Menghajar Fasisme di Lapangan Hijau

Pada tahun 1941, kota Kyiv (Kiev, dalam sebutan orang Rusia), yang saat itu masih menjadi bagian dari keluarga besar Uni Soviet, jatuh ke tangan tentara NAZI.

Kota tertua di Eropa timur itu mendadak mencekam setelah pertempuran sengit selama kurang lebih sebulan. Aktivitas ekonomi meredup. Denyut kehidupan warga Kyiv tergantikan oleh tentara di jalan-jalan.

Saat itu, Liga tertinggi soviet turut terdampak. Kompetisi berhenti di tengah jalan. Dynamo Kiev, klub kebanggaan warga kota Kyiv, merupakan salah klub satu papan atas di liga Soviet kala itu.

Setelah liga terhenti, beberapa mantan pemain Dynamo Kiev bekerja di pabrik roti. Kebetulan, bos dari pabrik roti ini adalah  Joseph Kordik, seorang keturunan Kroasia dan pencinta sepak bola.

Kordik tahu, beberapa pekerjanya adalah bekas pemain Dynamo Kiev. Salah satunya: Nikolai Trusevich, sang penjaga gawang kesohor seantero Kyiv. Kordik menawari Trusevich dan kawan-kawannya untuk membentuk klub pabrik roti. Namanya: Start. Tak hanya berisi pemain Dinamo Kyiv, ada juga Lokomotiv Kyiv, Spartak Odessa, dan lain-lain.

Nama-nama besar Dynamo Kyiv turut bergabung di FC Start, seperti Mikhail Svyridovskiy, Nikolai Korotkykh, Oleksiy Klymenko, Fedir Tyutchev, Mikhail Putistin, Ivan Kuzmenko, Makar Honcharenko, dan lain-lain.

Tak lama setelah pendudukan, tentara NAZI berusaha meraih hati warga Kyiv. Salah satunya lewat sepak bola. Maka dibuatlah kompetisi kecil-kecilan yang melibatkan klub sepak bola tentara Jerman dan warga lokal.

Ada banyak sudut cerita tentang kompetisi kecil-kecilan yang dihelat oleh Jerman itu. Ada yang menyebut kompetisi sepak bola ini digunakan Jerman untuk menarik simpati dan hati warga Kyiv. Versi lain menyebut kompetisi ini untuk mempermalukan klub warga Ukraina yang diam-diam bersimpati pada anti-fasisme.

Singkat cerita, pertandingan pun dimulai di tengah suasana yang mencekam. Awalnya, FC Start mempermalukan klub bikinan kolaborator Nazi, FC Ruch, dengan skor telak: 6-2. Lalu melibas klub Hungaria MSG Wal dengan skor 5-1.

Klub elit Hungaria itu tidak terima kekalahan. Akhirnya, dibuat lagi pertandingan ulang. Tetapi FC Start tetap tak terkalahkan. Mereka menang tipis: 3-2.

Alih-alih mempermalukan FC Start dan nama besar sepak bola kota Kyiv, klub-klub NAZI dan kolaboratornya terus menerus mengalami kekalahannya. Akhirnya, demi menghajar FC Kyiv, Jerman mendatang klub dari angkatan udara Jerman. Namanya: Flakelf.

Flakelf berasal dari nama Flak (Flugabwehrkanone), nama senjata anti-pesawat dan anti-tank Jerman yang paling ditakuti saat perang dunia ke-2. Pemain klub ini terdiri dari penembak pesawat, pilot, dan insinyur pesawat terbang.

Flakelf terdiri dari pemain-pemain sepak bola profesional Jerman yang sengaja tidak dikirim ke garis depan. Mereka sengaja ditaruh di garis belakang karena bakat sepak bola yang mumpuni.

Laga pertama FC Start versus Flakelf digelar pada 6 Agustus 1942. FC Start tampil dengan kostum kebanggannya: merah-putih, sedangkan Flakelf dengan kostum putih-hitam. Yang terjadi di luar dugaan, klub kebanggan tentara Jerman itu dilumat dengan skor telak: 5-1.

Tentu saja, Jerman tidak terima. Superioritas arya tak boleh dikalahkan oleh bangsa terjajah. Pertandingan ulang pun direncanakan 3 hari kemudian. Tepatnya 9 Agustus 1942.

Kali ini, Jerman tak boleh kalah. Segala cara pun ditempuh. Sesaat sebelum pertandingan, ruang ganti pemain FC Start didatangi oleh Gestapo, polisi rahasia NAZI yang terkenal sangat kejam. Intinya, tim Jerman tak boleh kalah. Selain itu, ketika memasuki lapangan, pemain FC Start diharuskan memberi salam hormat NAZI: heil, Hitler.

Begitu peliut penanda dimulainya pertandingan ditiup, pemain-pemain langsung mengganas. Mereka bermain sangat kasar. Pemain-pemain FC Start dipukul, dijatuhkan, didorong. Mereka protes ke wasit, tetapi tak dihiraukan.

Parahnya lagi, begitu pemain-pemain FC Start memasuki daerah pertahanan Flakelf, wasit dan hakim garis bekerjasama untuk mengacungkan bendera pertanda offside. Walhasil, pemain FC Start kesulitan menembus daerah gawang Flakelf.

Namun, pemain-pemain Flakelf tak kehabisan akal. Mereka memanfaatkan umpan-umpan jauh dan tendangan jarak jauh. Strategi ini berhasil. Satu tembakan jarak jauh Ivan Kuzmenko berhasil menjebol gawang Flakelf. Dua gol lainnya disumbang oleh Makar Honcharenko. Babak pertama berakhir dengan skor 3-1 untuk keunggulan FC Start.

Di babak kedua, Flakelf bermain lebih keras. Mereka berhasil menyamakan kedudukan setelah menjebloskan dua gol ke gawang FC Start. Namun, FC Start pantang menyerah. Pada menit-menit terakhir pertandingan, mereka berhasil mencetak dua gol. Akhirnya, skor berakhir: 5-2. FC Start, klub kebanggaan warga Kyiv, menang lagi.

Jerman tak terima kekalahan itu. Klaim keunggulan ras arya telah diruntuhkan di lapangan hijau oleh pemain-pemain FC Start yang sebagian besar merupakan pekerja di pabrik roti. Karena itu, dengan segala cara, Gestapo mencegah berita kemenangan FC Start tidak berhembus luas.

Tak lama setelah pertandingan itu, tepatnya 18 Agustus 1942, Gestapo mulai menangkapi pemain-pemain FC Start. Mereka kemudian disiksa selama 32 hari di ruang bawah tanah Gestapo.

Versi lain menyebut, para pemain Start ditangkapi karena dituduh sebagai anggota Komisariat Rakyat untuk Urusan Dalam Negeri (N.K.V.D). Mykola Korotkikh, seorang pemain Start, langsung dieksekusi saat interogasi. Dia dicurigai sebagai pasukan khusus Stalin.

Usai menjalani penyiksaan berat, para pemain FC Start lainnya dibawa ke tempat pembantaian bernama Babi Yar. Babi Yar, sebuah jurang di pinggiran kota Kyiv, tempat 33 ribu orang lebih orang Yahudi, prajurit Soviet, dan tawanan lainnya dibantai oleh tentara NAZI.

Di tempat itu, tiga pemain utama FC Start, yaitu Alexei Klimenko (bek tangguh di lini belakang), Ivan Kuzmenko (penyerang dan pencetak gol), dan Nikolai Trusevich (penjaga gawang legendaris), langsung dieksekusi.

Versi lain menyebut ketiga pemain itu dibunuh pada 24 Februari 1943, enam bulan setengah setelah pertandingan bersejarah itu.

Beberapa pemain yang tak dieksekusi, seperti Makar Honcharenko, Fedir Tyutchev dan Mikhail Sviridovskiy, dikirim ke kamp konsentrasi Syrets. Makar Honcharenko dan Sviridovskiy berhasil selamat.

Pertandingan yang kemudian berujung penyiksaan dan pembunuhan para pemain FC Start ini kemudian dikenang sejarah sebagai pertandingan kematian (death match).

Di masa Stalin berhadap-hadapan dengan fasisme Jerman, kisah death match diglorifikasi untuk membangkitkan patriotisme. Namun, setelah perang dunia usai, para pemain FC Start yang tersisa dicurigai sebagai kolaborator NAZI karena bersedia bermain bersama di lapangan hijau.

Selain diangkat ke layar lebar (Two Half Times in Hell (1962), Escape to Victory (1981), dan Match (2012), kisah heroik di lapangan hijau itu juga diabadikan lewat sebuah monumen di kota Kyiv.

RAYMOND SAMUEL

Share your vote!


Apa reaksi Anda atas artikel ini?
  • Fascinated
  • Happy
  • Sad
  • Angry
  • Bored
  • Afraid