Rakyat di delapan desa di Kecamatan Lambu, Bima, Nusa Tenggara Barat, memasang barikade di sepanjang jalan masuk desa masing-masing. Kedelapan desa itu adalah Soro, Rato, Melayu, Sumi, Lanta Timur, Lanta Barat, Simpasai, dan Kaleo.
Menurut Musatin Gery, aktivis LMND yang berada di kecamatan Lambu, pemblokiran jalan itu merupakan respon terhadap isu penyerangan oleh Brimob. “Warga masih trauma dengan kejadian kemarin. Ketika mendengar isu mau diserang, mereka segera memasang barikade,” ungkapnya.
Rakyat memasang barikade dengan menggunakan batang pohong, batu, dan potongan kayu. Di setiap desa juga bersiaga ribuan warga mengantisipasi kemungkinan serangan baru oleh pihak kepolisian. Di setiap pintu masuk, ditempatkan sejumlah warga untuk melakukan pengamatan.
Sebelumnya, tersiar kabar bahwa 200-an Brimob akan melakukan pengepungan dan pembersihan di sejumlah desa di kecamatan Lambu. Selain itu, warga juga mendengar kabar tentang kehadiran 140 personil Brimob yang didatangkan dari Surabaya.
Meski begitu, kata Gery, pembangunan barikade ini hanya sebagai upaya rakyat untuk menjaga kampung. Mereka khawatir jika ada serangan baru dan menimbulkan korban jiwa baru.
Warga juga berusaha mengantisipasi kemungkinan adanya penangkapan massal. Pasalnya, ada upaya kepolisian untuk mengejar warga yang dianggapnya sebagai “provokator”. Padahal, di mata warga, perjuangan mereka murni untuk mempertahankan tanah dan sumber-sumber penghidupan.
Sebelumnya, pihak Polda NTB sudah menetapkan 47 tersangka terkait aksi pendudukan pelabuhan Sape, Bima. Sebagian besar tersangka adalah warga yang terlibat aksi demi memperjuangkan hak-haknya.
Sementara itu, dua korban tewas dari pihak warga Lambu, Syaiful dan Arif Rahman, direncakan akan dikebumikan malam ini atau besok pagi. Ribuan rakyat Lambu diperkirakan akan mengantar jenazah kedua pahlawan itu.
AGUS PRANATA
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid