Forum Masyarakat Pesisir Suramadu menyatakan penolakan terhadap rencana PT. Gora Gahana mengeruk pasir di selat Madura. Bagi masyarakat, yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan, proyek tambang pasir itu akan mengancam kelangsungan hidup nelayan tradisional.
“Ini merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan hidup nelayan tradisional. Apalagi, laut merupakan sumber keberlangsungan hidup dan masa depan bagi para nelayan tradisional,” kata Humas Forum Masyarakat Pesisir Suramadu, Munir, di Surabaya, Kamis (24/5/2012).
Menurut Munir, proyek tambang pasir akan berdampak pada berkurangnya populasi ikan dan kerang karena rusaknya ekosistem akibat penambangan pasir laut. Akibatnya, pendapatan nelayan pun akan berkurang.
Selain itu, kata Munir, proyek ini juga berpotensi menghilangkan mata-pencaharian nelayan. Juga, tak kalah pentingnya, hilangnya areal bermain dan berenang bagi anak-anak yang di tinggi di daerah pesisir.
Lebih jauh lagi, Munir juga menganggap proyek tambang pasir itu berpotensi menimbulkan konflik horizontal ditengah masyarakat pesisir.
“Kebijakan-kebijakan yang pemerintah buat seringkali diabdikan hanya untuk kepentingan-kepentingan para investor dan demi akumulasi modal,” tegasnya.
Untuk diketahui, PT. Gora Gahana, yang didukung oleh PT. Pelindo III dan Dispotmar Lantamal V, berencana mengerjakan proyek pengerukan pasir seluas 450 ha disekitar selat Madura.
Kabarnya, pasir itu akan digunakan sebagai material urugan untuk mereklamasi wilayah teluk Lamong yang merupakan bagian dari rencana proyek pembangunan pelabuhan peti kemas PT. Pelindo III.
Sebagai respon atas rencana itu, Forum Masyarakat Pesisir Madura berencana menggelar aksi massa besok (25/5/2012). Aksi ini akan mendapat dukungan dari organisasi yang tergabung dalam Solidaritas Darurat Nasional (SDN), seperti Walhi Jatim, IKOHI Jatim, KSN Jatim-Bali, LAMRI Surabaya, SBK Jatim, PRP Surabaya, KPPD, Kontras Surabaya, Lembaga Bhinneka, PPRM, dan LPBP.
ABDUL WAHAB
- Fascinated
- Happy
- Sad
- Angry
- Bored
- Afraid