JAMBI (BO)- Aliansi Nasional Anti Asing dan SBY-Budiono (ANAAS) mengecam keras tindakan represif kepolisian saat menangani protes damai mahasiswa dan rakyat Jambi menentang kedatangan Presiden SBY.
ANAAS menganggap kejadian itu sebagai bukti bahwa kepolisian masih menjadi alat dari kepentingan asing dan bermusuhan dengan rakyat. “Ini adalah sikap yang terpelihara sejak jaman kolonial hingga sekarang,” kata Mawardi, salah seorang aktivis ANAAS.
Mawardi juga membantah tudingan polisi soal adanya provokator dalam aksi mahasiswa kemarin (22/9). Katanya, aksi protes mahasiswa itu murni sebagai bentuk keprihatinan terhadap kondisi bangsa saat ini.
Dalam aksi itupun, kata Mawardi, tekanan pokok tuntutan mahasiswa adalah penegakan kembali pasal 33 UUD 1945. “Kami memperjuangkan pasal 33 UUD 1945 sebagai haluan ekonomi yang mesti dijalankan pemerintah. Itu jikalau mereka masih memihak kepada kepentingan rakyat,” katanya.
Untuk diketahui, kunjungan Presiden SBY ke Jambi disambut dengan aksi protes oleh gerakan mahasiswa dan rakyat dari lintas organisasi. Ketika menangani protes itu, Polisi telah menembakkan water canon untuk membubarkan massa aksi.
Tidak hanya itu, Polisi juga mengejar dan memukuli sejumlah demonstran, meskipun mereka tidak melakukan perlawanan. Tiga orang aktivis mengalami luka serius akibat kekerasan Polisi. Dua korban, yaitu Aam (LMND) dan Irman (Lingkar), mengalami luka serius dan mesti menjalani rawat inap.
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid