Yohanes Gani, Romonya Kaum Miskin Dan Rakyat Tertindas

Di kalangan aktivis pergerakan di Surabaya, namanya sudah tidak asing lagi. Yohanes Gani, atau biasa dipanggil Romo Gani, adalah seorang pastur di gereja Katolik St Vincentius A Paulo Widodaren Surabaya. Dalam beberapa kali aksi massa rakyat di Surabaya, Romo Gani kerap terlihat berada ditengah-tengah massa.

Ia juga sering terlihat di tengah-tengah aksi korban lumpur Lapindo. Saat penggusuran PKL di jalan Semarang tahun 2008, Romo Gani juga ikut mendampingi dan mewakili pedagang saat bernegosias dengan pemerintah. Dia juga hadir di tengah rapat-rapat dan aksi rakyat di Stren Kali Jagir Surabaya. Dia pun sering tampil di tengah-tengah barisan saat aksi massa Partai Rakyat Demokratik (PRD) di Surabaya.

Beliau lahir di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 23 november 1964. Ia menemempun pendidikan di Sekolah Tinggi Teologi Filsafat Widya Sasana Malang pada tahun 1987. Pada tahun 1995, dia lulus dan kemudian ditugaskan oleh lembaga gereja ke sektor perburuhan di wilayah Tangerang, Bekasi dan Bogor. Dari sinilah, Romo Gani mulai terlibat dalam pengroganisasian dan pendampingan kaum buruh yang di PHK. Pada akhir tahun 1996, Romo Gani dipindahkan ke Surabaya. Di tempat baru ini ia dipercaya memimpin organisasi KPK (Kelompok Perburuhan Katolik) dan mendirikan pusat perburuhan keuskupan.

Lalu, memasuki tahun 1997, Romo Gani mencoba untuk melakukan pendampingan anak jalanan. Dari pengorganisasian anak jalanan itu, ia kemudian mendirikan Yayasan Merah Merdeka. Setelah itu, Romo Gani juga mendirikan LSM yang bernama Lembaga Karya Darma, yang melakukan pendampingan kaum marjinal (PSK, Anak jalanan, pemulung) di kawasan Dupak, Pogot, Moroseneng Surabaya. LSM ini kemudian mendirikan klinik klinik kesehatan di kawasan tersebut.

Membela Kaum Miskin Sebagai Ajaran Agama

Sebagai seorang pemuka agama, dia tak segan segan untuk langsung turun terjun ke masyarakat untuk melakukan advokasi dan melakukan pendidikan pendidikan politik bagi rakyat. Ia sangat berbeda dengan tokoh-tokoh agama lain yang cenderung mengurung diri di rumah ibadah dan aktivitasnya cuma berdoa atau bersedekah.

Romo Gani mengaku, hal yang mendasari dia terlibat dalam membela rakyat dan berjuang bersama mereka adalah ajaran kekristenan, yaitu kasih. Katanya, mengasihi sesama manusia itu tak cukup hanya dengan perbuatan karikatif, seperti bersedekah, berdoa, beribadah, dan bakti sosial. Tetapi, yang lebih penting lagi, memperjuangkan hak-hak mereka yang dirampas oleh penguasa zalim.

Ia pun mengutip sebuah ayat dari Alkitab, yaitu di kitab Yakobus 2;24 yang berbunyi: Iman tanpa perbuatan adalah mati. Lalu I Yohanes 4;20 dikatakan: “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.”

Menurutnya, gereja harus memposisikan diri dalam membela kepentingan kaum miskin dan kaum tertindas. Hal itu sebetulnya bukan ajaran baru, melainkan sudah menjadi inti dari ajaran Kristen. “Aku hanya berusaha untuk mengaplikasikan ajaran agama secara riil, berupa perwujudan secara nyata keyakinan iman kita dalam bentuk pendampingan dan pembelaan bagi kaum yang lemah. Didalam perjuangan itu kan kita bukan hanya berkorban secara materi saja, namun tenaga, waktu dan fikiran kita juga harus dikorbankan,” kata Romo Gani merendah.

Akibat sikapnya yang kritis dan aktif dalam pergerakan, dia beberapa kali mendapat intimidasi dari pihak aparat. Sepanjang tahun 1997-2001, beberapa kali gereja widodaren sempat digeledah oleh pihak aparat. Maklum, pada tahun itu, menurut Romo Gani, gereja Widodaren kerap digunakan untuk melakukan pertemuan pertemuan kalangan aktivis pergerakan di Surabaya.

“Bahkan acara pendidikan dan rapat setting aksi pernah dilakukan di gereja widodaren. Saya juga pernah beberapa kali melakukan evakuasi terhadap teman teman PRD ketika dicari cari oleh pihak keamanan,” kenang Romo Gani.

Terkadang sikap kritisnya itu ditentang oleh kalangan gereja sendiri. Tetapi hal itu wajar terjadi, mengingat umat Katolik masih menjadi minoritas di tengan situasi yang rawan konflik berbau SARA. Pihak gereja tentu tak mau diusik oleh pemerintah akibat sikap kritis dari Romo Gani itu.

Romo Gani pernah dipanggil Polsek Tegalsari. Ia dituduh sering menggelar pertemuan dengan aktivis di Gereja Widodaren. Saat demo korban lumpur Lapindo, ia juga sempat dicokok intel dan dibawa ke Mapolres Sidoarjo. Saat itu, ia diinterogasi langsung oleh Kapolresi Sidoarjo. Tuduhan macam-macam pun dialamatkan kepada romo pembela kaum miskin ini. Diantaranya, ia dituduh sebagai Romo beraliran kiri. Ia juga dilarang terlibat advokasi korban lumpur Lapindo, karena polisi menganggap soal itu tidak ada hubungannya dengan gereja Katolik.

“Hari itu saya menjawab: soal lumpur Lapindo memang tak ada hubungannya dengan gereja, tetapi ini soal martabat dan hak-hak kaum miskin yang dirampas oleh penguasa,” kenang Romo Gani saat menceritakan pengalamannya berhadapan dengan aparat kepolisian saat mengorganisir rakyat.

Kedekatan Dengan Aktivis PRD

Romo Gani juga dikenal cukup dekat dengan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD), partai yang berdiri pada tahun 1996 dan menjadi motor penggerak penggulingan rejim orde baru. Katanya, ia sudah mengenal aktivis PRD sejak tahun 1996, saat mengikuti sebuah diskusi di kawasan Blok M, Jakarta. Sejak itu, ia sering berdikusi dan berinteraksi dengan kader-kader PRD.

Pada tahun 1997, saat hijrah ke Surabaya, Romo Gani segera membangun kontak dengan aktivis PRD di Surabaya. Sejak itu, Romo Gani sangat dekat secara emosional dengan kader-kader PRD hingga sekarang.

“Yang saya salut dari anak-anak PRD adalah konsistensi mereka dalam perjuangan membela kaum tertindas. Ada banyak yang mengaku membela kaum miskin, tetapi ujung-ujungnya cuma memanfaatkan kaum miskin untuk memperkaya diri sendiri,” kata Romo Gani saat ditanya pendapatnya soal PRD.

Ia juga memuji kemampuan aktivis PRD dalam mengusung isu dan merumuskan solusi atas problem rakyat. Di matanya, beberapa program dan solusi PRD sangat relevan untuk menjawab problem rakyat Indonesia.

Karenanya, sampai sekarang ini Romo Gani masih sering berkegiatan bersama dengan aktivis PRD, khususnya dalam mendampingi atau membela rakyat miskin.

Ia juga menganggap perjalanan bangsa sekarang sudah jauh dari cita-cita para pendiri bangsa. Bahkan proses penyelenggaran negara melenceng jauh dari semangat konstitusi, yaitu UUD 1945, khususnya pasal 33 UUD 1945.

Ia mencontohkan kenyataan di sektor pertambangan, dimana sebagian besar kekayaan alam tidak digunakan untuk kemakmuran rakyat. Tetapi justru diekspoitasi dan dijarah oleh pihak asing.

Ia juga menyoroti soal pendidikan nasional yang sangat jauh dari semangat UUD 1945. Padahal, jika pemerintah mengacu kepada UUD 1945, maka cita-cita masyarakat adil dan makmur tentu bisa diwujudkan.

Tetapi mulai Desember 2012 nanti, sosok Romo Gani mungkin tidak nampak lagi di tengah-tengah aksi-aksi perjuangan rakyat di Surabaya.

Pasalnya, ia baru saja mendapat tugas baru di pedalaman Kalimantan. Tetapi, tentu saja, di sana dia akan tetap menjadi pejuang dan pembela kaum miskin.

Kepada aktivis PRD, Romo Gani berpesan para aktivis PRD tidak mengenal lelah dalam berjuang bersama rakyat. Ia juga menganjurkan agar PRD terus menjalankan pendidikan-pendidikan politik kepada rakyat. “Agar masyarakat tidak selalu dibodohi, maka kuncinya ialah terus memberikan pendidikan politik bagi rakyat,” ujarnya.

Selamat bertugas di tempat yang baru, Romo Gani, Romonya kaum miskin,Romonya kaum yang tertindas…

Leave a Response