Arevalo Dari Guatemala: Penguasa Tak Ingin Rakyat Menentukan Masa Depannya Sendiri

Calon Presiden Guatemala dari Partai Semilla (Partai Benih), Bernardo Arevalo, menolak putusan seorang hakim dari Kementerian Urusan Umum yang membekukan partainya. Keputusan ini dibuat saat Arevalo secara mengejutkan berhasil meraih urutan kedua dalam putaran pertama pilpres negara tersebut 25 Juni lalu.

Dengan pembekuan partainya ini Arevalo terancam tidak dapat maju ke putaran kedua untuk menghadapi Sandra Torres, kandidat dari Partai Harapan Persatuan Nasional (UNE). Arevalo menuduh pemerintah Guatemala yang dipimpin presiden Alejandro Giamattei dari Partai Konservatif berada di balik upaya penjegalan dirinya.

Dalam keterangan sebagaimana yang dikutip Telesure, Arevalo mengatakan penguasa tidak ingin rakyat Guatemala menentukan sendiri masa depannya. “Tapi kita akan mengalahkan mereka”, lanjut pria 64 tahun ini.

Pemilu di Guatemala tahun ini diwarnai banyak gejolak. Pada bulan Februari lalu ribuan rakyat turun ke jalan dan memblokir beberapa jalan tol untuk memprotes keputusan pengadilan pemilu setempat yang diskualifikasi calon dari Partai Gerakan untuk Pembebasan Rakyat (MLP).

Diskualifikasi tersebut dilakukan dengan alasan calon wakil presiden MLP tidak memenuhi salah satu syarat administrasi yang ditentukan. Sementara yang dihadapi Partai Semilla saat inin adalah tuduhan pemalsuan tanda tangan dalam salah satu dokumen partainya.

Pembekuan Partai Semilla menuai banyak kritik karena menurut konstitusi Guatemala, sebuah partai tidak dapat dibekukan ketika proses pemilu sedang berlangsung. Putaran kedua pilpres akan diselenggarakan pada tanggal 20 Agustus mendatang.

(dom)

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid