Antony Zeidra Abidin Luncurkan Novel “Kabut Zaman”

Tema dan latar penghancuran komunisme di Indonesia terutama pasca September 1965 tak henti-hentinya ditulis. Pada bulan Oktober ini setidaknya sudah ada dua buku baru yang diluncurkan, yaitu “Memecah Pembisuan” dan “Kabut Zaman”.

Memecah Pembisuan merupakan tuturan penyintas tragedi 65-66, dengan Editor Putu Oka Sukanta, yang diluncurkan pada minggu pertama bulan Oktober di Goethe Institut Jakarta. Sedangkan Kabut Zaman, sebuah Novel oleh Antony Zeidra Abidin, diluncurkan pada hari ini (15/10) di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Kabut Zaman merupakan novel perdana Antony Zeidra Abidin yang ditulis dalam waktu enam bulan selama di penjara Cipinang karena terlibat kasus suap Bank Indonesia. Novel setebal 606 halaman ini adalah bagian pertama dari trilogi yang direncanakan dengan setting tahun 1960-an sampai di masa reformasi kini.

Menurut Antony Zeidra Abidin, selama di penjara ia belajar banyak dan masih merasa diperlakukan dengan baik dalam soal hukum daripada orang-orang PKI yang dipenjarakan kebanyakan tanpa proses hukum dan diabaikan hak-hak azasinya.
“Harus saya akui dengan jujur, novel Kabut Zaman ini saya tulis untuk mengenang mantan wakil Perdana Menteri/Menlu RI Soebandrio dan mantan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Oemar Dhani yang lebih dari 30 tahun mendekam di Penjara Cipinang. Mereka tidak pernah saya kenal secara pribadi, namun saya dapat membayangkan dan merasakan apa yang terjadi pada diri dua tokoh itu, secara fisik maupun kejiwaan, selama dalam Penjara Cipinang,” kata Antony ketika menjelaskan proses kreatif penulisan novel perdananya ini.

Antony Zeidra Abidin dikenal sebagai aktivis Pelajar Pemuda Islam (PII) dan pernah menjabat sebagai Pengurus PII cabang Tanah Abang; juga sebagai aktivis mahasiswa dan aktivis pers kampus Universitas Indonesia yang dikenal idealis dan disegani pada masanya.

Koran Salemba, yang dipimpinnya, dibredel tahun 1980. Antony dikemudian hari menjadi anggota DPR, lalu menjadi Wakil Gubernur Jambi, kemudian ke Penjara Cipinang dan berhasil menuliskan novelnya yang sudah dipendam selama puluhan tahun. “Inilah sisi positifnya masuk penjara,”ungkapnya.

Menurut Prof Dr Asvi Warman Adam, salah satu pembicara yang diundang untuk membedah novel ini, Kabut Zaman merupakan novel yang secara sastra cukup berhasil dan layak untuk dibaca terlebih banyak mengandung fakta sejarah yang hingga kini masih menjadi misteri sebagaimana misteri ekonomi semisal kasus BLBI.

“Kabut Zaman menjadi bukan sekadar bahan bacaan tapi juga bahan sejarah yang dikemas secara fiksi dan penulisan ini menjadi penting dan menarik karena, sang penulis, Antony tidak berasal dari korban 65 tapi justru dari kalangan yang bisa dianggap berseberangan, “ jelas Asvi.

Menurut Asvi, juga dalam novel ini memperlihatkan kehidupan dua paria di Indonesia, yaitu para copet yang bisa digebuki dan PKI yang bisa lebih parah diperlakukan (bisa dibunuh). “Dengan demikian novel ini juga memperkaya penulisan sejarah yang dibuat gelap oleh Orde Baru,” kata Asvi.

Sementara itu pembicara lain, Ibnu Wahyudi, menyampaikan bahwa Kabut Zaman sebagai novel masih dirasa kurang dan lebih berat kepada penulisan memoar.

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid