karena demonstrasi besar mahasiswa Chile sepanjang 2011-2013.

“Kami memulai dari awal dan membangun Chile yang baru,” kata Boric, seperti dikutip Reuters, 16 Mei 2021.

Kabar gembira pasang kiri di Chile tak hanya dari pemilihan Majelis Konstituante. Di kota Santiago, Ibukota Chile, kandidat partai kiri juga membuat ledakan politik besar. Iraci Hassler, yang diusung partai komunis, memenangkan pemilihan Walikota. Perempuan berusia 30 tahun ini merupakan mantan aktivis mahasiswa.

Di kota Valparaíso, kota terbesar kedua di Chile, politisi kiri juga memenangi Pilkada. Dia adalah Jorge Sharp, salah satu tokoh penting gerakan mahasiswa 2011-2013.

Di kota Recoleta, tokoh partai komunis Daniel Jadue juga memenangi pemilihan untuk kedua kalinya sebagai Walikota. Dia merebut suara 63 persen. 

Nah, semasa jadi Walikota Recoleta, Daniel Jude ini meraih sukses besar. Dia punya proyek yang disebut “apotik rakyat”, yang membuat obat-obatan murah dan terjangkau oleh rakyat. Dia juga sukses dengan program pendidikan, perumahan murah, perpustakaan rakyat, dan perlindungan lingkungannya.

Karena kisah sukses sebagai Walikota itu, partai Komunis melirik Daniel Jude untuk menjadi Calon Presiden untuk pemilu pada November tahun ini.

Tentu saja, pergeseran politik Chile yang mengarah ke progressif tidak terjadi tiba-tiba. Tidak jatuh dari langit. Bukan hadiah dari rezim berkuasa. 

Pergeseran itu dihasilkan oleh perjuangan panjang selama tiga dekade, yang memuncak sejak revolusi Penguin (2006), lalu demonstrasi pelajar-mahasiswa (2011-2013), dan pemberontakan anti-neoliberal (2019-2020).

Tahun 2019 lalu, dipicu oleh kenaikan tarif kereta metro sebesar sebesar 30 peso (sekitar Rp 600,-), Chile diguncang demonstrasi besar sepanjang negeri itu. Protes kenaikan tarif berubah menjadi pemberontakan anti-neoliberal. 

Di kota Santiago, yang berpenduduk 5,6 juta jiwa, lebih dari 1 juta orang turun ke jalan. Demonstrasi besar juga terjadi di kota-kota lainnya di negeri itu. Sejumlah media menyebut ada 3,7 juta orang turun ke jalan di seantero negeri. 

Yang menarik, gerakan massa yang tumpah-ruah di jalan tak terpisah dengan perjuangan politik. Para pemimpin gerakan, seperti Gabriel Boric dan Camila Vallejo, ikut juga dalam pertarungan elektroal. Ada yang ikut partai-partai kiri yang ada, sebagian lagi memilih jalur independen.

RAYMOND SAMUEL

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid