Meski Program Kartu Jakarta Sehat (KJS) sudah berjalan, tetapi belum semua warga DKI Jakarta memahami seluk-beluk program kesehatan gratis dari Pemda DKI Jakarta tersebut. Seperti di Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, belum semua kartu KJS terdistribusi ke warga.
“Di sini ada sekitar 37 ribu jiwa penduduk. Yang terdaftar di KJS baru 7000 orang. Sedangkan yang sudah menerima kartu baru 5300 orang,” kata Wakil Lurah Jembatan Besi, Zainuddin, saat sosialisasi program kesehatan yang diselenggarakan oleh Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Selasa (2/7/2013).
Menurut Zainuddin, salah satu hambatan bagi maksimalisasi program KJS ini adalah masih kurangnya sosialisasi kepada warga masyarakat. Dia berharap acara sosialisasi yang digelar oleh SRMI dan Dinkes DKI Jakarta akan membantu sosialisasi program tersebut ke warga.
Robert, salah seorang warga, mengaku belum semua warga di lingkungan tempat tinggalnya memahami seluk-beluk pengurusan program KJS. Selain itu, kata dia, warga mengeluhkan biaya klaim di KJS yang lebih kecil dibanding Jamkesmas di masa lalu.
Menanggapi hal tersebut, perwakilan dari Dinkes DKI Jakarta, Uum Umirah, mengungkapkan bahwa cakupan peserta dari program KJS lebih banyak dibanding Jamkesmas. “Pada program Jamkesmas cakupannya hanya 1,2 juta orang warga, sedangkan program KJS mencapai 4,7 juta orang,” ungkapnya.
Menurut Uum, karena kuota penerima program KJS jauh lebih besar, maka kebutuhan anggarannya pun juga sangat besar. “Ya, kita saja di pegawai Dinas tidak keberatan bila gaji dipotong 2% untuk menambah anggaran program kesehatan rakyat ini. Ya, demi rakyat,” katanya.
Ia menambahkan, data kepesertaan dan biaya pelayanan kesehatannya terekam di program itu dan dapat diakses secara langsung di puskesmas dan rumah sakit rujukan. Sejauh ini program KJS melibatkan 297 puskesmas kelurahan, 44 puskesmas kecamatan dan 89 rumah sakit rumah sakit milik pemerintah maupun swasta di Jakarta.
Sementara itu, Ketua SRMI DKI Jakarta, Setio Ajiono, mengungkapkan bahwa tujuan dari sosialisasi program kesehatan yang digelar oleh SRMI dan Dinkes DKI Jakarta ini adalah untuk menambah informasi masyarakat terkait layanan kesehatan di Jakarta, termasuk KJS.
“Kita sering menemukan di lapangan, bahwa warga tidak tercakup dalam program kesehatan pemerintah karena ketidaktahuan dan minimnya sosialisasi. Makanya sosialisasi ini menjadi penting,” kata Aji.
Aji juga berharap agar warga DKI Jakarta ikut memantau dan mengontrol pelaksanaan program KJS ini, termasuk memberikan keluhan dan masukan, sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan program kesehatan itu sendiri.
Andi Nursal
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid